Akankah Membebani Defisit APBN?

Bagikan artikel ini

Rachmat Adhani

Pergerakan harga minyak akhir-akhir ini bukan cuma dipengaruhi permintaan dan penawaran. Konstelasi politik yang mengalami pasang surut cukup drastis di antara negara-negara penghasil minyak justru menakutkan bagi pasar.

Pada akhir Februari 2010 lalu, harga minyak tetap bertahan level 80 dolar AS/barel. Dalam perdagangan di pasar komoditas berjangka New York, harga minyak jenis light sweet tercatat sebesar 80,04 dolar AS per barel.

Belum lama ini, harga minyak masih berada dalam kisaran 70 dolar AS/barel. Namun isu seputar pemogokan pekerja kilang minyak di Perancis dan masalah program nuklir di Iran mendorong sentimen pasar dan membuat harga minyak naik.

PRICE          CHANGE         %
  BRENT CRUDE FUTR (USD/bbl.)             78.290         -0.320        -0.41
GAS OIL FUT (ICE) (USD/MT)               644.250          2.250        0.35
GASOLINE RBOB FUT (USd/gal.)           211.680          0.100        0.05
HEATING OIL FUTR (USd/gal.)             207.040         -0.840       -0.40
NATURAL GAS FUTR (USD/MMBtu)          4.910           0.015        0.31
WTI CRUDE FUTURE (USD/bbl.)             80.040          -0.270      -0.34

Masalah penganyaan uranium di Iran memang direspons negatif oleh pasar. AS menyatakan bahwa Iran berencana untuk membangun dua fasilitas pengayaan uranium baru, sebagai bukti lanjutan negara tersebut menolak kesepakatan dengan komunitas internasional. AS dan negara lain menyerukan sanksi terhadap Iran karena program tersebut.

Sanksi yang dijatuhkan kepada Iran bisa dalam bentuk embargo perdagangan. Jika embargo perdagangan dijatuhkan, maka pasokan minyak dari Iran akan terhambat. Iran sendiri merupakan salah satu negara pengekspor minyak utama. Dalam satu tahun, Iran mampu memproduksi minyak mencapai 138 juta barel.

Iran merupakan negara ketiga terbesar dalam lingkup OPEC, setelah Arab Saudi dan Venezuela. Oleh karena itu, pasokan minyak dari Iran yang terputus sedikit banyak akan memengaruhi pembentukan harga minyak dunia.

Sentimen negatif juga datang dari Perancis. Para pekerja di kilang minyak miliki perusahaan Total mogok kerja, akibat penolakan mereka atas rencana perusahaan yang ingin mengurangi kapasitas pengolahan dan menghentikan kegiatan di ladang minyak Falder, Perancis Utara.

Total merupakan pemasok lebih dari satu juta barel minyak per hari di Perancis. Jumlah tersebut sudah lebih dari 50 persen dari kapasitas pengolahan minyak Perancis yang sekitar dua juta barel per hari. Pemogokan para pekerja Total membuat persediaan minyak yang ada hanya cukup untuk sepekan mendatang.

Potensi Kenaikan Harga Sangat Besar

Ke depan, harga minyak masih berpotensi untuk mengalami kenaikan. Tren penguatan dolar AS akan membuat instrument investasi berdenominasi mata uang tersebut menjadi lebih menguntungkan, termasuk minyak. Investor masih akan berminat untuk menanamkan modal di pasar komoditas, termasuk kepada minyak. Minat tersebut tentunya akan berpotensi mendongkrak harga.

Penguatan dolar AS didukung oleh pelemahan yang dialami euro. Seiring dengan kondisi fiskal di beberapa negara Eropa yang mengalami “pendarahan”, maka investor melihat bahwa euro bukan lagi mata uang yang didukung oleh kawasan yang kuat. Oleh karena itu, investor kembali berpaling pada dolar AS.

Di sisi fundamental, harga minyak juga akan terdorong oleh peningkatan permintaan akibat pemulihan ekonomi. Pada 2010, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar 3,4 persen, terakselerasi dibandingkan 2009 yang minus 0,9 persen. Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik tentu membutuhkan energi, sehingga permintaan minyak pada 2010 diperkirakan bertambah 0,8 juta barel per hari menjadi 28,8 juta barel per hari.

Potensi kenaikan harga minyak dikuatkan oleh indeks harga komoditas energi, yang meningkat menjadi 4,2 persen pada Januari, dibandingkan Desember yang minus 2,4%. Indeks tersebut menunjukkan bahwa permintaan energi dunia mulai mengeliat.

Meskipun berpotensi naik, tetapi harga minyak pada 2010 diperkirakan tidak sedahsyat seperti 2008, yang sempat menyentuh 147 dolar AS/barel. Pemulihan ekonomi global, terutama di negara-negara maju, masih sangat rapuh.  Di AS, misalnya, pertumbuhan permintaan minyak terkoreksi sebelsar satu persen.

Oleh karena itu, permintaan minyak dunia akan didorong oleh negara-negara Asia, yang lebih cepat mengalami pemulihan pasca krisis. Salah satunya adalah India, yang tengah menggalakkan industrialisasi. Negara Asia lain juga diperkirakan mengalami pertumbuhan permintaan minyak yang signifikan. Di tengah permintaan yang mulai tumbuh, pasokan minyak tidak bertambah signifikan. Hal ini akan berujung pada harga minyak yang naik.

Dampak Terhadap Fiskal Indonesia

Kondisi harga minyak dunia tentu berdampak pada pengelolaan ekonomi dalam negeri, khususnya APBN. Perkembangan harga minyak memaksa pemerintah untuk mengubah asumsi Harga Minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) untuk APBN 2010.

Sebelumnya, asumsi ICP dalam APBN 2010 adalah 65 dolar AS per barel, lebih rendah dibandingkan asumsi APBN 2009 yang sebesar 45 dolar AS per barel. Asumsi ICP 65 dolar AS per barel dinilai lebih mampu menampung risiko kenaikan harga minyak.

Seiring perkembangan, ternyata asumsi ICP 65 dolar AS per barel menjadi tidak relevan lagi. Oleh karena itu, pemerintah menaikkan asumsi ICP dalam APBN-P 2010 menjadi 77 dolar AS per barel.  Asumsi tersebut dinilai lebih relevan, karena rata-rata ICP sepanjang Januari adalah 77,33 dolar AS per barel.

Dalam kajian Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, setiap asumsi ICP naik satu dolar AS akan membuat subsisi energi akan bertambah sebesar Rp 3,15 triliun. Kenaikan asumsi ICP sebesar 12 dolar AS per barel akan menambah subsidi energi Rp 37,8 triliun menjadi Rp 137,2 triliun. Akan tetapi, kenaikan asumsi ICP juga berpotensi menambah penerimaan negara. Dalam kajian Kementerian Keuangan, tambahan penerimaan akibat perubahan asumsi ICP adalah sekitar Rp 9 triliun.

Selain di sisi perencanaan, perubahan harga minyak juga dapat memengaruhi perjalanan APBN. Apabila realisasi ICP lebih tinggi dari asumsi, maka defisit anggaran berpotensi untuk membengkak. Pada tahun anggaran 2010, apabila rata-rata ICP lebih tinggi satu dolar AS per barel dari angka yang diasumsikan, maka tambahan defisit bisa mencapai Rp 100 milyar.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com