AS Akan Terus Berdagang Perang di Planet Bumi

Bagikan artikel ini

Tokoh pembuat film-film kontroversial Oliver Stone telah memenangkan 12 Academy Awards untuk karya-karyanya. Tetapi catatan luar biasa itu tidak membantunya mendapatkan akses pembiayaan untuk pembuatan film yang dinilai kritis terhadap salah satu fakta perang Amerika.

“Anda membuat cerita seperti itu, itu tidak akan terjadi,” kata Stone bahwa perbedaan pendapatnya dengan narasi yang pro-perang telah membawanya pada yang disebutnya sebagai “sensor ekonomi.”

Hollywood mempraktikkan penyensoran yang sama seperti CNN, New York Times, dan seluruh kantor pers yang dinilai meliput fakta-fakta perang sesungguhnya. Stone mencatat bahwa kita tidak pernah mendengar sudut pandang dari negara-negara yang diberi label “ancaman,” seperti Rusia, Cina, Korea Utara, Iran, dan Venezuela.

Partai Demokrat dan Republik juga sama-sama berkepentingan dengan perang. Demokrat bahkan tidak akan membiarkan Tulsi Gabbard berpartisipasi di Balai Kota kepresidenan New Hampshire, karena dia bukan pendukung perang.

Stone mengungkap fakta bahwa para pemimpin Demokrat seperti Hillary Clinton dan Joe Biden sama pro-perang, sama halnya denganDick Cheney dan para neo konservatif Zionis. Seperti yang dikatakan Putin dalam wawancara dengan Stone dan mengatakan “Itu tidak membuat perbedaan siapa yang menjadi Presiden Amerika Serikat.” Kebijakan Washington adalah hegemoni yang dicapai melalui perang.

Trump memang pernah mengatakan bahwa dia ingin membuat Amerika keluar dari perang. Selain itu, ia juga akan menormalkan hubungannya dengan Rusia dan menarik pasukan AS dari negara-negara yang telah diinvasi sejak pemerintahan George W. Bush dan Obama atau dengan proksi yang disebutnya “pejuang kemerdekaan.” Namun, di bawah tekanan dari “Russiagate” dan “impeach-gate, “Trump telah sia-sia mencari perlindungan dari Lobi Israel yang kuat, semuanya sia-sia. Orang-orang yang paling aktif dalam pemakzulan Trump adalah anggota Yahudi dari mayoritas Demokrat di DPR AS dan sebagian besar kesaksian palsu dari orang Yahudi tentang Trump.

Dengan demikian, Trump juga telah menjadikan kekuasaannya untuk melayani Israel. Trump baru-baru ini mengatakan bahwa karena pertimbangan Israel, ia menarik diri dari perjanjian multi-negara dengan Iran, yang didesak untuk berhenti memperkaya uranium yang dapat digunakan untuk pengembangan senjata pemusnah massal. Sebagiamana yang disampaikan Trump kepada Netanyahu pada konferensi pers bersama di Washington pada Selasa, 28 Januari 2020 silam.

“Seperti yang diketahui semua orang, saya telah melakukan banyak hal untuk Israel; memindahkan kedutaan Amerika Serikat ke Yerusalem [al-Quds], mengakui Dataran Tinggi Golan, dan terus terang mungkin yang paling penting, keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang mengerikan,” kata presiden AS di hadapan audiens pro-Israel yang di Gedung Putih.

Langkah Trump memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem bertentangan dengan pandangan mayoritas negara di dunia, juga telah melanggar aturan PBB. Trump tidak berhak mengklaim Dataran Tinggi Golan Suriah, wilayah yang direbut Israel yang tidak dapat dianeksasi ke Israel menurut hukum internasional, dan tidak memiliki otoritas atau kekuatan hukum. Tapi, lagi-lagi, Trump melakukannya.

Trump memberikan alasan untuk pemakzulannya. Tetapi itu akan mengharuskan Demokrat mengambil posisi melawan Israel, sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan baik oleh partai Demokrat maupun Republik. Kedua belah pihak sudah dalam kendali Lobi Israel.

Karena itu, sebagaimana dikemukakan Paul Craig Roberts dari Institute for Political Economy, perang Amerika atas nama Israel di Timur Tengah akan terus berlanjut. Israel menginginkan sumber daya air Libanon selatan yang hingga saat ini masih mengalami kegagalan.

Dua kali Israel mengirim tentara andalannya ke Libanon selatan untuk menduduki wilayah itu, dan dua kali pula mereka mampu dipukul mundur oleh milisi Hezbollah.

Hizbullah didanai dan dipasok oleh Suriah dan Iran, dan ini adalah alasan bahwa Netanyahu menggunakan bonekanya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, untuk terus menciptakan kondisi bagi pasukan Amerika untuk mati berperang demi Israel melawan Suriah dan Iran. Trump dengan sengaja akan mematuhi instruksi Netanyahu, tetapi Rusia menghalangi.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah Rusia untuk mendapatkan penerimaan dari Barat akan menggadaikan Suriah dan Iran dengan imbalan keanggotaan dalam disfungsi politik dan sosial yang korup di Dunia Barat.

Mempertimbangkan kepentingan-kepentingan Barat dari para penggerak dan pelopor Rusia – para oligarki- terutama selama masa Yeltsin, bukanl tidak mungkin, pemerintah Rusia akan menerima Israel Raya di Timur Tengah dengan imbalan keanggotaan di Dunia Barat.

Rusia sangat rentan dikorupsi oleh Barat. Kehidupan di bawah komunisme, atau dongeng-dongengnya, telah banyak memprovokasi kalangan pemuda Rusia menentang pemerintahan negaranya. Saat ini banyak LSM yang dibiayai Washington membawa ribuan pemuda Rusia turun ke jalan-jalan untuk memprotes Putin, yang menjadi berita utama di AS dan mendukung propaganda Washington bahwa Putin adalah seorang diktator yang menekan demokrasi Rusia.

Apakah Washington dan para pengikutnya di Eropa yang terus melawan Rusia dapat menjatuhkan pemerintah Rusia seperti pada tahun 1991. Di sinilah kedaulatan Rusia sepertinya masih belum terjamin.

AS adalah sumber perang. AS adalah satu-satunya negara yang menyerang, mengebom, menjelekkan, dan mengancam negara-negara lain. Ancaman perang hanya berada di Washington.

Trump membunuh seorang pejabat tinggi pemerintah Iran, Soleimani, yang sedang dalam misi perdamaian dalam penerbangan komersial ke Irak di mana ia diundang. Ini adalah kejahatan dan tindakan perang. Rusia menekan tanggapan Iran, jadi sekarang Washington mengancam akan membunuh penerus Soleimani.

Dunia menutup mata. Orang Amerika diindoktrinasi untuk melihat Iran, seperti Rusia, Cina, Korea Utara dan Venezuela, sebagai musuh. Jadi semakin banyak orang Iran yang terbunuh, semakin bahagia orang Amerika yang diindoktrinasi.

Eropa dan Jepang, sebagai pengikut Washington, sepertinya tidak punya taji meski dengan dengan operasi inteligen sekalipun tidak berguna dalam memperkenalkan pengekangan dan intelijen apa pun untuk menghalangi upaya Washington dalam menancapkan hegemoni dunianya dalam, yang salah satunya demi memenuhi kepentingan Israel.

Kesimpulannya adalah bahwa Perang adalah Masa Depan Dunia. Virus Corona (Coronavirus), dianggap bukan sekadar pandemi lain seperti flu burung, SARS, asap babi, dll. Faktanya, jenis virus ini berpotensi membunuh banyak orang. Sebuah “serangan” baru untuk menggantikan senjata nuklir, atau senjata pemusnah massal lainnya.

Memang, Washington dan perangnya merupakan ancaman bagi kehidupan planet Bumi. Dunia terperangkap dalam ambisi Washington dan Israel. Ketika Rusia dan Cina menolak untuk menyerah dan terus dengan bodohnya membuka diri terhadap campur tangan Amerika dan, mungkin, serangan biologis, lagi-lagi, perang sepertinya adalah masa depan dunia. Hanya kehancuran yang diciptakan oleh Washington yang akan tetap ada.

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Globla Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com