Besar Kemungkinan Singapura akan Menggagalkan Proyek Terusan Kra Thailand

Bagikan artikel ini

M Arief Pranoto dan Hendrajit, Peneliti Senior Global Future Institute (GFI)

Kelak jika beroperasi terusan di tanah Kra Thailand/Terusan Kra dan Pelabuhan Sabang, secara geopolitik akan mematikan Singapura sebab “kehidupan”-nya bergantung  pada Selat Malaka. Padahal jika terusan ini akhirnya terbangun, akan mematikan Selat Malaka.

Oleh karena melalui Terusan Kra dan Sabang selain memangkas jarak 612 mil dari Laut Cina Selatan menuju Lautan Hindia, juga menghindari kemacetan dan “pajak” di Selat Malaka. Dari asumsi ini bisa ditebak, bahwa dengan segala cara pihak Singapura akan berupaya “menggagalkan” proyek tersebut, kalau perlu dengan menciptakan konflik-konflik lokal di sekitar lokasi pembangunan proyek baik di Thailand maupun di Aceh.
Maka  dari itu, pembuat kebijakan luar negeri dan Politik-Keamanan di tingkat hulu di Indonesia, mutlak harus paham soal geopolitik negerinya, terutama pergeseran “arus barang dan jasa” jika kelak Kra Thailand selesai terbangun .
Karena itu,  Global Future Institute menaruh kekhawatiran besar dengan dengan digelarnya latihan militer tahunan dengan Sandi Cobra Gold, yang melibatkan Thailand sebagai tuan rumah, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Malaysia.
Betapa tidak. Seperti berita yang dilansir kantor berita Reuter, latihan ini berlangsung selama sebelas hari dengan melibatkan sekitar 13.000 tentara dari tujuh negara. Pembukaan latihan berlangsung pada Kamis kemarin (14 Februari) yang ditandai dengan latihan serangan amfibi di dekat pantai Pattaya, Thailand.
Mengingat kenyataan bahwa sejak masa Perang Dingin di era  1970-an Thailand merupakan basis militer AS yang sekaligus merupakan basis operasi intelijen CIA, maka latihan bersama Cobra Gold ini sudah seharusnya diwaspadai oleh para pemangku kebijakan luar negeri dan politik-keamanan di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan, latihan militer berupa Penyerangan amfibi itu melibatkan lebih dari 300 personel militer Thailand dan AS. Tugas mereka merebut posisi musuh di pantai. Operasi militer itu juga didukung oleh sejumlah jet tempur F-18, Harrier, pasukan terjung payung serta pendaratan kendaraan amfibi Thailand dan Amerika.
Sekadar informasi, “Cobra Gold” telah digelar sejak 1981, saat itu sebagai latihan militer bersama tahunan antara Thailand dan AS ketika Thailand dianggap sebagai negara terdepan dalam menghadapi penyebarluasan komunisme di kawasan itu (Era Perang Dingin).  Belakangan latihan ini juga mengikutsertakan beberapa negara lain, termasuk Indonesia.
Yang jadi aspek rawan dari Latihan Militer bersama yang bersandi Cobra Gold tersebut, hidden agenda di balik Latihan Militer Bersama tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai mapping (Pemetaan) kondisi di “daerah target” mengingat keterlibatan Singapura dalam latihan bersama bersandi Cobra Gold yang dimotori AS tersebut.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com