Cina hanya Miliki Satu Lab yang Disinyalir Dapat Menangani Virus Corona?

Bagikan artikel ini

Awal tahun 2020 dunia kembali dihebohkan dengan merebaknya sebuah virus misterius yaitu virus corona (coronavirus) yang berawal di salah satu kota di Cina, Wuhan. Ketika wabah virus terus meningkat di negara tersebut dan berpotensi menyebar di negara-negara lain, otoritas Cina hingga saat ini hanya memiliki satu lab yang memenuhi standar keamanan hayati yang diperlukan untuk menangani wabah virus tersebut.

Bahkan Laboratorium itu juga berpusat Wuhan, kota tempat korona virus yang baru diidentifikasi pertama kali muncul. Fasilitas tersebut, yang dikenal sebagai Laboratorium Keamanan Hayati Nasional Wuhan (Wuhan National Biosafety Laboratory), berlokasi di Akademi Ilmu Pengetahuan Cina dan secara khusus dirancang untuk membantu para ilmuwan Cina “mempersiapkan dan menangani wabah penyakit menular di masa depan,” demikian menurut sebuah laporan tahun 2019 yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Pemerintah Cina membangun laboratorium semacam itu setelah epidemi SARS 2003 (sindrom pernafasan akut yang parah), di mana lebih dari 8.000 orang tertular infeksi dan lebih dari 750 meninggal di seluruh dunia, menurut CDC.

Laboratorium yang menangani patogen menerima peringkat 1 hingga 4, tergantung pada kelas mikroba mana yang layak dikandungnya, dengan 1 mewakili risiko terendah dan 4 mewakili risiko tertinggi. Dengan standar Biosafety Level 4 (BSL-4), lab Wuhan dapat menyimpan patogen paling berbahaya di dunia pada level “penanganan” maksimum.

Semua peneliti di laboratorium BSL-4 harus berganti pakaian saat memasuki fasilitas, mandi saat keluar dan mendekontaminasi semua bahan yang digunakan selama percobaan, menurut CDC. Anggota lab mengenakan pakaian di sekujur tubuh, yang bertekanan untuk mengisolasi diri dari lingkungan sekitarnya. Laboratorium itu sendiri harus ditempatkan di gedung terpisah atau di sudut tempat yang terisolasi di dalam universitas dan harus dilengkapi dengan sistem penyaringan dan dekontaminasi udara.

Laboratorium BSL-4 dibangun untuk menampung agen infeksi seperti Ebola, Nipah dan virus demam berdarah Crimea-Kongo, yang kesemuanya merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan seringkali berakibat fatal.

Meskipun Cina berniat membangun lima hingga tujuh laboratorium penahanan tinggi pada tahun 2025, sampai sekarang, hanya laboratorium Wuhan yang saat ini dapat menampung patogen seperti ini, demikian menurut laporan CDC 2019.

Bahkan harian The Washington Post melaporkan bahwa pejabat kesehatan Cina telah mengklasifikasikan virus corona baru sebagai penyakit infeksi Kelas B, menempatkan penyakit ini dalam kategori yang sama dengan SARS dan HIV / AIDS. Namun, pemerintah Cina mengumumkan akan melembagakan kontrol Kelas A – yang biasanya dicadangkan untuk penyakit yang lebih berbahaya, seperti kolera dan wabah – dalam upaya mengatasi wabah tersebut.

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang disebabkan virus corona, menjangkiti 8.098 orang di China sejak wabah itu meluas pada tahun 2002. Tercatat 774 orang meninggal dunia akibat virus tersebut. “Ada ingatan yang kuat tentang SARS, itulah asal sumber ketakutan. Namun kami kini lebih siap menghadapi penyakit semacam itu,” kata Josie Golding, lembaga penelitian kesehatan berbasis di London, Inggris.

Virus corona dapat menyebabkan gejala mulai dari demam ringan yang dapat berujung pada kematian. Di tengah ini semua, pemerintah Cina tetap meyakinkan masyarakat bahwa virus itu “masih dapat dicegah dan dikendalikan.” Komisi Kesehatan Nasional China memastikan mereka akan meningkatkan pengawasan selama liburan Imlek.

Selain itu, otoritas kesehatan Cina menempatkan Wuhan sebagai wilayah quasi-karantina, yang berarti bahwa siapapun orang yang berpindah ke dan dari wilayah itu sekarang berada dalam kontrol yang sangat ketat. Pihak berwenang dapat secara paksa mengkarantina seseorang yang diketahui atau diduga terinfeksi virus dan akan memberi tahu publik setiap kasus baru yang diidentifikasi di Cina.

Lebih dari 400 orang telah terjangkit virus corona baru di Cina sejauh ini, juga di negara lain seperti Thailand, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan AS. Persediaan masker bedah Cina semakin menipis, dan banyak wisatawan telah membatalkan rencana mereka untuk merayakan liburannya karena kekhawatiran akan terinfeksi, South China Morning Post melaporkan. Hanya waktu yang akan menentukan bagaimana dan kapan wabah akan ditumpas dan apakah wabah tersebut menghadirkan ancaman besar bagi kesehatan dunia.

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com