Dana Asing Mengalir Sampai Jauh di 2012

Bagikan artikel ini

Rachmat Adhani/GFI

Aliran dana asing ke Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dalam dua tahun ke depan. Lembaga pemeringkat risiko investasi internasional, yaitu Standard & Poor’s dan Fitch Ratings memperkirakan bahwa Indonesia akan memenuhi syarat sebagai negara investasi sebelum 2012.

Ini berarti bahwa sebelum 2012, lebih banyak dana asing akan mengalir ke Indonesia, termasuk dana pensiun dari lembaga-lembaga di negara-negara lain. Hal ini didukung oleh kondisi politik ekonomi Indonesia yang relatif stabil dalam tiga tahun terakhir.

Oleh karena itu, pemerintah diharapkan untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur dan reformasi kebijakan. Sangatlah penting bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal.

Arus Modal Tidak Akan Dibatasi

Di sisi lain, Bank Sentral telah mengeluarkan enam kebijakan yaitu perluasan koridor bunga overnight pasar uang antar-bank yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2010, kewajiban memegang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) minimal satu bulan mulai tanggal 7 Juli dan penambahan instrumen moneter non-efek dalam bentuk deposito berjangka mulai 7 Juli untuk menyerap likuiditas tanpa underlying efek.

Lainnya yaitu perbaikan ketentuan tentang Posisi Devisa Neto (PDN) mulai tanggal 1 Juli, peluncuran SBI 9 bulan dan 12 bulan yang akan diterapkan minggu kedua Agustus 2010 dan minggu kedua September 2010, serta penerapan mekanisme tripartit dari pembelian kembali obligasi negara (SUN) yang akan dilaksanakan pada tahun 2011.

Pjs Gubernur Bank Sentral Darmin Nasution mengatakan paket kebijakan moneter tersebut tidak dimaksudkan untuk membatasi arus modal atau valuta asing yang bebas.

Kebijakan tersebut justru dibuat untuk merespon dan mengantisipasi berbagai dinamika pasar keuangan domestik dan global dan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, memperkuat stabilitas sistem keuangan dan mendongkrak pasar keuangan.

Tentang larangan untuk menjual SBI sebelum satu bulan atau 28 hari, Darmin mengatakan kebijakan itu dihasilkan karena investor cenderung menjual efek karena melihat sentimen negatif di pasar uang global.

Dia berharap kebijakan itu bisa mengurangi volatilitas rupiah dan kecepatan arus dana yang masuk dan keluar di SBI. Bank Sentral sudah menghitung dampak dari kebijakan baru yang sebenarnya tidak menutup pintu bagi modal untuk masuk tetapi hanya membuat investor untuk lebih hati-hati jika mereka ingin berinvestasi di negara ini.

Pasar Saham Masih Menarik

Sementara itu, ekonom senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan investor akan terus berburu aset di negara-negara dengan fundamental ekonomi yang baik seperti di Indonesia.

“Dengan krisis yang mengancam Eropa, banyak investor akan tertarik oleh harga saham di Indonesia yang relatif rendah dan ini akhirnya akan mendorong indeks harga saham gabungan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memperkuat rupiah,” katanya.

Indeks harga saham gabungan BEI akan terdorong oleh prediksi pertumbuhan Indonesia sebesar 6,2% serta meningkatnya laba perusahaan domestik dan bank. Fauzi menambahkan bahwa saat perekonomian Indonesia tumbuh 4,5% tahun lalu, sekitar 85% dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek mencatat keuntungan.

Tentang penyusutan harga saham dan rupiah saat ini, Fauzi mengatakan, fluktuasi itu alamiah. Tetapi dia yakin pasar saham global akan kembali positif seiring dengan proses pemulihan ekonomi, dan kenaikan harga komoditas internasional seperti minyak mentah, batubara, dan kelapa sawit.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com