Geopolitik Meramal Pulau Reklamasi di Teluk Jakarta 

Bagikan artikel ini

M. Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Geopolitik meramal, bahwa 17 pulau reklamasi kelak bisa menjadi basis atau Markas Besar bagi “Tentara Merah”-nya Cina mendarat, menyusun strategi dan konsolidasi dalam rangka kolonialisme gaya baru. Ini ramalan, boleh percaya boleh tidak. Dan bagi bangsa ini, pilihan cuma dua, ditolak — berarti bangsa ini menghemat energi karena akan terhindar dari perang besar di Teluk Jakarta antara Cina melawan Indonesia. Diteruskan, namun sebatas pulau yang sudah terbangun — tetapi kendali diambil-alih oleh Pemda DKI dengan segala konsekuensi hukum administrasi dan bisnis, kemudian diberikan kepada warga Jakarta –terutama nelayan– dengan DP 0% sesuai janji kampanye Anies-Sandi.

Catatan geopolitik memperingatkan, meneruskan pembangunan pulau reklamasi sesuai rencana pengembang, ibarat membuka pintu lebar-lebar bagi kolonialisme gaya baru ala Cina. Ingat pola kolonialisme ala kapitalis itu tentara maju duluan membuat kavling-kavling geoekonomi (contoh di Afghanistan dan Irak), namun sang tentara didukung oleh para cukong (donatur), sedang kolonialisme ala komunis justru kebalikannya, donatur atau pengusaha di depan (soft power/pendekatan panda) tetapi negara (tentara) ada di belakang.

Pola komunis dan kapitalis itu serupa tetapi tak sama, meski berbeda-beda wajah dan rupa, tetaplah sama.

Kesamaan pola kolonialisme keduanya ada pada langkah-langkahnya, antara lain:

Pertama, perluas ruang hidup (living space atau labensraum);

Kedua, ciptakan frontier yaitu batas imajiner antara pusat dan daerah akibat pengaruh asing dalam hal budaya, sosial, ekonomi — dan nantinya berujung ke politik (memisahkan diri);

Ketiga, gunakan politik kekuatan; dan

Keempat, gaduhkan keamanan negara dan bangsa sebagai sarana dan/atau dalih untuk referendum.

Sementara perbedaan keduanya cuma ada di manajemen. Bila kapitalisme dikendalikan oleh sekelompok elit swasta, sedang komunisme diremot oleh segelintir elit negara.

Itulah clue geopolitik terkait kontroversi pulau reklamasi di Teluk Jakarta.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com