GFI: Membaca kebijakan Luar Negeri AS terhadap Korut, Inilah Dampak Terhadap Indonesia

Bagikan artikel ini

Global Future Institute (GFI) memperingati satu dasawarsa (10 tahun) berdirinya dengan menggelar Seminar Terbatas bertajuk “Membaca Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Korut
dan Dampaknya bagi Indonesia,” bertempat di Wisma Daria, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (9/11/2017). Tujuan seminar ini sebagai upaya membaca tren global yang berdampak pada Indonesia serta kawasan ASEAN dan Asia Pasifik kedepannya.

GFI dalam satu dasawarsa berdiri, lembaga ini sejak 11 Oktober 2017) telah menerbitkan tiga buku. Pertama, Tangan Tangan Amerika-Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia. Kedua, Japanese Militarism. Terakhir, Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru.

Buku Perang Asimetris inilah yang akan menjadi isi pembahasan. Proxy War oleh masyarakat Asia Pasifik saat ini sudah mulai disadari dampaknya.

Korea Utara diyakini sungguh-sungguh ingin menciptakan perdamaian terhadap stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Sayangnya, belakangan ini ketegangan di kawasan itu dilihat dari perspektif yang sempit, dan menempatkan Korea Utara sebagai ancaman keamanan.

Dalam sambutannya Direktur Eksekutif GFI, Hendrajit, mengatakan mengangkat (tema) Korea Utara karena Semenanjung Korea ini sebagai pemantik konflik kawasan Asia Pasifik kedepannya. “Ini sudah terlihat dari kemandirian Korut dalam mengelola kawasan semenanjung Korea dengan memantik kecemasan, ketegangan kawasan (Asia Pasifik), khususnya memunculkan kebijakan AS untuk
kawasan semenanjung,” jelas Hendrajit.

Perwakilan Kementerian Pertahanan, Yoedhi Swastono mengatakan, “bahwa semenanjung Korea adalah spot yang sangat hangat saat ini. Pembangunan, persaiangan militer menjadi sorotan dan (ini) telah bergeser dari Timur Tengah ke Asia Pasifik. Upaya ini semua menjadi kepentingan kita pada kebijakan regional dan kawasan ASEAN itu sendiri terhadap konflik ini, melalui aspek pertahanan khususnya. Indonesia masih menjadi pemimpin di Asia itu sendiri. Kita harus menjadi mediator,” jelas Yoedhi, yang merupakan Dirjen Stategi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI

Dampaknya terhadap Indonesia jika AS dan Korut berperang, pertama ekonomi Indonesia (di bidang) LNG, khususnya ke Korsel macet, serta akan fluktuatif terhadap kebijakan ekonomi lainnya.

Amerika memiliki (Islan Change Strategi) dan ini menjadi kepentingan Tiongkok-AS. Korut ini kemungkinan menjadi penyangga kepentingan antara China-AS atau Rusia-AS. Korut ini bisa jadi sebagai pengalihan isu AS dari beberapa kepentingan-kepentingan dan kekuatan kawasan, atau skenario yang bermain di kawasan Asia Pasifik lainnya.

Perang menjadi jalan terakhir bagi AS dan Korut. Menurut padangan Kemhan RI, Korut tidak (mampu) perang dalam tahap lama. Jika pun terjadi perang bisa jadi hanya gertak saja. Sebagai bantuan ekonomi global nantinya terhadap Korut itu sendiri.

Seminar ini juga dihadiri oleh beberapa narasumber lainnya dari wakil rektor IV Universitas Bung Karno, Komisi I DPR RI, Lembaga Persahabatan Korea-Indonesia serta Lembahas RI.

(Berita ini bersumber dari reportaseaceh.com dan redaksi telah perbaiki beberapa kesalahan dalam pengetikan dan lainnya)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com