HIV/AIDS Sebagai Ancaman Global dan Nasional

Bagikan artikel ini

 Toni Ervianto, Alumnus pasca sarjana Kajian Intelijen Strategis, Universitas Indonesia dan analis di Lembaga Studi Intelijen Strategis Indonesia (LSISI), Universitas Indonesia. 

Situasi politik keamanan di tingkat global sekarang ini ditandai dengan perang di beberapa wilayah seperti Jalur Gaza Palestina, Suriah, Irak, dan Afghanistan, konflik-konflik bersenjata seperti di Sudan, Sudan Selatan, Mesir, Libya dll ataupun ketegangan politik seperti di kawasan Laut Cina Selatan serta persoalan ekonomi global seperti melambatnya upaya pemulihan krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa. Namun, ancaman global yang juga tidak kalah serunya dengan perang dan konflik bersenjata adalah ancaman HIV/AIDS.

Menurut Dr RJ Simon dari Yayasan Pediatri Elizabeth Glaser, Amerikat Serikat, lebih dari 1.000 bayi di dunia setiap hari terinveksi HIV. Sekitar 90 persen di antaranya terinfeksi akibat penularan dari ibu ke bayi ketika hamil, melahirkan atau menyusui. Masalahnya di banyak negara yang mengalami epidemi HIV banyak perempuan positif HIV yang hamil, yang akhirnya menginfeksi kepada bayinya. Ada 1,5 juta perempuan positif HIV AIDS yang hamil, karena banyak perempuan HIV positif tidak memahami bagaimana mencegahnya.

Menurutnya, salah satu yang pencegahan paling efektif adalah terapi khusus yang disebut ART (Terapi Anti Retroviral). Rendahnya penggunaan terapi ini setidaknya menyebabkan, hampir 400 ribu infeksi HIV baru pada anak selama tahun 2010. Terapi ini mampu mengurangi penularan dari ibu ke bayi di sejumlah negara berpenghasilan tinggi. Namun, banyak perempuan di negara miskin tidak mampu mengkases terapi. Hanya 48 persen perempuan hamil positiv HIV di negara berpenghasilan rendah dan menengah menerima obat-obatan yang mereka butuhkan untuk mencegah penularan.

Sementara Wakil Ketua Konfrensi AIDS 2012 dari General Hospital di   San Francisco, Diane Havlir, mengatakan dunia masih membutuhkan  obat dan vaksin, agar dapat menyelamatkan jutaan nyawa. Akses pengobatan sejak 1995 setidaknya mampu menghindarkan 2,5 juta kematian akibat HIV/AIDS. Sementara  infeksi baru tahun 2010  tercatat berjumlah 2,7 juta, angka  21% di bawah angka di puncak epidemi tahun 1990. Sayangnya  jika satu orang berobat, ada potensi  dua lagi yang terinfeksi. Pada akhir tahun 2010, 34 juta orang diperkirakan hidup dengan HIV di seluruh dunia, meningkat 17% dibanding  tahun 2001. Karena itu sangat penting bagi orang di seluruh dunia untuk berdiri bersama membalikan arus  untuk mengakhiri epidemi  HIV/AIDS. Sedangkan, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 30 persen bayi lahir dari ibu HIV positif akan terinfeksi jika ibunya tidak memakai terapi (ART).

Di tataran global, sudah ada kesadaran bahwa HIV/AIDS tidak dapat dipandang sebelah mata dan sudah dipandang sebagai sebuah ancaman. Oleh karena itu, dalam Konfrensi  HIV/AIDS di Washington DC, Amerika Serikat pada 22-27 Juli 2012 bertajuk ‘Bersama Membalikan Arus” telah melahirkan  Deklarasi Washington DC  sebagai upaya mengakhiri epidemi AIDS di dunia. Deklarasi Washington DC menyerukan sejumlah aksi melawan HIV/AIDS, termasuk pencegahan HIV,  pengobatan dan perawatan ODHA  sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia, serta mengakhiri stigma, diskriminasi, menegakan sanksi hukum atas pelanggaran HAM terhadap ODHA, mengingkatkan  pelayanan test HIV dan konseling. Aksi global juga mendorong pengobatan untuk semua perempuan hamil dan menyusui yang hidup dengan HIV,  sekaligus mengakhiri penularan HIV dari ibu ke bayi.

HIV/AIDS sebagai ancaman di Indonesia?

Menurut hasil pengamatan penulis dari berbagai pemberitaan di media massa, HIV/AIDS terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti Langsa (Aceh Timur), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Jakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Utar, Kalimantan Tengah dan Bitung dengan perincian antara lain, Kabupaten Badung, Bali sampai Agustus 2012 terdapat 857 kasus HIV/Aids dengan perincian HIV sebanyak 425 orang, Aids sebanyak 432 orang), Langsa, Aceh Timur (2 kasus), Lebak, Banten (117 kasus), di Jawa Tengah tercatat 276 kasus HIV dan 387 kasus AIDS terjadi sejak Januari hingga Juni 2012, di Kota Kupang, NTT, jumlah kasus HIV/Aids dalam kurun waktu 13 tahun terakhir hingga Juli 2012 terus meningkat dan tercatat sebanyak 362 kasus, dengan perincian 270 di antaranya kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia), sedang sisanya yang 92 adalah kasus AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome), yakni sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, pengidap laki-laki menempati jumlah tertinggi mencapai 221 sedangkan pengidap berjenis kelamin perempuan berjumlah 141 orang, semuanya terdapat di 51 kelurahan di Kota Kupang, NTT, di Gunungkidul, DIY ada sebanyak 19 kasus, dan di Mimika, Papua ada sebanyak 367 kasus. Namun, untuk mendapatkan data tentang jumlah pasti penderita HIV/AIDS di Indonesia memang agak sulit, karena data yang dikeluarkan berbagai pihak tidak sama atau cukup beragam.

Menurut data Kementerian Kesehatan, laporan situasi perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sampai Maret 2012 memperkirakan, 6,58 juta orang di Indonesia rawan tertular HIV pada 2009. Jumlah tertinggi berasal dari pria pelanggan pekerja seks (3,17 juta orang) dan istri mereka (1,94 juta orang). Namun, yang terdata hingga Maret 2012 baru 82.870 kasus HIV dan 30.430 kasus AIDS. Dari jumlah itu, hanya 25.817 orang yang dapat antiretroviral (ARV).

Masih berdasarkan laporan Menteri Kesehatan tahun 1987 hingga 2012 sudah ada 3.733 kasus ibu rumah tangga yang terinfeksi dari pasangan tetapnya. Berdasarkan data bulan Juni 2012, jumlah kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di DIY menduduki ranking tertinggi kedua setelah wiraswasta. Hingga  bulan Juni 2012, ibu rumah tangga dan remaja dengan HIV/AIDS sebanyak 189 kasus. Data ini cenderung menunjukkan peningkatan. Kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga tahun 2011 sebanyak 185 kasus dan tahun 2012 baru sampai Juni 2012 sudah meningkat menjadi sebanyak 189 kasus. Jika dihitung secara persentasi penularan HIV/AIDS kepada kalangan ibu dari tahun 2011 hingga tahun 2012 ini mencapai sekitar 12 persen.

Sedangkan data BKKN, dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224 kasus AIDS, 45 persen di antaranya diidap oleh generasi muda.

Angka HIV/AIDS yang masih tinggi menunjukkan masih maraknya perilaku seks tidak aman di daerah rawan prostitusi dan tingginya penggunaan narkoba jenis suntik dikalangan tingkat usia tertentu yang menjadi penyebab paling mudah penularan penyekit tersebut.

HIV/AIDS di Indonesia tampaknya belum dianggap sebagai ancaman nasional, walaupun HIV/AIDS sebenarnya merupakan fenomena gunung es ini didapatkan bahwa pada kasus HIV/Aids jika ditemukan satu kasus, maka diperkirakan masih ada 10 sampai 100 orang bahkan lebih yang sudah terinfeksi HIV namun belum terdeteksi.

Salah satu indikasi belum dianggapnya HIV/AIDS sebagai ancaman nasional adalah tidak adanya pemetaan masalah yang lengkap terkait masalah ini seperti berapa besar faktor terjadinya HIV/AIDS akibat proses persalinan, menyusui dan transfusi darah, sudahkah kita mempunyai cadangan obat-obatannya, mengakhiri stigma, diskriminasi serta menegakan sanksi hukum atas pelanggaran HAM terhadap ODHA.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com