Implementasi “Bali Principles” Dan Pentingnya Bagi Stabilitas dan Keamanan di Kawasan

Bagikan artikel ini

Konferensi Tingkat Tinggi East Asia Summit (EAS) ke-7 telah dilaksanakan di Phnom Penh, Kamboja (20/11). Pertemuan yang dihadiri oleh seluruh Kepala Negara/Pemerintahan negara peserta EAS tersebut telah mengesahkan dua dokumen yakni, Phnom Penh Declaration on East Asia Summit (EAS) Development Initiative dan Declaration of the 7th East Asia Summit on Resistance to Antimalarial Medicines.

 

Para Kepala Negara peserta EAS telah membahas isu-isu penting dalam bidang yang menjadi prioritas kerja sama EAS.

Beberapa usulan konkrit yang dibahas dan disetujui untuk ditindaklanjuti diantaranya terkait dengan pencegahan dan penanganan bencana alam, ketahanan pangan, ketahanan energi, kerja sama maritim, pandemic disease, pembangunan berkelanjutan dan lingkungan, serta program connectivity.

Indonesia menekankan arti pentingnya melaksanakan Declaration of the East Asia Summit on the Principles for Mutually Beneficial Relations, yang lebih dikenal sebagai Bali Principles secara konsisten.

Pada intinya, Bali Principles ini mengatur hubungan antarnegara di kawasan dengan menjunjung tinggi kepatuhan pada hukum internasional, menahan diri dari penggunaan kekuatan dan menyelesaikan perselisihan secara damai.

“Sekiranya kita semua secara konsisten mematuhi dan menjalankan prinsip tersebut, maka dengan sendirinya kita telah berhasil menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan bagi kebaikan dan manfaat bersama,” demikian ditegaskan Presiden RI.

Dibentuk pada tahun 2005, saat ini terdapat 18 negara peserta EAS, yaitu 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Republik Korea, Selandia Baru, Amerika Serikat dan Federasi Rusia.

Area kerja sama yang menjadi prioritas dalam kerangka EAS adalah keuangan, energi dan lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan global dan pandemik, penanggulangan bencana dan ASEAN Connectivity.

EAS merupakan forum leaders-led summit dengan ASEAN sebagai kekuatan penggerak (driving force) dalam kemitraan dengan negara-negara anggota lainnya.

Para Pemimpin membahas isu-isu strategis, politik dan ekonomi yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama, dengan tujuan mempromosikan perdamaian, stabilitas dan keamanan serta kesejahteraan ekonomi di kawasan Asia Timur. EAS merupakan forum yang terbuka, inklusif, tansparan dan outward looking.

Sejak awal pembentukannya pada tahun 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia, KTT EAS telah diselenggarakan sebanyak 6 kali, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia (14 Desember 2005), Cebu, Filipina (15 Januari 2007), Singapura (21 November 2007), Cha-am Hua Hin, Thailand (25 Oktober 2009), Ha Noi, Viet Nam (30 Oktober 2010), Bali, Indonesia (19 November 2011). (Sumber: Dit. MWAK)

 

Sumber :Kemlu RI

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com