Isu Wuhan dan Beberapa Skenario yang Mengiringi

Bagikan artikel ini

Ada beragam narasi atau skenario yang mengiringi isu Wuhan, kota di Provinsi Hubei, awal virus korona kali pertama muncul lalu menjalar ke sejumlah negara termasuk Amerika Serikat (AS), Perancis, dan lain-lain. Entah nanti negara mana lagi bakal terjangkit coronavirus.

Iringan narasi tersebut, ada yang berupa opini, ada fakta sebenarnya, analisa, tetapi ada yang sekedar persepsi, framing, meme, atau bahkan narasi yang bersifat nir-akademis —meski ini area Tuhan— seperti azab, misalnya, atau hukum karma, qisas, dan seterusnya. Sah-sah saja narasi tadi merebak sesuai maqom, level nalar, serta faktor keimanan subjek.

Adapun narasi dan/atau skenario dimaksud antara lain ialah:

Narasi Pertama, para ahli Rusia menengarai bahwa isu Wuhan ialah bagian tak terpisah dari Perang Biologi yang tengah digelar oleh AS secara senyap dalam rangka menghancurkan Cina, rival utama Paman Sam di panggung geopolitik. Oleh karena pada tahun 1959-1961 dahulu, ia pernah menyerang secara biologi ke pertanian Cina serta membuat hampir seluruh daratan Cina, gagal panen. Tudingan para ahli Rusia ini dilatar-belakangi suatu fakta atas pengambilan sampel darah semua imigran Cina yang masuk ke AS berdalih pemeriksaan kesehatan. Namun dibalik itu, secara rahasia dilakukan penelitian DNA mereka bertujuan menciptakan senjata biologi khusus untuk ras Cina daratan. Makanya tak heran jika beberapa kejadian seperti virus SARS dan sejenisnya bermula dari Cina daratan. Peristiwa itu boleh disebut “kebetulan,” tetapi kebetulan berulang – ulang patut diduga bahwa kejadian itu telah “diatur” dan direncanakan secara matang;

Narasi Kedua, ternyata di satu sisi, merujuk National Security, bahwa Wuhan adalah Center of Gravity, “jantung ekonomi” di Cina berdasar 3G (geopolitik, geostrategi dan geoekonomi). Sedang pada sisi lain, seperti halnya Xinjiang, ada sebagian penduduk di Wuhan adalah muslim. Maka benar atau tidak data di atas, namanya juga irisan narasi, meme, framing dan lain-lain jangan-jangan Cina tengah melakukan ethnic cleansing di Wuhan secara senyap melalui virus? Entahlah. Kenapa demikian, sebagaimana opini yang beredar, bahwa Kebijakan diskriminatif Cina terhadap muslim (melalui kamp konsentrasi) di Xinjiang justru menimbulkan kegaduhan publik serta menuai banyak protes dunia atas nama HAM dan solidaritas muslim. Maka dari itu, di Wuhan ia lakukan secara senyap. Ini mungkin opini, entah benar atau tidak, masih perlu kajian lebih dalam;

Narasi Ketiga, Wuhan adalah rumah bagi Bio Lake, pangkalan industri terbesar bio-inovasi dan produksi obat eksperimental. Virus korona sengaja dibuat oleh Cina untuk senjata biologis berbasis virus SARS yang pernah melanda Cina 2003-an lalu. Kode genetik kedua virus itu 87% serupa dan tidak kebetulan. Maka spekulasi Barat mengira, bahwa ada kebocoran dan kecerobohan dalam pembuatan senjata biologi yang tengah dipersiapkan oleh Cina. Mengapa? Kebijakan Pemerintah Cina bahwa bioscience akan memainkan peran utama dalam daya saing globalnya. Ya. Dalam Rencana Lima Tahun ke 13-nya menyebut, “Cina tidak mau ketinggalan revolusi biotek sains kehidupan,” kata Cao Cong, peneliti di Universitas Nottingham, Ningbo, Cina;

Narasi Keempat, inilah hukum karma atau qisas, atau hukum causalitas bagi Cina karena ia telah mengisolasi 10-an juta suku Uighur di Xinjiang, kini Cina harus menuai buah yang ditebarnya. Ia dipaksa mengisolasi hampir 40-an juta lebih warganya sendiri di luar dari suku Uighur;

Narasi Kelima, ketika Xi Jinping menyatakan: “Tidak ada kekuatan yang mampu mengguncang Cina”, maka ucapan Xi ibarat melempar batu ke langit. Tunggu hukum gravitasinya. Buuum! Nah, baru virus korona yang jatuh, Cina sudah kelabakan. Belum lagi virus corola, mercy, atau virus toyota, BMW, atau virus esemka, dan lain-lain. Kata sang pujangga, “Cina, jangan berdendang dulu kau!”

Itulah beberapa skenario dan/atau narasi pengiring isu Wuhan yang kini meluas. Untuk narasi ke-4 dan ke-5 itu area Tuhan karena sifatnya nir-akademis, boleh diabaikan karena manusia tidak boleh menjamah. Sedang skenario lainnya adalah narasi logis karena diambil dari berbagai sumber bacaan.

Demikian adanya, demikianlah sebaiknya.

M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com