Justru AS dan Imperialis Barat Seringkali Menggunakan Senjata Kimia

Bagikan artikel ini

Roger Annis, Penulis asal Vancover, Kanada.

 

Ketika Amerika Serikat menuduh Suriah telah menggunakan senjata kimia (Chemical Weapon) dalam menumpas pasukan pemberontak yang didukung oleh badan intelijen AS CIA, Roger Annis mengungkap beberapa hal menarik dalam artikelnya di New Cold War yang bertajuk:

Syria and Chemical Weapons: Debating the Regime-Change War in Syria 

 

Dalam artikelnya Roger Annis mengungkap laporan Robert Fisk yang bahwa para korban yang diklaim pihak media Barat sebagai korban penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah, ternyata disebabkan oleh penyakit pernafasan (respiratory ailment) akibat dari dari menghisap debu dan puing-puing serta gegar otak akibat ledakan dahsyat pada saat terjadi kontak senjata antara pasukan pemerintahan Presiden Bashar al Assad. Dengan makna lain, laporan Robert Fisk menegaskan tidak ada sama sekali yang namanya korban akibat serangan senjata kimia.

 

Pada April 2018 lalu, masih tetap berlangsung kontak senjata antara pasukan pemerintah Suriah versus milisi ultra kanan dalam rangka menguasai Douma yang dikuasai pasukan pemberontak sejak 2012. Dalam gencatan senjata antara kedua belah pihak beberapa waktu lalu, pemerintah Suriah berhasil mengkondisikan penarikan mundur milisi pemnberontak dan merebut kembali kendali Douma.

 

Sayangnya, laporan Robert Fisk yang secara faktual membuktikan tidak adanya keterlibatan Suriah dalam penggunaan senjata kimia, ternyata diabaikan dan dianggap sepi oleh media-media Barat.

 

Bagi Robert Annis, temuan Robert Fisk malah menggiring kita pada sebuah kemungkinan yang sebaliknya. Bahwa justru negara-negara imperialis Barat lah yang seringkali menggunakan senjata kimia.

 

Misal Inggris, Perdana Menteri Winston Churchill  

merupakan pendukung utama gagasan penggunaan senjata kimia pada Perang Dunia I. Maupun dalam perang kolonial yang digunakan Inggris terhadap negara-negara jajahannya di kawasan Timur-Tengah, Afrika dan India.

 

Bahkan Inggris juga menggunakan senjata kimia ketika melancarkan campur-tangan militer terhadap beberapa wilayah di Rusia bagian Utara pada 1919.

 

Campur-tangan militer Inggris terhadap beberapa wilayah Utara yang masuk dalam kedaulatan Rusia, dilancarkan dalam upaya untuk menggulingkan pemerintahan revolusioner Oktober 1917 yang dipimpin oleh Vladimir Ulyanov Lenin.

 

Amerika Serikat, sebagai salah satu sekutu Inggris dan negara adikuasa baru yang muncul pada akhir Perang Dunia II, juga terdapati menggunakan senjata kimia secara brutal terhadap rakyat  Korea dan Vietnam.

 

Bahkan AS maupun sekutunya yang tergabung dalam NATO, juga menggunakan senjata kimia terhadap rakyat Irak ketika melancarkan invasi militer pada 2003.

 

Lepas dari isu penggunaan senjata kimia yang ditebarkan oleh media-media pro AS dan NATO, ada beberapa perkembangan terkini di Suriah yang ada dalam catatan Robert Annis.

 

Pertama, pemerintah Suriah maupun Rusia dan Iran berhasil merebut kembali kendali terhadap beberapa wilayah Barat Suriah yang sebelumnya dikuasai oleh milisi-milisi ultra kanan yang didukung AS, Arab Saudi, dan beberapa negara yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk.

 

Kedua, AS dan Turki sedang berusaha melakukan pecah-belah di Suriah Utara, khususnya di jalur Utara yang yang berbatasan langsung dengan Turki. Di beberapa wilayah Utara Suriah ini, secara kebetulan terkandung cadangan minyak dan gas yang cukup besar. Sehingga gerakan AS dan milisi untuk menggulingkan pemerintahan Assad, harus dilihat dalam konteks penguasaan sumberdaya alam di Suriah.

 

Para pimpinan suku Kurdi Suriah, termasuk yang mendukung rencana strategis AS memecah-belah Suriah. Sekadar info, penduduk Kurdi Suriah berjumlah 2,5 juta jiwa dari total jumlah penduduk Suriah yang saat ini berjumlah 18,5 juta jiwa.

 

Sehingga konflik yang sekarang seakan terjadi antara AS versus Turki terkait Suriah, sesungguhnya hanya sekadar sandiwara yang dimainkan oleh Presiden Donald Trump. Yang mana tujuan sesungguhnya adalah untuk mengaburkan dan mengalihkan perhatian publik dari agenda strategis kebijakan luar negeri AS yang sesungguhnya.

 

Baik AS maupun Turki nampaknya berkepentingan untuk melemahkan dan memecah-belah pemerintahan maupun rakyat Suriah.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com