Kepemimpinan, Pengambilan Keputusan dan Resiko (Contoh Kasus Irak dan Libya)

Bagikan artikel ini

M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Apakah “pengambilan keputusan” (bilput) itu? Tanpa disadari, hakiki kehidupan ternyata merupakan proses dan rangkaian dari tindakan bilput. Boleh dikatakan, kehidupan seseorang, kelompok, organisasi bahkan bangsa dan negara akan ditentukan oleh efektif atau tidaknya, akurat atau tidak saat kita mengambil bilput. Kenapa? Karena niscaya ada implikasi dan/atau kontribusi atas bilput yang diambil.

Merujuk pengalaman, tatkala bilput diambil, terdapat tiga situasi dan kondisi (sikon) tergelar di depan kita, yakni:

1) bilput dengan kepastian sikon, dimana cuma ada satu hasil yang akan terjadi. Entah implikasi ataupun kontribusi bagi si bilput (subyek) maupun si obyek itu sendiri;

2) bilput dengan risiko. Ini bisa berdampak pada si subyek, atau obyek ataupun sikon yang ada namun dapat diukur probabilitas dan/atau perkiraan dampak dari bilput tersebut;

3) bilput dengan ketidakpastian. Ini yang rawan, apabila si bilput tidak punya gambaran/perkiraan tentang apa yang akan terjadi usai bilput dijatuhkan. Harus dihindari jika tidak ingin blunder. Kenapa? Bahwa hakikat bilput adalah proses memilih berbagai alternatif berbasis data, informasi, analisis, dan lain-lain sesuai kriteria yang diperoleh si bilput.

Dari sisi klasifikasi, bilput digolongkan pada dua hal, yaitu terprogram dan tidak terprogram. Bilput terprogram lazimnya merupakan aktivitas rutin dan repetitif (berulang-kali) dimana langkah, mekanisme, dan seterusnya telah dituangkan dalam buku pedoman (standart operating procedure/SOP), sedangkan bilput tidak terprogram kebalikannya, yakni tak terstruktur, terkait hal baru, sulit dikenali bentuk, hakikat serta dampaknya.

Dari sisi kepentingan, bilput dibagi dalam tiga kelompok yaitu bilput strategis, taktis dan teknis. Merujuk hal-hal di atas tadi, bilput teknis terkait keputusan dengan kepastian sikon, sedang bilput taktis biasanya berkaitan pengelolaan sumber daya organisasi dengan risiko. Tetapi keduanya (taktis dan teknis), bersifat repetitif dan berbasis SOP. Keduanya, juga masuk kategori bilput terprogram.

Yang paling urgen adalah bilput strategis, mengapa? Selain bilput dengan ketidakpastian sikon, bersifat nonrepetitif, juga tidak terprogram. Keputusan strategis ini merupakan bilput guna menjawab tantangan di tengah perubahan lingkungan strategis yang bergerak. Biasanya memiliki dampak –entah implikasi dan/atau kontribusi– terhadap organisasi hingga jangka panjang. Dan bilput strategis inilah yang kerap kerap dilakukan oleh Top Management.

Pilihan Saddam Husein dan/atau Moamar Khadafi memutuskan untuk “melawan” Amerika dan sekutu contohnya, adalah jenis keputusan strategis, di bawah ketidakpastian sikon, tak terprogam, nonrepetitif, dan lain-lain. Penuh risiko. Kenapa? Keduanya, baik Saddam maupun Khadafi tak punya gambaran/prakiraan setelah bilput ditetapkan. Retorikanya adalah, mungkinkah jika memahami bahwa akibat keputusan tersebut Libya dan Irak jadi lulu lantak, apakah mereka akan menunda bilput tersebut; atau, mereka sudah paham akibatnya, tetapi tetap memutuskan melawan demi harga diri dan kehormatan negara daripada jatuh dalam jurang kolonialisme asing?

Pemimpin itu sendirian, hanya berteman kebenaran. Dan sebaik-baiknya kebenaran adalah kebenaran dari Tuhannya!

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com