Membangun Mental Lewat Sekolah

Bagikan artikel ini
Ronggo Astungkoro, mahasiswa Jurusan Jurnalisme Universitas Padjadjaran
Revolusi mental merupakan sebuah gagasan lama yang digunakan kembali oleh Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo. Sebelumnya, gagasan revolusi mental sudah pernah digunakan oleh Presiden pertama RI Ir. Soekarno. Pada masa itu, revolusi mental berarti satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Gagasan ini dikeluarkan oleh Presiden Soekarno ketika revolusi nasional sedang berhenti, sekitar tahun 1957.
Setelah menjadi Gubernur DKI Jakarta dalam dua tahun, Joko Widodo atau yang biasa disapa Jokowi, terpilih menjadi presiden dengan membawa kembali gagasan revolusi mental itu. Kini, semangat tersebut diimplementasikan kepada situasi nyata saat ini olehnya dengan tujuan lebih memperkokoh kedaulatan, meingkatkan daya saing, dan mempererat persatuan bangsa.
Setidaknya ada 10 nilai esensial pada Government Public Relations (GPR) Report Edisi 5 yang dikeluarkan pada Juli 2015 oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Dirjen Kominfo). Nilai-nilai esensial itu meliputi etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif, adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
Masih dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa strategi internalisasi nilai-nilai ini dilakukan melalui jalur birokrasi, lembaga pendidikan, kelompok masyarakat, sektor swasta, hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Dari sektor pendidikan contohnya, dapat dilihat bagaimana pemerintah akan terus memperkuat kurikulum untuk membangun integritas, membentuk etos kerja, dan semangat gotong royong.
Hasil riset media yang dilakukan oleh Dirjen Kominfo itu mengatakan, gerakan semacam Revolusi Mental pernah dilakukan di Korea Selatan yang dikenal dengan nama “Saemul Undong” yaitu pembangunan bangsa dari desa dan berhasil dilakukan sejak tahun 1960. Gerakan revolusi mental yang dimasukkan ke dalam konsep pendidikan nasional mereka tersebut dapat merubah mental orang Korea yang sebelumnya pesimis dan berpikiran negatif dan irasional, menjadi optimis dan rasional positif.
Melihat kenyataan tersebut, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 26 Jakarta Nursiswanto mengatakan revolusi mental di Indonesia akan berhasil jika ada contoh keteladanan dari pemimpin. Bukan hanya pemerintah, tetapi juga pemimpin di seluruh lapisan.
“Presiden Korea saat itu membuat slogan sebanyak-banyaknya, Tuhan Tidak Akan Mengubah Nasib Suatu Kaum Jika Kaum Itu Sendiri Tidak Mengubahnya. Slogan itu ia dapat saat berkunjung ke Indonesia yang justru ia terapkan di negaranya. Sekarang kita tidak bisa mengandalkan slogan, kita butuh aksi nyata karena situasinya sudah berbeda,” jelasnya.
Di SMKN 26 Jakarta sendiri, para siswa sudah mendapatkan pendidikan mental dan karakter sebelum presiden Jokowi menggembar-gemborkan revolusi mental itu. Tiap masa orientasi siswa (MOS), mereka mendatangkan motivator untuk memberikan materi pada siswa baru agar mengerti dunia SMK dan dunia perindustrian. Mereka mengundang para siswa dan orang tuanya untuk mengikuti acara tersebut agar sama-sama mengerti.
Tiap sabtu pada awal tahun ajaran, pihak sekolah memberikan pembinaan terhadap siswa baru. Materi pembinaan yang diberikan oleh guru tersebut terkait dengan tata tertib serta aturan-aturan yang ada di sekolah. “Kegiatan yang dilakukan selama satu semester itu akan membuat para siswa mengerti dan paham akan tata tertib yang berlaku di sekolah ini,” ungkap guru yang biasa disapa Nur ini.
Sebagai contoh, Nur menambahkan, SMKN 26 ini memiliki jalur untuk pedestrian. Pejalan kaki diwajibkan untuk melewati jalur berwarna hijau tersebut untuk sampai ke tujuan mereka masing-masing. Di sekolah ini memang tidak terlihat ada siswa yang berjalan kaki di luar area tersebut. Ini sengaja dilakukan agar kebiasaan dan perilaku taat peraturan dapat dimiliki oleh para siswa.
Menurut Muhammad Reza Diharja salah satu siswa kelas 3 Jurusan Teknik Permesinan, para siswa di sini memang dituntut untuk disiplin terhadap aturan. “Kami jadi lebih percaya diri dengan tingkat kedisiplinan yang kita punya. Selain itu, organisasi-organisasi yang ada di sekolah ini juga bagus untuk mengembangkan minat dan bakat kami,” tambah Reza.
Dalam membangun karakter dan mental siswa, semua guru ikut berperan aktif. Pada tiap minggunya, SMK 26 melakukan kegiatan upacara dan apel secara bergantian. Untuk upacara, kegiatan mengibarkan bendera dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Sedangkan untuk apel, para guru memberikan evaluasi kepada anak ajarnya.
Evaluasi tersebut merupakan evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan selama seminggu sebelum apel dilakukan. Tim guru berkumpul untuk membahas evaluasi yang ada. Kepala sekolah juga hadir untuk memberikan masukan atau juga jalan keluar dari masalah-masalah yang ada.
“Kami ingin membuat karakter dan mental siswa di SMK 26 ini sebaik mungkin agar bisa bersaing di dunia industry nantinya. Apalagi saat ini kita sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan akan makin sulit,” tutur Nur.
Pendidikan mental dan karakter di sekolah juga harus didukung dengan pendidikan mental oleh orang tua di rumah. Nur menegaskan, “sangat perlu adanya sinergitas antara sekolah dan orang tua siswa agar mental anak tersebut dapat terbangun dengan baik. Sinergitas ini sangat diperlukan agar orang-orang Indonesia nantinya bermental baik.”
Selain SMK 26, program atau kegiatan terkait dengan revolusi mental juga dilaksanakan oleh SMAN 68 Jakarta. Di SMA yang terletak di Jakarta Pusat ini, akan dilakukan program yang dibagi menjadi tiga bagian dalam mendukung Nawa Cita pemerintah. Ketiganya terdiri dari kegiatan Anti Radikal, Anti Narkoba, dan Bela Negara.
Rangkaian acara tersebut berupa pemberian materi kepada para siswa dan juga permainan. “Pemberian materi ini sebagai bentuk sosialisasi kepada siswa terkait tiga hal itu. Menjadi sebuah cara agar pandangan anak-anak itu bisa dibentuk bahwa mereka harus menjauhi yang namanya narkoba, tidak boleh berbuat radikal, dan menyadarkan bahwa ada kewajiban bagi diri mereka untuk bela negara,” jelas Widiartinny selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 68 Jakarta.
Dalam menjalankan program kegiatan ini, pihak sekolah menginginkan adanya kerjasama dengan instansi-instansi terkait ketiga hal tersebut. Menurut guru yang biasa disapa Wid ini, Pemerintah juga sudah seharusnya mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini. Ia menambahkan, program revolusi mental itu harus dilakukan terus-menerus. Tidak bisa kadang ada dan kadang tidak.
Sebenarnya, di luar dari ketiga kegiatan itu sudah ada kegiatan lain yang bertujuan untuk menggembleng mental dan karakter siswa di sekolah ini. Ada Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dan juga kegiatan Pramuka. Dalam mengikuti kedua program ini, para siswa diharapkan dapat memiliki mental yang bagus, mandiri, cinta pada bangsa dan negara, dan punya daya juang yang tinggi.
“Wah kalau pramuka, itu ngedidik mental saya banget,” turur Muhammad Fadhil siswa kelas satu SMAN 68. Soal kegiatan yang akan diadakan oleh sekolahnya, ia mengaku bahwa dirinya siap menjalani kegiatan tersebut.
Sama seperti Nur, Wid juga mengatakan butuhnya sinergi antara sekolah dengan orang tua di rumah, terlebih lagi lingkungan masyarakat. Lingkungan punya pengaruh sangat besar bagi mental anak-anak. Kalau salah terjun di suatu lingkungan, anak tersebut akan dengan cepat terpengaruh buruk. Jangankan anak-anak, mahasiswa yang harusnya sudah bermental baik dan matang pikirannya saja masih ada yang terpengaruh aliran-aliran tidak benar, logikanya jadi tidak jalan.
Itulah program atau kegiatan yang dimiliki dua sekolah unggulan yang terdapat di Jakarta terkait dengan revolusi mental yang diinginkan oleh pemerintah. Untuk itu, ada baiknya bersama-sama sebagai warga masyarakat yang baik turut berpartisipasi menjaga lingkungan tetap kondusif bagi sesama.
Sumber:
– Wawancara Pak Nur Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMKN 26
– Wawancara Bu Wid Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 68 
-Wawancara Muhammad Reza Diharja
– Wawancara Muhammad Fadhil
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com