Meminta Tanggungjawab Amerika Soal Meningkatnya Gelombang Pengungsi Irak

Bagikan artikel ini

Amerika Serikat dan koalisi negara-negara yang tergabung dalam NATO, terutama Inggris dan Spanyol, tak pelak lagi bakal dikenang sejarah sebagai pemicu utama berkobarnya perang di Irak dan Afghanistan. Karena itu ada beberapa dampak susulan dari serbuan dan Pendudukan pasukan koalisi Amerika-NATO di Irak yang kiranya perlu dituntut tanggungjawabnya tidak saja secara moral, namun juga dari segi bantuan materiil.

Salah satunya adalah adanya fakta bahwa saat ini diperkirakan ada sekitar 40.000 orang pengungsi dari Irak yang berada di Libya, sedangkan di Mesir kurang lebih ada sekitar 200.000 orang pengungsi. Adapun di Syiria dan Yordania, bahkan mencapai 2 juta orang pengungsi.

Tentu saja gelombang pengungsi Irak yang mengalir ke negara-negara yang notabene secara geografis berdekatan dengan Irak, telah bikin pusing pemerintahan dari negara-negara yang kebanjiran pengungsi tersebut. Sedemikian gentingnya gelombang pengungsi yang membanjiri negara-negara tersebut di atas, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah baru bagi negara-negara yang jadi “obyek persinggahan” para pengungsi tersebut. Misalnya saja memburuknya situasi keamanan, meningkatnya pengangguran, melonjaknya kenaikan harga produk kebutuhan utama (primary commodities), dan lain sebagainya.

Untuk mengantisipasi krisis baru di Timur Tengah itu, maka liga negara-negara Arab kini sedang mempersiapkan sebuah resolusi yang akan meminta semua negara-negara di dunia agar memberikan dukungan materiil kepada negara-negara dimana para pengungsi itu bermukim.

Sayangnya, sampai sejauh ini negara-negara yang dianggap memicu terjadinya perang Irak dan penyebab utama timbulnya gelombang pengungsi yang melanda negara-negara Timur Tengah tetangga Irak, justru bermaksud untuk lepas tangan.

Menurut pandangan Amerika, masalah pengungsi dari Irak sepenuhnya merupakan tanggungjawab PBB dan karenanya berada di bawah kompetensi Perhimpunan Bangsa-Bangsa sedunia itu. Serhingga hanya PBB lah satu-satunya lembaga internasioanl yang harus memberikan bantuan materiil kepada negara-negara yang dibanjiri pengungsi.

Baik resolusi yang sedang dipersiapkan Liga negara-negara Arab maupun negara-negara berpenduduk mayoritas Islam lainnya, nampaknya harus diarahkan pada sebuah paradigma dan cara pandang baru. Bahwa Amerika dan para sekutunya di  Nato lah yang harus mengambil alih tanggungjawab. Karena mereka inilah yang memulai agresi militer ke Irak dengan segala dampak susulan yang seharusnya sudah diperhitungkan para ahli strategis perang di Pentagon.

Jadinya salah kaprah jika yang harus bertanggungjawab malah negara-negara lain yang justru tidak ikut-ikutan dalam mendukung serbuan Amerika dan koalisi NATO ke Irak. Bayangkan saja. Libya, Mesir, Syiria dan Yordania yang hanya gara-gara secara geografis berdekatan dengan Irak, tiba-tiba harus menampung gelombang pengungsi yang sedahsyat gelombang Tsunami. Sementara Amerika yang kalau menyangkut kepentingannya sendiri, justru banyak memberi bantuan materiil seperti membantu beberapa LSM yang mengadvokasi separatisme di beberapa negara dengan menginternasionalisasikan perjuangan kemerdekaan beberapa kelompok etnik atau daerah tertentu di Asia, giliranya soal pengungsi Irak yang mana Amerika sebagai pemicu utama masalah itu, justru bermaksud lepas tangan. Rasa-rasanya memang tidak adil.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com