Museum KAA: Sarana Menggugah Kesadaran Nasionalisme dan Wawasan Internasional Kawula Muda

Bagikan artikel ini

Program bimbingan dan edukasi Museum KAA tak hanya melulu di museum tapi juga ke sekolah-sekolah. Pada Kamis, (13/2/2020) Museum KAA mengunjungi SD Mutiara Bunda di bilangan Arcamanik Endah Bandung.

Dalam kunjungan itu sejarah KAA dipaparkan mulai dari era Abad Penemuan hingga era kolonialisme di Nusantara. Misalnya soal kehadiran Portugal dan Spanyol di Maluku pada abad ke-15. Keduanya yang mengemban misi pencarian rempah-rempah telah menandai awal era kolonialisme bukan saja di Nusantara tapi juga bahkan dunia.

Persaingan di antara keduanya melahirkan dua perjanjian penting, yaitu Perjanjian Tordesillas dan Perjanjian Zaragoza. Kedua perjanjian itu menandai era kolonialisme internasional, terutama di Asia dan Afrika. Tapi, siapa sangka 400 tahun kemudian kolonialisme internasional resmi dilarang sejak peristiwa Konferensi Asia Afrika yang digelar di Kota Bandung pada tahun 1955.

Dalam sesi tanya jawab, rasa ingin tahu tentang cikal bakal kolonialisme muncul dalam beragam bentuk pertanyaan. Di antaranya adalah soal kejatuhan Romawi Timur di Eropa yang menyulut perubahan jalur perdagangan internasional, yakni Jalur Sutra dan Jalur Rempah di kawasan Timur Tengah.

Dalam acara itu, hadir 75 siswa dan siswi Kelas 5. Bersama mereka turut mendampingi 11 guru mata pelajaran IPS dan PPKN.

Desmond Satria Andrian, Museum Konferensi Asia-Afrika Bandung (KAA)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com