NU Siapkan Perguruan Internasional

Bagikan artikel ini

Rusman, Pengiat Sosial Budaya

Nahdlatul Ulama terus mengembangkan pengelolaan pendidikan yang sudah dimulai melalui Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU Khadijah. NU juga menyiapkan perguruan bertaraf internasional yang menyediakan layanan pendidikan mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan tinggi dengan standar internasional.

Lembaga yang disebut Perguruan Internasional NU Khadijah ini diluncurkan Ketua Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial (YTPS) NU Khadijah Khofifah Indar Parawansa dan Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi, di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, belum lama ini. Hadir pula Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah (PW) NU Jatim KH Mutawakkil Alallah dan Rois Syuriyah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar.

Pembangunan lembaga pendidikan ini pada tahap awal diutamakan untuk pendidikan tinggi. Sebab, saat ini YTPS NU Khadijah sudah memiliki beberapa sekolah, TK sampai SMA. “Untuk menampung lulusan Sekolah Khadijah, diperlukan lembaga pendidikan tinggi berstandar internasional sehingga dihasilkan generasi Muslim yang religius, kompetitif, dan profesional,” kata Khofifah.

Jurusan yang akan disiapkan adalah keuangan dan perbankan, perdagangan, hukum bisnis, serta bisnis dan manajemen. Termasuk di dalam pendidikan itu adalah masalah komunikasi dan teknologi.

Menurut Khofifah, program pendidikan yang disiapkan untuk mengatasi fenomena saling distorsinya politik dan ekonomi. Semestinya, ketika semua dijalani sesuai jalurnya dan profesional, sumber kekayaan alam Indonesia bisa dikelola dengan baik dan memakmurkan rakyat.

Terintegrasi

Direktur Pendidikan YTPS NU Khadijah Prof Surahmat mengatakan, pengembangan pendidikan NU ke depan memang disiapkan terintegrasi baik secara fisik maupun metode pembelajaran. Rencananya, secara fisik bangunan lembaga pendidikan ini berada di satu kawasan seluas 14,5 hektar di Wonorejo, Surabaya. Diharapkan, peletakan batu pertama bisa dilakukan sebelum Muktamar ke-32 NU, akhir Januari 2010.

Metode pendidikannya, kata Surahmat, selain mengikuti aturan pemerintah baik terkait akreditasi, sekolah standar nasional dan internasional, disiapkan pula inovasi metode pembelajaran. Namun, semua metode pembelajaran tidak meninggalkan paham ahlussunnah wal jamaah.

Menyambut persiapan lembaga pendidikan terintegrasi ini, KH Mutawakkil mengharapkan lahirnya generasi yang cerdas tanpa kehilangan karakter keislaman. Meredupnya nilai-nilai dan karakter keislaman disebutnya sebagai kegagalan pendidikan.

Sementara itu, Hasyim mendorong supaya NU di wilayah lain dan cabang bisa berbuat sama dan mengembangkan pendidikan. Dengan lembaga pendidikan NU, diharapkan penghafal Al Quran tidak sekadar diperlukan untuk upacara tingkepan, tetapi mendorong penerapan Al Quran pada konteksnya.

“Kalau penghafal Al Quran hanya diperlukan saat tingkepan atau upacara tertentu, Al Quran menjadi hanya berdaya gaib dan tidak berdaya ilmu. Ini harus dirombak, apalagi Indonesia adalah negara dengan paling banyak guru agama,” kata Hasyim.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com