Panglima Perang Tentara Amerika Ungkap Petualangan Tentara AS dan Sekutu di Siberia, Rusia Timur pada 1918-1919

Bagikan artikel ini

Diolah dari artikel Jeff Klein, When the US Invaded Russia.

Bisa dimengerti jika Rusia sangat sensitif jika Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam NATO, melancarkan intervensi militer ke negara-negara yang dulu masuk dalam kedaulatan Uni Soviet seperti Georgia atau Ukraina. Meski kedua negara tersebut sekarang sudah jadi negara bangsa yang merdeka dan lepas dari Republik Federasi Rusia.

Dalam ingatan kolektif orang-orang Rusia, terutama para elit pimpinan nasionalnya, Amerika Serikat beserta sekutu-sekutnya seperti Inggris, Perancis, pada pasca Perang Dunia tahun 1918 rupanya AS, Inggris dan Perancis, pernah menginvasi wilayah Timur Rusia seperti Siberia.

Dalam Perang Dunia I AS, Inggris, Perancis, Itali dan Jepang, merupakan sebuah persekutuan untuk menghadapi Jerman dan Turki. Pada Juli 1918, Presiden Woodrow Wilson mengeluarkan Aide Memoire yang memberi arah yang bersifat kontradiktif dan bermakna ganda kepada Jendral William Graves, Panglima Militer AS yang yang sedang dalam perjalanan menuju Siberia, yang masuk wilayah timur Rusia.

Sebagaimana dipaparkan oleh Jeff Klein, instruksi Presiden Wilson itu bikin bingung Jendral Graves. Pada satu sisi, Presiden Wilson menegaskan bahwa campur tangan asing di Rusia tidak dibenarkan. Namun kemudian Aide Memoire Wilson itu menyimpulkan bahwa kehadiran an AS di Siberia bukan merupakan sebuah campur tangan asing.

Yang lebih membingungkan Jendral Graves, bahwa dalih yang digunakan untuk menempatkan tentara AS dan sekutu-sekutunya di Siberia adalah untuk menyelamatkan personil tentara Czechs di kawasan Rusia Timur itu, pada kenyataannya tidak memerlukan pertolongan sama sekali untuk diselamatkan.

ada kenyataannya, pada Agustus 1918 pasukan sekutu yang dimotori AS-Inggris-Perancis-Itali-Jepang telah menguasai Vladivostok dan sepanjang jalur kereta api Trans Siberia.

Jenderal Graves yang sejatinya merupakan perwira militer professional yang tidak suka berpolitik, kemudian mendesak kemterian luar negeri AS agar menerapkan Aide Memoire Wilson secara harafiah. Bahwa tentara AS tidak boleh ikut campur dalam urusan dalam negeri Rusia. Dan bersikap netral menghadapi berbagai faksi yang berseteru di dalam negeri Rusia. Apalagi kala itu sedang berlangsung pertarungan berdarah antara kubu Bolshevik pimpinan Vladimir Ulyanov Lenin versus Kerenski dari kubu Menshevik.

Oleh sebab sikapnya yang menentang instruksi kementerian perang AS untuk menghadirkan pasuka tentaranya di Siberia, Jenderal Graves kemudian dicurigai sebagai sosok yang bersimpati pada Bolshevik. Padahal dia murni tentara professional yang misi militernya adalah mengamankan rute jalur kereta api Trans Siberia dan melindungi supply militer pihak sekutu.

Dalam tafsiran Graves belakangan dalam memoir yang ditulisnya, pihak kementerian luar negeri AS rupanya memang berniat untuk berpihak pada faksi-faksi politik yang melawan kubu Bolshevik Rusia. Sinyalemen Jendral Graves semakin kuat ketika pada 1919 AS b eserta tentara sekutu mendukung Pemimpin tertinggi “kelompok Putih” Marsekal Alexander Kolchak, yang berbasis di kota Omsk, Siberia Barat.

Mulanya mendukung secara diam-diam melalui Palang Merah Internasional, namun kemudian melakukan pengapalan untuk mengirim tentara ke Siberia. Namun kemudian perlawanan Marsekal  Alexander Kolchak bisa dipatahkan oleh tentara Merah Rusia. Sehingga kemudian pada akhir 1919, pasukan AS dan sekutu akhirnya ditarik mundur dari Siberia. Jendral Graves sendiri kemudian meninggalkan Vladivostok dan kembali ke AS pada April 1920.

Satu catatan penting dari invasi singkat AS ke Siberia Rusia ini, 174 tentara AS tewas. Menariknya lagi, desakan agar tentara AS mundur dari Siberia justru datang dari kalangan personil pasukan yang sudah lelah berperang maupun opini publik yang menentang penempatan pasukan di luar negeri seusai Perang Dunia I.

Sayangnya beberapa arsip dan dokumentasi petualangan tentara AS di Siberia, Rusia Timur, sebagaimana istilah yang digunakan Jenderal Graves, hilang secara misterius. Sehingga para sejarawan yang bermaksud melacak petualangan tentara AS tersebut, kesulitan mengakses data dan informasi. Padahal campur tangan militer AS di luar negeri masih berlanjut terus hingga kini seperti di Vietnam, Afghanistan, Irak dan Suriah.

Apa yang ditulis oleh Jenderal Graves dalam  memoarnya mengenai petualamngan AS di Siberia pada 1918, pada hakekatnya hanya semakin mengingatkan kita terhadap petualangan militer AS di Vietnam, Afghanistan, Irak dan Suriah.

Seraya mengingatkan satu fakta penting yang terjadi saat ini, bahwa ada 30 ribu tentara NATO di daerah perbatasan Rusia.

——-

Jeff Klein, mantan presiden serikat buruh yang banyak menulis masalah-masalah luar negeri dan Timur Tengah.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com