Pembebasan Mosul dan Kekhawatiran Eropa

Bagikan artikel ini
Dalam wawancaranya dengan surat kabar Jerman, Die Welt, Selasa (18/10/2016), King memperingatkan bahwa Eropa harus siap untuk menghadapi masuknya teroris Daesh jika pasukan Irak merebut kembali Mosul.
Para ahli percaya bahwa 4.000 sampai 8.000 teroris Daesh saat ini bermarkas di Mosul, kota terbesar kedua di Irak dan benteng besar terakhir Daesh di negara itu.
Para pejabat senior Uni Eropa sedang menghadapi kekhawatiran setelah pemerintah Irak melakukan serangan masif ke Mosul dan bertekad untuk mengakhiri keberadaan Daesh di negara itu.
Kepulangan para teroris Daesh Eropa ke negara-negara asal mereka berpotensi melahirkan petaka baru bagi benua itu. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan terutama dengan memperhatikan serangan teror di Eropa dalam dua tahun terakhir khususnya di Paris pada November 2015 dan Brussels pada Maret 2016 serta beberapa kasus serangan militan di Jerman.
Ribuan warga Eropa telah pergi ke Irak dan Suriah selama dua tahun terakhir untuk bergabung dengan Daesh, tapi kelompok teroris ini sekarang menderita serangkaian kekalahan di kedua negara tersebut. Kekalahan ini mendorong sejumlah anasirnya untuk kembali ke Eropa.
Dalam hal ini, pusat kontra-terorisme Eropa yang berada di bawah Europol dalam sebuah laporan pada Juli 2016 menyatakan bahwa sedikitnya 4.300 warga Eropa berada di antara militan yang berafiliasi dengan Daesh, di mana mereka berangkat ke Timur Tengah setelah menjadi anggota kelompok itu.
Para pejabat Eropa sekarang berbicara tentang kekhawatiran mereka terhadap eskalasi ancaman teroris khususnya oleh Daesh, padahal beberapa negara besar Eropa terutama Perancis dan Inggris bersama Amerika Serikat dan sekutu mereka di Arab, memainkan peran penting dalam menciptakan dan memperkuat Daesh dan kelompok-kelompok Takfiri lainnya di Suriah.
Sekarang pendekatan tersebut telah memberikan dua dampak yang berbeda bagi Eropa. Pertama, Uni Eropa harus menghadapi gelombang besar pengungsi dan ini adalah tantangan terbesar yang dihadapi blok itu sejak kelahirannya. Dan kedua, serangan teror mulai meningkat di Eropa setelah para teroris Eropa kembali ke negara mereka.
Eropa khususnya Perancis tidak menyangka bahwa keputusan menciptakan dan memperkuat kelompok-kelompok teroris di Suriah akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Pada dasarnya, pemerintah-pemerintah Eropa saat ini sedang memetik hasil dari benih terorisme yang mereka semai di Timur Tengah.
Serangan di Eropa sebenarnya bersumber dari penggunaan isu terorisme sebagai alat dan pembagian mereka menjadi teroris baik dan jahat. Barat dan sekutunya di Arab hanya mengejar kepentingannya di Timur Tengah ketimbang memerangi teroris Takfiri dan mereka telah memberikan angin segar kepada Daesh dan kelompok-kelompok teroris lainnya di kawasan.
Pada akhirnya, kelompok teroris mampu merekrut anggotanya dalam jumlah besar dan bahkan melancarkan serangan teror di jantung Eropa.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com