Penurunan (Depresiasi) Rupiah Masih Berlanjut

Bagikan artikel ini
Sigid memaparkan beberpa data dari Badan Pusat statistik (“Berita Resmi Statistik”) di bulan Januari 2016 (Data baru diterbitkan 15 Pebruari 2016):
  1. TERHADAP DOLAR AS:Rupiah terdepresiasi 0.96 % dengan kurs rata2 menjadi Rp 13,863 per dolar AS dan nilai terendahnya Rp 14,000 per dolar AS.
  2. TERHADAP YEN JEPANG :Rupiah terdepresiasi 2.36 % dengan nilai rata-rata Rp 117.69 per Yen
  3. TERHADAP EURO, EROPA;Rupiah terdepresisai 0.36 % menjadi rata-rata Rp 15,130 per Euro dengan nilai terendah Rp 15,244.per Euro.
  4. TERHADAP DOLAR AUSTRALIA: Rupiah terapresiasi (naik) 2.62 % menjadi rata-rata Rp 9,580 per dolar Australia. Namun Australia bukan mitra dagang utama seperti Amerika,Jepang dan Eropa dan kebanyakan transaksi internasional menggunakan dolar AS sehingga dampaknya tidak besar.
Pemerintah membuat asumsi nilai rupiah untuk APBN 2016 Rp 13,400 per dolar AS. Bank Indonesia mengantisipasi penurunan rupiah berlanjut telah mengubah skala (range) nilai rupiah dari awalnya Rp 13.400 s/d Rp 13.700 per dolar AS menjadi Rp 13.400 s/d Rp 13.900 per dolar AS untuk tahun 2016. Sedangkan para analis di luar negeri (seperti Trading Economics) mempekirakan nilai rupiah rata-rata selama Triwulan 12016 Rp 14.207 per dolar AS.
Sigid menjelaskan lebih lanjut perihal adanya dampak jika nilai rupiah terus terdepresiasi, yakni :
  1. Bagi pemerintah pembayaran utang luar negeri atau pembayaran surat utang negara/obligasi (SUN) dalam denominasi dolar AS, atau Yen atau Euro yang jantuh tempo akan makin besar.
  2. Untuk menjaga kurs rupiah Bank Indonesia perlu menambah cadangan devisa untuk mensuplai devisa ke pasar uang di dalam negeri. Akhir Tahun lalu BI menggunakan pinjaman luar negeri,SUN dan devisa hasil ekspor yang masih menurun ,untuk menambah cadangan devisa.
  3. Bagi pengusaha industri swasta biaya pembelian material,bahan penolong komponen yang harus diimpor untuk produksinya makin besar. Bahkan untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang harus menggunakan bahan impor (seperti kedelai untuk tahu tempe) harus menanggung biaya produksi yang makin berat,sehingga mereka akan lebih berusaha bertahan, tidak berekspansi.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com