Perlu Dijajaki Kerjasama Politik dengan Rusia untuk menjadi Penengah bagi Rivalitas Cina dan AS di ASEAN

Bagikan artikel ini

Gusfiabri, pakar ekonomi dari Center for Indonesia National Policy Studies (CINAPS) dan Direktur Eksekutif Imagoinvest

Seperti yang sudah disebutkan tadi, bahwa Rusia sudah menjadi mitra yang cukup lama, 20 tahun. Tadi ada yang mengatakan ASEAN sudah solid, saya kurang setuju. Karena menurut saya ASEAN ini masih rapuh. Negara-negaranya masih saling bersengketa dalam perebutan batas wilayah, pulau dan sebagainya. Kalau bicara balancing power  atau penataan ekonomi itu kita berbicara mengenai ruang. Adakah ruang untuk Rusia bermanuver di Asia Tenggara? Terus terang, tidak mudah. Ketinggalannya dari faktor lain terlalu jauh. Secara politik dan ekonomi.

Jepang atas restu AS sudah berperan dari awal di ASEAN. Aliran Foreign Direct Investment (FDI) Jepang yang dikelola Chinese Overseas di Asia Tenggara menjadi kunci kemajuan ekonomi kawasan. Jepang juga meluncurkan Miyazawa Plan pasca krisis moneter 1997/1998. Kemudian Cina mulai masuk pasca krisis moneter 1997/1998. Meluncurkan Chiang Mai Initiative. Menyepakati ASEAN-China FTA/ACFTA. 2015, China meluncurkan Asian Infrastructure  Investment Bank. Dan Dengan RI  memberikan fasilitas Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) senilai Rp 250 triliun. ASEAN adalah second largest source for China.

Jadi apakah akan ada pembagian Rusia memainkan peran di Eropa dan cina di Asia Tenggara? Sedangkan di ASEAN sendiri tantangannya cukup besar yaitu Distrust antar anggota ASEAN masih besar. Masih ada konflik-konflik antar negara yang sulit dibilang sederhana, Indonesia kasih kapal nama Singapura nyanyi, Singapura dan Malaysia memperebutkan Sabah. Kemudian ASEAN secara internal makin raouh dan ada guncangan di Thailand, kita harus bersiap-siap dalam 10 tahun kedepan kerajaan Thailand akan collapse dan berganti menjadi Republic of Thailand, wilayah Thailand yang muslim kita tidak tahu akan jadi seperti apa nantinya.

ASEAN memiliki ketergantungan ekonomi dan politik pada kekuatan luar, baik untuk menyelesaikan persoalan internal maupun menghadapi ancaman eksternal. Rivalitas AS-China masih kuat.

Kemudian mengenai kekuatan ekonomi, politik dan ketergantungan luar, apakah masalah ini memang benar-benar ada? Atau memang sengaja dibuat agar ada? Itu perntanyaan yang harus dijawab menurut saya. Seperti apa alasan Malaysia memperkuat wilayah kelautcina selatan padahal ASEAN memiliki ketergantungan dengan AS.

Tantangan Rusia terhadap Asia Tenggara seperti kita ketahui bahwa Rusia bukan pemain baru di kawasan. Dimasa lalu, Rusia pernah dekat secara ekonomi dan politik dengan Indonesia dan Vietnam. Selain sumber modal, Rusia juga pusat ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemudian, Rusia juga memiliki Soverign Wealth Fund (SWF) Russian Direct Investment Fund/RDIF   dan kepemimpinan di BRICS Bank Capital yang didesain menjadi New Development Bank (NDB BRICS) bermodal 100 miliar dollar AS, pesaing World Bank.

Dan saatiniRusia sedang berupaya memperkuat Eurosian Economic Union atau EAEU bersama Kazakhtan,  Belarus, Kyrgistan. Thailand, India, Vietnam sudah menyatakan minat untuk menjadi mitra dari blok ekonomi ini.

Selanjutnya Dibidang keamanan dan ekonomi Rusia juga membangun Shanghgai Cooperation Organization (SCO) bersama Cina, Iran, Kazakhtan, Kyrgistan, Uzbekistan, Tajikistan, India dan Pakistan. Dan yang menarik ekonomi RI sendiri akan lebih besar dari Rusia di 2023.

Ekonomi Indonesia mempunyai kapasitas tumbuh sebesar 5,4% selama 2016-2020, cukup tinggi untuk ukuran dunia.  Buahnya, di tahun 2017 ukuran ekonomi Indonesia akan mencapai 1,14 triliun dollar AS, meningkat dari 870 miliar dollar AS saat ini. Diramalkan pada tahun 2023, PDB Indonesia akan mencapai 2,1 triliun dollar AS, masuk 10 besar dunia,  melebihi Australia, Rusia dan Spanyol.  Dengan kondisi itu, pengaruh Indonesia akan meningkat di panggung dan di lembaga-lembaga internasional seperti G-20, International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan PBB. Bukti-bukti empiric menunjukkan, tingkat PDB 1 triliun dollar AS akan mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

RI-Rusia punya hubungan khusus dimasa lalu. Secara politik dan ekonomi. Secara ekonomi, Soviet pernah menjadi salah satu negara donor terbesar bagi Indonesia. Apa yang bisa dibangun dua pihak  dalam landscape ekonomi-politik global yang baru saat ini.  RI jangan sampai ketinggalan inisiatif membangunkerjasama yang lebih luas dengan Rusia.

Perlu dijajaki: kerjasama politik dengan Rusia untuk menjadi penengah  bagi rivalitas China dan AS di Asia Tenggara. Disamping  membangun kerjasama sektor energi (migas dan nuklir), industri kimia, pendidikan teknik dan eksplorasi luar angkasa.Kan Amerika dulu pernah mengatakan akan membawa astronot Indonesia dalam proyeknya, tetapi masih belum dilakukan, apakah dengan Rusia, mau mengikutsertakan astronot Indonesia?

Meskipun  pertemuan kali ini dalam konteks ASEAN, disamping kerjasama, tentu ada persaingan. RI harus datang ke Rusia sebagai kawan lama, sahabat lama. RI sudah kenal dekat dengan Rusia sebelum Singapura dan Malaysia ada. Sebagai negara terbesar di kawasan, negara berpopulasi keempat terbesar didunia, anggota G-20, RI harus datang dengan posisi sebagai pemimpin kawasan.

*Disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Global Future Institute (GFI) dan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) Universitas Nasional, Rabu 11 Mei 2016.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com