Problem Bumi adalah Problem Manusia

Bagikan artikel ini

Rusman, Pengiat Lingkungan Hidup

Hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April. Berbagai acara seremonial dilakukan pada setiap peringatan oleh sejumlah negara dibelahan dunia. Esensi peringatan mestinya difokuskan pada semakin parahnya bumi dieksplorasi tanpa memikirkan keseimbangan dan kelestarian alam.

Entah sudah berapa juta tahun umur bumi kita ini. Namun selama ini bumi menjadi obyek ”penderitaan” oleh manusia. Aktifitas eksploitasi dilakukan untuk berbagai kepentingan. Ada yang mengambil minyaknya. Ada yang menggali bumi untuk diambil batu baranya. Ini merupakan secuil kegiatan dari berbagai macam eksploitasi terhadap bumi.

Tentunya masih begitu banyak lagi kegiatan ekploitasi terhadap bumi kita atas nama kepentingan bersama. Pertanyaannya, seberapa persen dari manusia yang melakukan eksploitasi terhadap bumi memikirkan keseimbangan dan memikirkan kelestarian alam?

Tentu sulit untuk menjawabnya. Namun bandingkan, sudah berapa bencana yang terjadi akibat kegiatan eksploitasi terhadap bumi kita ini. Banyak kegiatan penambangan misalnya, meninggalkan lubang-lubang yang berbahaya bagi masyarakat disekitarnya.

Kini, setiap tanggal 22 April peringatan hari bumi dirayakan. Berbagai kegiatanpun dilakukan oleh bermacam kalangan. Ada yang merayakannya dengan menanam sejuta pohon. Atau ada yang hanya sekedar membersihkan area tertentu dari sampah-sampah yang berserakan. Kegiatan-kegiatan positif selalu muncul dalam setiap peringatan hari bumi.

Bahkan tidak sedikit disetiap peringatan hari bumi ditandai dengan mengeluarkan komitmen untuk menjaga bumi dari beragam kerusakan. Di Amerika Serikat misalnya, peringatan hari Bumi tahun ini ditandai dengan kampaye Generasi Hijau diseluruh sekolah yang ada. Berbagai deklarasi selalu dikumandangkan dalam setiap peringatannya.  Namun mirisnya, kerusakan terhadap bumi terus berlangsung.

Sejarah Lahirnya Hari Bumi

Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April sejarahnya dimulai oleh seorang aktivis lingkungan John McConnel. Ia adalah yang pertama kali mengajukan proposal kegiatan yang bertujuan untuk  penyelamatan bumi. Proposalnya ketika itu diajukan kepada pemerintah daerah San Francisco pada 1 Maret 1970. Kemudian proposalnya disetujui dan menjadi perhatian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Atas dasar itu akhirnya dijadikan sebagai pengajuan kegiatan penyelamatan bumi sedunia. U Thant, sekretaris jenderal PBB pada masa itu mengusulkan adanya hari peringatan tahunan yang dijadikan momen bagi seluruh umat manusia agar memikirkan kembali nasib bumi.

Perubahan demi perubahan tanggal peringatan Hari Bumi terjadi. Dan pada suatu ketika ditetapkanlah 22 April sebagai Hari Bumi. Semenjak itu kegiatan ini pun dilakukan serentak di seluruh dunia.

Moralitas Penting Dalam Menjaga Bumi Yang Kian Rusak

Sejarah mencatat setiap tahun selalu terjadi peningkatan kegiatan yang berakibat atas kerusakan terhadap bumi. Ini hampir terjadi diseluruh negara dibelahan bumi. Hal yang masih hangat diperbicangkan adalah mengenai isu pemanasan global akibat imbas rumah kaca. Belum lagi polusi udara yang diakibatkan oleh kegiatan industri baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Hal yang kerapkali tidak terdasari adalah imbas dari sebuah perang.

Berbagai masalah ditampung dan berbagai pertemuan tingkat duniapun berkali-kali berlangsung. Hasilnya bisa kita ketahui. Selalu hanya sekedar rekomendasi belaka. Agaknya, perlu ditekankan bahwa moralitas menjadi penting guna menjaga bumi yang kian rusak akibat ulah manusia.

Peran pemerintah di negara manapun menjadi penting untuk memperhatikan dan menilai semua tindakan manusia dalam rangka eksploitasi bumi. Pemerintah harus tegas dan tidak bersifat pasif atas indikasi kegiatan yang merusak bumi. Jangan “mengaminkan” kegiatan ekploitasi bumi yang berakibat fatal dikemudian hari.

Jangan lupa, bukan hanya kita yang akan tinggal di bumi ini. Kita akan meninggalkannya untuk anak dan cucu. Bila saat ini bumi sudah kita rusak, maka anak cucu yang akan menanggung semuanya. Sudah saatnya semua merubah pola pikir dan turut membantu membuat bumi kita ini bersih, asri, dan nyaman bagi masa depan anak dan cucu.

Agaknya sungguh bijak bila saatnya moralitas dikedepankan dalam setiap kegiatan eksploitasi terhadap bumi kita. Sebait kalimat dari seorang sastrawan asal Bandung, Hawe Setiawan dapat mengilhami kita. ”Jika kalian mau menebang pohon lagi, pilihlah waktu pagi hari, sebelum matahari tinggi. Lihatlah, dari penampang batang yang tertebas, akan mengucur air jernih. 70 meter kubik, Kawan. Dan jangan lupa, itulah air mata bumi yang sempat diserap akar pepohonan.”

Lantas, apakah kita selalu mengedepankan nafsu dalam bertindak? Selamatkan bumi sekarang juga. Sekecil apapun tindakan dalam rangka menjaga bumi akan menjadi sangat penting. Ketimbang kita berdiam diri dalam kebisuan.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com