Rusia dan China Prediksikan Perang AS-Korut di Semenanjung Korea

Bagikan artikel ini

Sudarto Murtaufiq, Peneliti Senior Global Future Institute (GFI)

Meski Korea Utara tidak secara terang-terangan mengancam siapa pun, namun kemarahan Trump untuk perang melawan Korea Utara membuat hal yang tak terpikirkan semakin masuk akal. Apa yang sedang berlangsung di Amerika saat ini mengingatkan kita pada invasi AS di Irak pada tahun 2003 silam dimana AS menuduh adanya kepemilikan senjata nuklir oleh Iraq, meski pada akhirnya semua tuduhan itu tidak pernah terbukti.

Strategi Keamanan Nasional Trump mengatakan Korea Utara dapat menggunakan senjata nuklir melawan AS. AS juga mengklaim bahwa pihaknya menargetkan senjata kimia dan biologi Korut yang belakangan ini dipertontonkannya kepada dunia melalui serangkaian uji coba rudalnya.

Apakah tuduhan ini benar adanya atau omong kosong belaka. Namun apapun tuduhannya, harus diakui kedua belah pihak terus meningkatkan ketegangan, hingga mungkin mengarah ke titik yang tidak bisa ditarik kembali.

Duta Besar Rusia untuk China Andrei Denisov menyatakan keprihatinannya, dengan mengatakan bahwa kita “menyaksikan … eskalasi negatif karena (Amerika dan Korea Utara) terus menuruni tangga.”

Menurutnya, menanggapi sikap baik yang ditunjukkan AS maupun Korea Utara itu juga “berarti mengambil langkah turun yang lain… hingga titik terendahnya …situasinya … begitu mengkhawatirkan (dan) tidak dapat diprediksi.”

Menurutnya, satu-satunya solusi yang bisa ditawarkan untuk mendinginkan suasana adalah diplomasi yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak. Persoalan yang muncul kemudian adalah dapatkah negara- negara adidaya seperti Rusia dan China menyelamatkan kawasan ini dari kemungkinan perang dahsyat?

Setidaknya upaya-upaya solutif yang dilakukan kedua negara adidaya itu gagal sejauh ini. Kemarahan AS untuk konfrontasi dengan Korea Utara telah merusaknya. Situasinya sangat berbahaya. Ancaman perang antara dua kekuatan nuklir kian menakutkan semua pihak.

Penasihat pemerintah China Shi Yinhong bahkan memperkirakan akan ada perang di Semenanju Korea antara pasukan AS dan Korea Utara. Pihaknya mengatakan bahwa “Kondisi di semenanjung sekarang membuat risiko terbesar akan adanya perang dalam beberapa dasawarsa”.

Yinhon berpandangan, Korea Utara adalah bom waktu yang pada saatnya nanti akan siap meledak. “Korea Utara adalah bom waktu. Kami hanya bisa menunda ledakannya, berharap bahwa dengan menundanya, pun suatu saat akan melepaskan detonatornya.”

Senada dengan Yinhong, mantan wakil presiden Daerah Militer Nanjing Wang Hongguang memperingatkan perang bisa terjadi kapan saja. “China timur laut harus memobilisasi pertahanannya,” tegasnya.

Beberapa hari sebelumnya, Harian Jilin China utara menerbitkan satu halaman artikel penuh tentang upaya-upaya yang harus dilakukan dalam serangan nuklir – sembari mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan perang yang akan terjadi.

Pada Rabu, kantor berita Telegraph yang berbasis di London menuliskan sebuah artikel berjudul “Eksklusif: AS membuat rencana untuk serangan militer ‘berdarah’ ke Korea Utara,”. Media terkemuka Inggris itu mengatakan: “Gedung Putih telah ‘secara dramatis’ meningkatkan persiapan untuk sebuah solusi militer dalam beberapa bulan terakhir …”

Opsinya termasuk menghancurkan situs-situs peluncuran Korea Utara termasuk gudang penyimpanan persenjataanya. Telegraph mengutip dua mantan pejabat AS yang menjadi penasehat strategi keamanan nasional AS dalam pemerintahan Trump saat ini.

“Pentagon mencoba untuk menemukan sejumlah opsi untuk memukul muka orang-orang Korea Utara, menarik perhatian mereka dan menunjukkan bahwa kita serius,” kata seorang mantan pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya.

Menurut Telegraph, AS dan Inggris percaya bahwa pemerintahan Trump lebih bersedia mempertimbangkan pilihan militer … daripada pilihan-pilihan lain, seperti diplomasi yang selama ini diasumsikan secara luas.

“Para diplomat Inggris khawatir Amerika telah memulai pembangunan militer ‘step by step’ di wilayah yang bisa memanas,” kata surat kabar tersebut.

Setelah bertemu dengan Penasehat Keamanan Nasional AS, HR McMaster baru-baru ini, seorang pejabat Inggris yang tidak disebutkan namanya membiarkan pemerintahan Trump menolak tawaran diplomasi.

“Tindakan militer merupakan pilihan yang sangat mungkin” mengemuka dalam pelbagai perundingan, katanya.

Mantan direktur strategi pertahanan GW Bush Kori Schake mengatakan, “Dia (Trump) Gedung Putih sangat yakin bahwa baik Korea Utara akan sepakat untuk melepaskan senjata nuklirnya atau kami akan meluncurkan serangan pencegahan untuk menghancurkannya.”

Trump dan McMaster semakin menyukai opsi militer tersebut, kata Telegraph, meski itu dibantah oleh Menteri Pertahanan Mattis dan Menteri Luar Negeri Tillerson.

Namun perkembangan yang terjadi di Semenanjung Korea saat ini, belum bisa dikatakan membaik menyusul belum adanya upaya-upaya diplomatik yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Sebaliknya, perkembangan yang terjadi justru memberikan kemungkinan adanya perang terbuka antarkeduanya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com