Sebab-Sebab Kekalahan Argentina di Malvinas

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Selain kurangnya kesatuan di antara bangsa Argentina, juga terdapat jarak sosial yang lebar antara perwira, perwira administratif dan para wajib militer (wamil). Para wamil berdinas satu tahun atau kurang di ketentaraan. Ketika perang meletus, “sebagian besar angkatan 1962 (tahun lahir mereka) sudah dikirim pulang, sementara angkatan 1963 belum … mendapatkan pendidikan dasar sekalipun.” Lebih jauh, kebanyakan dari wamil yang tidak terlatih berasal dari provinsi-provinsi utara yang beriklim tropis dan sama sekali tidak siap untuk menghadapi “kondisi-kondisi mengerikan dan musuh yang terlatih baik serta lengkap persenjataannya.”

Marinir Kerajaan secara rutin berlatih di rawa-rawa Dartmouth Moors dan telah menyelesaikan manuver-manuver tahunan di lingkungan kutub di Norwegia pada April 1982. Pasukan komandonya berlatih di dataran-dataran dingin di Salisbury dan baru saja kembali bertugas di Irlandia Utara. Salah seorang pasukan komando berkata, “Saya mulai dengan kelas yang terdiri dari 83 orang dan hanya 11 dari kami yang selesai. Kami tahu bahwa kami adalah pasukan terbaik di dunia ketika selesai dengan latihan itu.” Yang lainnya mengatakan, “Saya tidak pernah dapat mengerti mengapa kami berlatih selokan dan lumpur di Salisbury sementara kami sebetulnya akan berperang di Eropa Utara. Kemudian kami dikirim ke Falkland, dan saya berkata kepada teman saya, ‘Setan! Tempat ini sungguh seperti rumah sendiri.’” Tradisi adalah tali pengikat yang kuat. Seorang komando Marinir Kerajaan mengatakan kepada 45 pasukan komandonya, “Kita berbaris dari Normandia ke Berlin. Sudah pasti kita sanggup berbaris 120 km. ke Stanley.” Seorang tentara berkata: “Saya pasti akan dikutuki bila saya mengecewakan teman-teman yang bertempur di Arnhem.” Ini adalah kata-kata dari pasukan professional yang bangga, terlatih keras dan penuh percaya diri.

Kontrasnya sangat jelas, dan kedua belah pihak paham benar. Seorang tentara Argentina berkata: “Bila saya memiliki perwira- perwira sungguhan, yang laki-laki sungguhan, mungkin saya akan tetap bertahan. Tak mungkin! Saya orang Argentina, dan kami diciptakan bukan untuk membunuh orang lain. Kami suka makan, nonton film, minum-minum, dansa. Kami tidak seperti orang-orang Inggris. Mereka tentara-tentara professional – perang adalah bisnis mereka.”

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com