Selamat Jalan Bung Chavez

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Pagi ini kami dari Global Future Institute menerima berita duka. Presiden Hugo Chavez,Wafat.

Hugo Chavez wafat akibat penyakit kanker yang dideritanya. Chavez memulai debutnya sebagai tokoh pergerakan Venezuela pada 1992, ketika dia dan pasukannya mencoba melancarkan kudeta militer terhadap pemerintahan Presiden Perez. Namun kudeta militer tersebut gagal total dan dirinya bukan saja harus masuk penjara, tapi sekaligus dipecat dari kemiliteran. Namun, tokoh satu ini selain berkarakter pada saat yang sama juga punya bakat seorang pemimpin. Melebihi kapasitasnya sebagai perwira militer.

Setelah 2 tahun meringkuk dalam masa tahanan, kemudian mendapat amnesty, dan sejak saat itu dirinya secara total mendedikasikan dirinya sebagai aktivis pergerakan politik dengan satu agenda tunggal: Merebut tampuk kekuasaan sekaligus menciptakan tatanan politik baru di Venezuela.

Dengan menyerap inspirasi dari Simon Bolivar dan pemimpin besar revolousi Kuba Fidel Castro, Chavez akhirnya berhasil memenangi pemilu presiden pada 1998. Salah satu programnya adalah pemberdayaan rakyat miskin yang merupakan tulang punggung konstituen pendukungnya pada pemilu tersebut. Dedikasi total Chavez untuk pemberdayaan rakyat miskin Venezuela dengan mengerahkan segenap waktu dan sumberdaya yang dia punya, telah menggulirkan sebuah gerakan revolusioner yang khas Venezuela dengan nama: Revolusi Bolivaria (Bolivarian Revolution). Meski dalam jargon politiknya menghindari frase Sosialisme dan Anti Amerika, namun sejatinya itulah gagasan yang mendasari konsepsi Revolusi Bolivaria ala Chavez.

Chavez putra kedua dari enam bersaudara. Ayahnya, Hugo de los Reyes Chavez, dan ibunya Elena Chavez Frias, merupakan guru sekolah dasar yang secara sosial-ekonomi masuk golongan rakyat miskin. Bisa jadi latarbelakangnya sebagai anak seorang guru yang relatif berpendidikan namun masuk golongan rakyat miskin inilah, yang pada perkembangannya menumbuhkan penghayatan kesadaran pada dirinya untuk berpihak pada berbagai elemen masyarakat Venezuela yang miskin dan terkebelakang baik secara sosial-ekonomi, dan dipinggirkan secara kultural akibat imperialime kebudayaan dan ekonomi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dari Eropa Barat.

Selain program-programnya yang ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat, Chavez juga melakukan gerakan Kontra Skema menghadapi Skema Kapitalisme Global dalam penguasaan sumber daya alam yang strategis seperti Minyak dan Energi. Bahkan Chavez telah mencanangkan Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing disektor Minyak dan Gas.

Tak heran jika para pemegang otoritas di Washington menaruh kekhawatiran besar terhadap gerakan Kontra Skema Chavez, karena pada perkembangannya akan merusak rencana-rencana strategis para kapitalis global dalam bidang migas, tambang dan batubara. Seperti Texaco, ExxonMobil, Conoco Philip dan seterusnya. Maka pada 2002, kala George W Bush masih menjabat Presiden di Gedung Putih, mencoba melancarkan kudeta terhadap Chavez dengan menggalang dukungan dari para politisi yang tergabung dari sayap kanan maupun para pebisnis yang merupakan “tangan-tangan Amerika” di Caracas.

Kudeta tersebut mulaya seperti akan berjalan mulus ketika Chavez berhasil dijebloskan oleh koalisi sayap kanan dan pebisnis pro Washington. Namun yang mengejutkan, dalam waktu 2 kali 24 jam Chavez berhasil dibebaskan. Rupanya, benteng dan ketahanan nasional Venezuela sebagai buah dari kerja politik Chavez sejak 1992, telah menciptakan apa yang kelak dikenal sebagai LINGKARAN BOLIVARIAN. Lingkaran Bolivarian inilah yang berhasil mematahkan percobaan kudeta yang didukung dari belakang oleh pemerintahan Presiden Bush.

Sejak saat itu, Chavez dan para pendukungnya semakin frontal menghadapi Amerika. Sehingga retorika anti Amerika semakin gencar dan intensif dilancarkan dari berbagai lini masyarakat di Venezuela. Bukan anti Amerika sebagai sebuah bangsa maupun rakyat, melainkan karena melawan skema imperialisme dan kolonialisme yang dirancang oleh para kapitalis global macam Rockefeller, Rotschild, dan JP Morgan. Maupun mitra-mitra strategis bisnisnya seperti British Petroleum, France Oil Company, dan Eny Italia. Yang penulis sebut tadi merupakan perusahaan-perusahaan Multi Nasional Corporation (MNC) yang bergerak di sektor Minyak dan Gas.

Bahkan menariknya lagi, Chavez selain menutup kantor perwakilan militer AS di Venezuela (US Military Liaison Offices), kemudian juga menghentikan kerjasamanya dengan The Drug Enforcement Administration atau semacam Badan Pemberantasan Narkoba AS. Dari keputusan tersebut bisa dibaca bahwa ada suatu agenda tersembunyi dari Washington yang berkedok Program Pemberantasan Narkoba.

Agenda strategis Chavez yang sejatinya melawan skema kapitalisme global AS dan sekutu-sekutunya, maka Chavez tidak saja semakin erat menjalin hubungan dengan negara-negara yang dipandang anti Amerika, bahkan kemudian menciptakan aliansi strategis untuk bersekutu melawan skema kapitalisme global tersebut. Sehingga gerakan Chavez tersebut kemudian menginspirasi sebuah gerakan untuk mematahkan konsepsi Multi-Polar World yang dirancang Amerika.

Alhasil, gerakan kontra skema tersebut disambut oleh Presiden Iran Ahmadinejad dan bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin. Bahkan dengan Iran, Chavez telah mengilhami negara-negara Amerika latin lainnya seperti Bolivia dan Brazil, untuk membangun aliansi strategis dengan Iran. Bahkan pada perkembangannya kemudian, Brazil bersama-sama dengan India merajut sebuah aliansi strategis dengan mengikutsertakan dua negara adidaya yang dipandang sebagai pesaing AS dalam pertarungan global yaitu Cina dan Rusia. Maka dibentuklah Blok Ekonomi BRIC (Brazil, Rusia, India, dan Cina). Bahkan dalam perkembangannya blok ekonomi ini semakin solid dalam melawan skema ekonomi G-8 yang dimotori oleh AS, Inggris, Perancis, Jerman, Kanada) di forum G-20 yang merupakan forum gabungan antara G-8 dan negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Dalam menjalankan program-program pro rakyat di bidang kesehatan, Chavez tidak sekadar retorika atau janji-janji muluk belaka. Dengan bantuan Kuba yang telah menganggap Chavez sebagai generasi penerus revolusi Amerika Latin yang diilhami oleh Simon Bolivar, tim kesehatan termasuk tim dokter medis dikirim ke Venezuela untuk membantu pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin di seluruh pelosok Venezuela.

Untuk program pertanian, Chavez menyerukan dibentuknya koperasi-koperasi tani, dan mengeluarkan kebijakan menyita lahan-lahan tanah yang dimiliki oleh tuan tanah.

Bukan itu saja.

Di Venezuela, negeri yang sedang menjalankan revolusi, pemerintah disana sedang gencar-gencarnya mensubsidi rakyat. Yang terbaru, Presiden Hugo Chavez memastikan bahwa setiap keluarga di Venezuela, khususnya yang pendapatan rendah, bisa memiliki rumah dengan disubsidi 100% oleh pemerintah. Ini bukan kebijakan Chavez secara pribadi. Kebijakan ini merupakan perintah dari UU perumahan Venezuela yang baru. Di salah satu pasalnya, tepatnya pasal 22, diatur ketentuan: setiap warga negara berhak mengakses perumahan yang layak dan sesuai dengan standar hidup sehat dan adil.

Di dalam UUD itu juga ada kewajiban negara untuk memberi perlakuan khusus kepada rakyat yang tidak punya pendapatan, pendapatan rendah, atau sektor-sektor sosial yang selama ini terpinggirkan. Juga, di luar itu, ada perlakuan khusus terhadap orang lanjut usia, cacat, dan atau karena status penyakit. UU ini juga menjamin hak masyarakat adat untuk mendapatkan rumah layak.

Selain itu, pada pasal 13 UU perumahan itu terdapat ketentuan tentang standar perumahan yang disebut “layak”: sehat, dilengkapi fasilitas dasar, dekat dengan komunitasnya, dan lain-lain. UU perumahan ini sudah dirancang sejak awal tahun 2011. Saat itu, Chavez menerima proposal dari gerakan yang disebut gerakan “keluarga tanpa rumah”. Setelah melalui pendiskusian panjang, proposal ini dibawa ke Majelis Nasional (parlemen Venezuela). Subsidi Sosial Menurut Chavez, UU perumahan itu hendak mengikuti prinsip sosialis: setiap orang bekerja sesuai kemampuan dan mendapatkan sesuai kebutuhan.

Bagi Chavez, negara dibentuk memang untuk melayani rakyat. Sehingga, apapun yang menjadi kebutuhan rakyat, negara harus siap memberikan pelayanan terbaiknya. Chavez yakin, program semacam ini akan memastikan seluruh keluarga di Venezuela bisa mengakses rumah layak.

Karena itu, ketika pagi ini 6 Maret, kami dari Global Future Institute mendengar kabar wafatnya Chavez, seakan mendengar kabar Bung Karno telah tiada. Selamat jalan Bung Havez, kau akan selalu jadi inspiratorku dan kawan kawanku untuk meluruskan demokrasi di Indonesia yang sudah keblinger seperti sekarang. Seperti yang kau lakukan sejak 1992 hingga 1998 kala kau merebut wacana republik sebagai presiden. Mengubah watak demokrasi oligarki yang semu menjadi Demokrasi Langsung yang pro rakyat.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com