Serangan Tak Terduga Dibalik Aksi Terorisme

Bagikan artikel ini

Achmad Irfandi, Kontributor LPKN Jakarta

Aksi terorisme ternyata masih membayangi masyarakat Indonesia saat ini. Belum lama pasca perayaan tahun baru 2016, terjadi tragedi berdarah yang mengawali tahun 2016 berupa ancaman terhadap keamanan nasional Indonesia berupa penyerangan kelompok bersenjata dan teror bom bunuh diri di sekitar Sarinah, Jakarta Pusat. Sampai kapanpun itu, aksi terorisme merupakan tindakan keji yang tidak pernah dibenarkan oleh agama apapun itu.

Pada 14 Januari 2016 terjadi aksi penyerangan kelompok bersenjata dan bom bunuh diri di sekitar Sarinah, Jakarta Pusat. Terdapat beberapa titik yang menjadi lokasi penyerangan dan peledakan bom bunuh diri. Kepolisian menyebut bahwa pelaku teror yang beraksi di sekitar Gedung Sarinah berjumlah tujuh orang. Tiga orang di antaranya tewas. Sedangkan Dua ledakan terjadi di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat. Suasana tampak mencekam. Polisi menutup dan mensterilisasi kawasan tersebut. Jalan Thamrin hingga Bundaran Hotel Indonesia ditutup untuk dua arah. Secara terpisah, Kapolda Metro Jaya memastikan bahwa ledakan dan penembakan yang terjadi hari ini hanya terjadi di wilayah Gedung Sarinah di Jalan MH Thamrin.

Serangan di kawasan Thamrin, dekat pusat perbelanjaan Sarinah itu, menewaskan 7 orang, termasuk 5 pelaku. Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok teroris ISIS. Ancaman berkode ‘konser yang akan menjadi berita internasional’ dari ISIS diterima polisi Desember lalu. Tokoh dan pemimpin ISIS belum mengkonfirmasi dugaan tersebut. Namun, kantor berita Aamaaq News Agency yang dimiliki kelompok teror menyampaikan pernyataan bahwa pihaknya menjadi dalang bom Sarinah.

Kejadian seperti ini sebaiknya menjadi cermin bagi kita sebagai masyarakat Indonesia. Apakah kita patut menyalahkan aparat keamanan meliputi Polri, TNI, BNPT, dan Kemenkopolhukam yang dirasa tidak becus melaksanakan tugas mereka. Hal tersebut sebaiknya dipikirkan kembali, karena penyerangan terorisme seringkali tidak diketahui oleh siapapun itu dan rencana penyerangan tentunya dilaksanakan dengan komunikasi dan konsolidasi tertutup sehingga menyulitkan aparat keamanan untuk membendung dan mengantisipasi aksi penyerangan terorisme. Sebagaimana hebatnya instansi seperti  Polri, TNI, BNPT, dan Kemenkopolhukam meskipun pada awalnya telah diberikan peringatan dini oleh BIN dan jajaran aparat intelijen lainnya, hal seperti ini tetap saja tidak bisa ditebak kapan kejadiannya akan terjadi dan dimana tempat spesifik yang akan menjadi sasaran penyerangan. Menebak penyerangan terorisme ibarat menebak kapan seseorang akan jatuh sakit, kita dapat mengetahui penyakit yang akan diderita melalui berbagai gejala yang ditimbulkan, namun kita tidak dapat mengetahui kapan penyakit tersebut akan menyerang tubuh seseorang yang diserangnya.

Apabila dikilas balik, pihak orang mana yang ingin dirinya terkena penyakit. Ketika penyakit diidentikan dengan terorisme, maka negara mana yang ingin kenyamanan dan keamanan dirinya diganggu oleh aksi terorisme. Apabila gangguan terorisme tersebut terjadi, tentunya pihak tersebut akan marah dan melawan upaya yang menganggu dirinya tersebut. Sama halnya dengan Indonesia yang saat ini sedang menjadi sasaran penyerangan terorisme. Melalui perintah Presiden Joko Widodo, Indonesia melalui Polri, TNI, BIN, BNPT, dan Kemenkopolhukam akan memberantas pihak yang melakukan serangan Sarinah. Baik pelaku penyerangan dan pengeboman maupun jaringannya.

Rasa yang aman, nyaman dan kondusif di awal tahun 2016 bukanlah milik golongan, pihak, atau umat beragama tertentu saja, melainkan milik seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, menjaga keamanan nasional Indonesia memang tugas para aparat keamanan yang berwenang, namun jika dilihat kembali, mereka bukanlah orang yang mengetahui secara keseluruhan bagaimana motif dan upaya yang akan dilakukan oleh kelompok terorisme. Hal yang perlu dilakukan saat ini adalah meningkatkan kepedulian bersama terhadap lingkungan sekitar baik masyarakat Indonesia maupun aparat keamanan.

Melihat serangkaian aksi terorisme yang terjadi di Indonesia, sangat diperlukan sinergitas dan bantuan dari masyarakat untuk memudahkan pelaksanaan tugas aparat keamanan untuk menjaga keamanan Indonesia, apabila masyarakat menemukan orang yang mencurigakan, hal yang patut dilakukan adalah melaporkan kepada aparat keamanan. Selain itu, aparat keamanan juga sebaiknya memiliki fasilitas yang memadai berupa prosedur pelaporan dari masyarakat terhadap aparat keamanan dan diperlukan sosialisasi terhadap tahapan pelaporan tersebut. Mari bangun Indonesia yang tidak gentar terhadap aksi terorisme dan bersatu melawan terorisme tersebut.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com