Trump, Presiden Perancis, dan Erdogan Perang Komentar Jelang Pertemuan NATO

Bagikan artikel ini

Presiden AS Donald Trump, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saling perang komentar jelang pertemuan NATO.

Saling balas pernyataan itu terjadi sebelum peringatan 70 tahun di London, Inggris, mengancam upaya mereka dalam menghadapi China dan Rusia.

Semua berawal ketika Macron menyatakan bahwa NATO mengalami “mati otak”, dan mengomentari serangan Turki atas milisi Kurdi Suriah.

Ucapan Macron direspons Erdogan dengan menyatakan, Presiden Perancis 41 tahun itu mengalami “mati otak” dan menyebutnya hanya ingin pamer.

Trump yang kemudian sampai di London juga memberikan kritik kepada Macron. Dia mengatakan ucapan Macron sangat menghina.

“Tidak ada yang membutuhkan NATO lebih dari Perancis. Ucapan itu sangat berbahaya untuk dilontarkan,” kritik Trump.

Presiden 73 tahun itu mengubah nada bicaranya jadi lebih lembut dalam konferensi pers bersama Macron, dilansir AFP Selasa (3/12/2019).

Namun, Macron tetap kukuh dengan pernyataanya yang terucap pada awal November, dan menuding Ankara bekerja sama dengan ekstremis di Suriah.

“Musuh bersama hari ini adalah kelompok teroris. Dengan sangat menyesal, saya menyatakan kami tak punya definisi yang sama soal ini,” tegasnya.

Dia menekankan bahwa Turki bekerja sama dengan “jaringan ISIS” ketika menyerang milisi Kurdi di kawasan utara Suriah. Macron kemudian bertemu dengan Erdogan dan Kanselir Jerman Angela Merkel, serta Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Meski Merkel menyebut ada optimisme usai pertemuan, Macron berkata tidak semua klarifikasi diberikan, dan ambiguitas masih belum selesai sepenuhnya.

Menurut Macron, masih ada kesepakatan yang belum diambil. “Tapi, kami harus menatap maju,” terang presiden yang berkuasa sejak 2017 itu.

Perang komentar ini terjadi setelah Erdogan juga mengancam bakal menangguhkan upaya NATO dalam melindungi negara Balkan.

Rencananya, NATO bakal meningkatkan pertahanan Polandia, Estonia, Latvia, dan Lithuania dalam menghadapi serangan Rusia.

Tetapi, Erdogan menyatakan dia tidak akan mendukung kecuali 28 negara anggota memasukkan milisi Kurdi sebagai teroris.

Tak hanya Erdogan dan Trump, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg juga memberikan kritikan kepada Presiden Perancis itu.

Stoltenberg menegaskan, seharusnya setiap anggota tak boleh mempertanyakan persatuan, dan harus saling melindungi.

Lebih lanjut, Trump menyebut pengeluaran setiap anggota NATO mulai bertambah berkat tekanan yang dia berikan.

“Ketika saya datang, saya sangat marah kepada mereka. Kini, kami berhasil meningkatkan 130 miliar dollar AS (Rp 1.836 triliun),” tuturnya.

Dia merujuk kepada rincian belanja pertahanan baik dari Kanada maupun negara Eropa lain untuk tahun depan yang dipaparkan Stoltenberg.

Meski begitu, presiden dari Partai Republik itu menyebut masih ada yang nakal dengan tidak membayar secara penuh.

Dia merujuk kepada fakta bahwa hanya sembilan dari total 29 anggota yang meningkatkan belanja mereka hingga dua persen sesuai kesepakatan 2014.

Secara langsung, suami Melania itu menunjuk Jerman yang mengecilkan iuran hingga 1,2 persen dari total GDP mereka.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com