Waspadai Permainan Tingkat Tinggi Amerika-Jepang-Australia Lemahkan ASEAN Pada Pertemuan APEC di Singapura

Bagikan artikel ini

Rusman, Direktur Global Future Institute (GFI)

Dalam tulisan kami terdahulu, pertemuan forum kerjasama ekonomi Asia Pasifik akan dijadikan sebagai ajang kesepakatan terselubung antara Amerika dan Cina untuk berbagi pengaruh di kawasan ASEAN. Di lain pihak, kelompok kanan dari Partai Republik Amerika memandang pertemuan APEC di Singapura sebagai momentum untuk merebut kembali pengaruh Amerika di kawasan Asia Tenggara menyusul semakin kuatnya pengaruh dan kerjasama ASEAN-Cina.

Dengan begitu, kunjungan Obama ke Singapura tiada lain untuk merangkul ASEAN sebagai mitra strategis melalui momentum dukungan Washington terhadap segera diluncurkannya Skema Free Trade Agreement pada 2015.

Hanya saja, niat Obama tersebut tidak murni untuk membangun kerjasama strategis dengan negara-negara ASEAN, melainkan hanya menjadikan ASEAN sebagai alat tawar-menawar politik terhadap Cina.

Belum lama ini, terbentuk sebuah badan riset ASEAN dan Asia Timur yang bernama ERIA, dan berkantor di secretariat ASEAN jalan Sisingamangaraja. Negara pemrakarsa ERIA yang tujuan strategisnya adalah segera terbentuknya Blok Asia Timur (East Asia Bloc), adalah Jepang. Dan dalam prosesnya, terkesan Jepang bermaksud merangkul Cina ke dalam blok Asia Timur ini. Tentu saja pada saat yang sama merangkul ASEAN sebagai representasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, Australia, juga ikut serta secara aktif dalam pengembangan ERIA sebagai think-thank yang melalui kapasitasnya sebagai badan riset dan penelitian, menerbitkan berbagai produk penelitian berupa kertas kerja (Discussion Paper) maupun buku yang mempromosikan betapa pentingnya segera membentuk Blok Ekonomi Asia Timur.

Apakah Jepang melalui ERIA memprakarsai terbentuknya Blok Ekonomi Asia Timur semata-mata karena ambisi dan keinginan negara matahari terbit tersebut? Tentu saja sangat tidak masuk akal mengingat sampai hari ini Jepang tetap terikat dalam perjanjian keamanan (Security Arrangement) dengan Amerika Serikat. Sehingga, peran aktif Jepang dalam mensponsori ERIA dan Blok Asia Ekonomi Asia Timur, bisa dibaca sebagai bagian dari skema strategis Amerika untuk menguasai kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik pada umumnya.

Dan untuk mewujudkan rencana strategis Amerika tersebut, maka Jepang dijadikan sebagai instrumen strategis Amerika dalam merangkul elemen-elemen strategis di Asia Timur dan Tenggara yang selama ini terikat dalam jalinan kerjasama strategis dengan  Jepang.

Karena itu, tidak heran jika pertemuan APEC di Singapura menjadi menarik untuk dicermati, karena begitu banyaknya elemen-elemen ekonomi-bisnis yang ikut bermain. Sehingga, kedatangan Presiden Amerika Barrack Obama ke Singapura menghadiri pertemuan APEC,  tak lepas dari rangkaian kepentingan strategis yang sudah terjalin antara Amerika-Jepang-Australia.

Australia, meski berada di kawasan Asia Pasifik, praktis merupakan mata-rantai dari kepentingan strategis Uni Eropa, khususnya Inggris. Karena itu, dukungan aktif Australia dalam pengembangan badan riset Asia Timur dan ASEAN (ERIA) dengan agenda terbentuknya Blok Ekonomi Asia Timur, maka harus dibaca sebagai upaya Australia menyinergikan kepentingan Inggris dan Uni Eropa melalui skema Komunitas Ekonomi Asia Timur ini

Dalam konteks memahami agenda seperti ini, Indonesia sudah seharusnya menaruh kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi dalam mengantisipasi permainan tingkat tinggi yang dilancarkan segitiga Amerika, Jepang dan Australia. Karena pada perkembangannya, pertemuan kerjasama ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Singapore nanti, bisa jadi akan menjadi titik awal melemahnya posisi tawar ASEAN sebagai kekuatan dan entitas politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan.

Terlepas yang nantinya akan disepekati adalah terbentuknya Blok Ekonomi Asia Timur menurut konsep rancangan Jepang maupun Komunitas Asia Pasifik (Asia Pacific Union) menurut konsep Australia, implikasinya bagi Indonesia dan ASEAN sama saja: Melemahkan posisi dan harga tawar politik ASEAN di dalam percaturan diplomasi internasional.

Untuk itu, Global Future Institute menyerukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, agar bersikap waspada dan hati-hati terhadap manuver Amerika, Jepang dan Australia dalam Pertemuan APEC di Singapura pekan ini.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com