Kontemplasi Kecil tentang Konstitusi dari Perspektif Religi
Secara hakiki, filosofi UUD 1945 Naskah Asli dan Pembukaan (preambule) adalah pernyataan perang terhadap neokolonialisme dan imperialisme (selanjutnya ditulis: nekolim) di muka bumi, khususnya di Bumi Pertiwi ini.
Akan tetapi, kekuasaan di dua periode Jokowi (2014-2019 dan 2019-2024) justru menciptakan nekolim gaya baru. Kenapa? Sebab, selain kepemimpinannya cenderung hipokrit, juga faktor utamanya karena UUD NRI 1945 Produk Amandemen (1999-2002), atau istilah pegiat konstitusi disebut UUD2002.
Tak bisa dipungkiri, UUD baru tersebut telah mengubah wajah dan sistem negara menjadi individualis, liberal dan kapitalistik. Justru bergandengtangan serta merangkul nekolim itu sendiri.
Ya, UUD2002 menggusur filosofi UUD 1945. Dan tak pelak, UUD hasil amandemen tersebut membidani apa yang dapat dinamai sebagai Jokowisme, sampai-sampai para die hard-nya seperti Frans Magis Suseno, Todung Mulya Lubis, Butet, Goenawan Mohamad dan banyak tokoh serta profesor lainnya kini berbalik arah justru menyerang serta membuli sang junjungan.
UUD2002 menciptakan partai politik (parpol) menjadi satu-satunya entitas pemegang saham kekuasaan di republik tercinta ini vide Pasal 6A Ayat (2) UUD NRI 1945, dan parpol merebut kedaulatan dari tangan rakyat via penurunan status MPR dari Lembaga Tertinggi Negara menjadi Lembaga Tinggi Negara selevel DPR, MA, BPK, Presiden dan lainnya.
Salah satu ciri menonjol pada Rezim UUD2002 ini adalah menggelar karpet merah kepada nekolim atas nama investasi, kemitraan dan lain-lain, kenapa? Karena Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 Naskah Asli justru diabaikan akibat penambahan Ayat (4) dan (5) pada pasal yang sama saat amandemen silam (1999-2002). Inilah yang kini terjadi.
Maka, tanpa program kembali ke UUD sesuai Naskah Asli dengan penyempurnaan (akibat perubahan zaman) melalui teknik adendum, pertanyaannya adalah, “Apakah takdir Indonesia Emas 2045 dapat tercapai secara maksimal?”
Kenapa begitu ..
Rumusan takdir itu qodo’ ala qodar = takdir. Qodo’ artinya ikhtiar/upaya; ala itu bisa plus, kwadrat, kali, minus, bagi dst; qodar artinya ukuran, kadar dan lain-lain.
Jadi, seandainya rumus takdir baik Indonesia Emas itu 2 + 2 = 4. Namun, jika bangsa ini menjalankan melalui rumus 5 – 1 = 4, atau 3 + 1, ataupun 2 X 2, dll maka itulah takdir buruk. Indonesia Emas memang tetap tercapai karena sudah takdirNya, namun tidak optimal.
Di Bumi Pertiwi ini, masih banyak tamu tak diundang di antara rerumpun kembang sore dan bunga-bunga sedap malam.
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments