Apakah Anda Tahu Pemerintah sedang Menggodok Penulisan Kembali Sejarah Indonesia?

Bagikan artikel ini

Tidak banyak yang mengetahui bahwa saat ini Pemerintah dibawah Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia sedang melaksanakan pekerjaan besar penulisan Sejarah Indonesia.

Sayang sekali, proyek sepenting ini tidak terpublikasi secara luas. Sejatinya ini tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi akan menjadi monumen pengetahuan dan rujukan untuk generasi mendatang. Penting untuk kita sebagai warga negara mengikuti proses penulisan ini. Mengapa? Karena dalam manuskrip tersebutlah jejak-jejak perjalanan bangsa kita akan didokumentasikan. Kita perlu tahu perspektif yang dipakai dalam penulisannya. Perspektif sangat penting karena disana tafsir-tafsir terhadap peristiwa masa lalu dilakukan. Dan tafsir biasanya akan tergantung siapa yang melakukan penulisan. Perlu dicermati bagaimana ontologi, epistemologi dan aksiologi sejarah dipahami, diterjemahkan dan disampaikan.

Dalam hal penulisan Sejarah Indonesia, ontologi mencakup apa saja yang dianggap penting untuk dituliskan. Epistemologinya mencakup bagaimana sejarah dituliskan atau metodologinya bagaimana. Sedangkan aksiologi mencakup nilai-nilai apa yang ditanamkan dengan penulisan sejarah tersebut.

Proses penulisan Sejarah Indonesia ini masih berjalan. Dinyatakan bahwa tujuan penulisannya adalah untuk menghasilkan buku yang akan menjadi sejarah resmi (official history) Bangsa Indonesia. Dari draft TOR yang digunakan per Januari 2025, utamanya yang patut dikritisi adalah Jilid 6, 7, 8, 9, dan 10. Jilid 6 sampai 10 ini dapat dikatakan sebagai jilid-jilid critical karena jilid-jilid ini berhubungan dengan politik, kekuasaan dan penciptaan discourse. Beberapa peristiwa sejarah yang ditulis dalam Sejarah Nasional Indonesia dan buku lain yang sebelumnya beredar, terdapat peristiwa dan atau pelaku sejarah yang tidak muncul dalam konsepsi penulisan manuskrip ini. Beberapa contoh adalah sebagai berikut:

Dalam jilid 6 tentang “Pergerakan Kebangsaan”, hal terkait Gerakan Perempuan tidak nampak. Padahal terdapat peristiwa penting sejak awal kebangkitan nasional yaitu terjadinya Kongres Perempuan Indonesia, yang dilakukan pertamakali pada 22 -25 Desember 1928, dimana salah satu keputusannya adalah untuk memperingati Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember. Kongres ini penting untuk diangkat selain menjadi cikal bakal lahirnya Hari Ibu juga karena pada saat inilah berbagai organisasi Perempuan Indonesia yang sifatnya sporadik bersatu dalam satu wadah. Selanjutnya terjadi Kongres Perempuan kedua tahun1935 dan seterusnya.

Jilid 7 adalah tentang “Perang Kemerdekaan Indonesia”, salah satu yang menarik perhatian adalah bagian “Gangguan Keamanan dan Pemberontakan”, yang membahas empat Pemberontakan, yaitu: APRA, Andi Aziz, RMS dan DI/TII pada Bab 5.2. Pemberontakan PKI di Madiun mendapat porsi besar, khusus ditulis dalam satu bab, yakni di Bab 3. Pemberontakan atau gangguan keamanan lain tidak nampak. Pada Jilid 8 yang berjudul “Masa Bergejolak dan Ancaman Integrasi”, Jilid ini membahas tentang ketidakstabilan politik masa demokrasi parlementer sampai dengan Peristiwa 1965, yang diberi judul Pemberontakan G30 S/PKI 1965.

Jilid 9 tentang “Orde Baru (1967-1998)”, Sebagian besar Bab-babnya diberi judul “Pembangunan”, dari lahirnya Orde Baru, Bab Pembangunan Ekonomi, Bab Pembangunan Demokrasi Pancasila, Bab Pendidikan, Bab Pembangunan dan Perubahan Sosial, Bab Wawasan Nusantara dan NKRI, Bab Reaksi terhadap Pembangunan, serta Bab Kebudayaan. Bab “Reaksi terhadap Pembangunan” membahas tentang konflik yang terjadi selama Orde Baru. Sayangnya pada Bab ini hanya dibahas dua peristiwa yaitu Peristiwa Tanjung Priok 1984 dan Peristiwa Talangsari Lampung 1989. Peristiwa-peristiwa penting dan yang berdampak besar yang terjadi selama Orde Baru seperti peristiwa 27 Juli 1996, Peristiwa Trisakti 12 Mei 1998, Kerusuhan 13-15 Mei 1998 dan lain-lainnya tidak nampak.

Jilid 10 adalah tentang “Era Reformasi (1999-2024)”. Dalam jilid ini, justru gerakan reformasinya tidak tercermin dalam Bab-Bab. Semestinya peristiwa penting yang melibatkan gerakan rakyat dan gerakan mahasiswa masuk. Baik pada Jilid 9 tentang Orde Baru maupun Jilid 10 tentang Era Reformasi, Gerakan mahasiswa dan Gerakan rakyat tidak terlihat.

Saat ini saya mendengar tim kerja penulisan Sejarah Indonesia ini sudah terbentuk dan mulai rapat-rapat. Gerak kerjanya lumayan cepat. Konon ada tim kerja yang rapat sampai keluar kota (Puncak, Bogor). Kapan kegiatan ini akan disampaikan dan dikonsultasikan kepada publik? Apakah setelah semua draft selesai atau bagaimana? Masyarakat penting untuk terinformasi dan dilibatkan karena ini merupakan hak publik untuk tahu.

Ungkapan klasik dalam Sejarah menyatakan bahwa “History is written by the victors” (Sejarah ditulis oleh pemenangnya). Mereka yang memenangkan kekuasaan yang akan menentukan narasi Sejarah. Pertanyaannya kemudian, bagaimana mengetahui sebuah karya Sejarah objektif atau tidak? Para ahli sejarah menyarankan cara sederhana untuk mengetahuinya adalah dengan melihat siapa-siapa saja yang dimunculkan sebagai pahlawan dan siapa-siapa saja yang dimunculkan sebagai antagonisnya. Disana penilaian terjadi. Ini dapat dilakukan. Jadi, terkait penulisan Sejarah Indonesia yang sedang dilakukan ini, mari kita nanti sama-sama menilainya.

Pande K. Trimayuni 
(333pande@gmail.com) Sekjen ICHI/Ketua Senat FISIP Universitas Indonesia 1998

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com