Awas, Tsunami Dolar!

Bagikan artikel ini
Sisi Lain Konflik Ukraina
Amerika Serikat (AS) terpaksa melepas stok atau cadangan minyaknya ke pasar dalam jumlah relatif besar. Alasannya? Selain mengambil peluang sebab Eropa tengah dilanda kelangkaan minyak dan gas akibat konflik di Ukraina, juga sebagai upaya menekan laju inflasi US Dollar (dolar). Ini yang paling utama.
Kenapa?
Tak lain, karena OPEC —kelompok negara penghasil minyak— tak mau meningkatkan produksinya di tengah konflik antara Rusia – Ukraina. Runyam. OPEC kini mulai membandel dan ‘tidak patuh’ kepada Paman Sam.
AS memang sudah meminta OPEC termasuk UAE untuk meningkatkan produksinya guna menekan laju inflasi — tetapi ditolak. Dan inilah alasan kenapa ia melepas stok minyaknya ke pasar.
Tatkala Rusia mengumumkan bahwa transaksi energinya wajib dibayar lewat rubel, maka secara tidak langsung kebijakan Putin menghantam dolar. Ya. Step by step, dolar ditinggal oleh kelompok negara yang membutuhkan serta terkait energi Rusia, karena pembayaran melalui rubel.
Nah, konsekuensi logis negara-negara yang terkait impor energi dari Rusia niscaya menyimpan rubel pada satu sisi, dan (mulai) melepas dolar di sisi lain. Sungguh fenomenal. Dolar bisa kembali ke negeri asalnya. Balik kampung. Bayangkan saja, seandainya dolar pulang basamo ke AS, sedangkan komoditas barang dan jasa tidak seimbang dengan (kertas) dolar maka apakah yang terjadi selain Inflasi yang sangat tinggi?
Peristiwa di atas nantinya boleh disebut dengan istilah “tsunami dolar”. Ibarat banjir (dolar) menerjang Negeri Paman Sam, dolar akan menjadi tumpukan kertas tidak berharga.
Kini membahas cadangan (minyak) nasional. Ketika Indonesia cuma mampu bertahan tiga hari jika terjadi perang, tampaknya stok minyak AS mampu bertahan hingga empat bulan. Lumayan. Retorikanya sederhana, “Jika empat bulan ke depan konflik masih berlangsung di Ukraina, apakah stok minyak AS bakal terkuras habis?”
Padahal secara teori (perang) modern, Ukraina bisa ditakhlukkan oleh Rusia dalam hitungan minggu.
Ya, ada dua asumsi yang diduga sebagai penyebab berlarutnya konflik Rusia – Ukraina, antara lain yaitu:
Asumsi I: salah satu penyebab berlarutnya peperangan di Ukraina ialah faktor kesulitan karena Zelensky menggunakan ‘tameng hidup’ (warga sipil tidak boleh mengungsi) sehingga tentara Rusia kudu hati-hati dalam menyerbu sasaran;
Asumsi II: perang sengaja “diicrit-icrit” (sedikit demi sedikit) atau tidak segera dituntaskan oleh Putin karena terdapat target lain yang lebih besar daripada Ukraina itu sendiri. Adapun target lain tersebut, misalnya:
1. Melemahkan peran dolar dalam ekonomi global terutama transaksi minyak dan gas. Nilai dolar dibuat jatuh merosot;
2. Sengaja diicrit-icrit guna menghabiskan cadangan minyak AS yang mampu bertahan hanya empat bulan saja.
Benar atau salah asumsi di atas sifatnya nisbi. Relatif. Apa boleh buat. Inilah sisi lain konflik di Ukraina yang menarik serta mutlak dicermati bersama agar tidak terkaget-kaget nantinya.
End
M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com