Ayat-Ayat Tuhan di Gaza

Bagikan artikel ini

Presiden Trump hari ini memberikan ceramah di gedung parlemen Israel untuk menyambut pertukaran dan pembebasan tawanan Israel dari Kelompok Perlawan Hamas Gaza.

Sejak Hamas melancarkan serangan Badai Aqsa 7 Oktober 2023 dunia Islam terbagi menjadi dua kelompok besar; Mereka yang menuduh Hamas bodoh dan memprediksikan kehancuran Gaza akibat tindakan mereka menyerang dan mempermalukan Israel. Kedua mereka yang awalnya bingung dan kemudian merasakan bahwa tindakan tadi adalah bentuk perlawanan alamiah dari satu bangsa terjajah kepada penjajahnya.

Setelah lima kali memveto gencatan senjata di Gaza maka pada 18 September bulan lalu kembali AS memveto untuk ke-enam kalinya gencatan senjata tanpa syarat untuk kemanusiaan. Tentu saja dengan harapan mereka dapat menuntaskan perang yang kini memasuki perayaan ke-dua tahun. Kenyataannya Israel dengan bantuan AS dan sekutu baratnya tidak juga dapat mencapai tujuan-tujuan objektif kampanye militer mereka di Gaza;

Pertama, tidak satu pun tawanan Israel yang dapat dibebaskan kecuali mereka bersepakat dengan tawaran Hamas dalam pertukaran tawanan.

Kedua, setiap acara pembebasan dilakukan maka ratusan pejuang Hamas dengan kendaraan dan pakaian militer lengkap muncul entah darimana. Seolah-olah mereka baru saja mengambil pakaiannya dari tempat laundry. Lewat kepercayaan tinggi mereka menyerahkan tawanan Israel kepada mediator dan pemimpinnya mengucapkan pidato kemenangan.

Hampir 90 persen wilayah Gaza hancur, lebih dari 65 ribu rakyat sipil anak-anak, perempuan, dan orang tua tewas dibantai Israel. Untuk operasi ini Surat Kabar Gurdian menyebutkan RAF Inggris melakukan lebih dari 600 penerbangan intelejen untuk membantu operasi militer Israel dari Bandara Akrotiri di Siprus sejak 2023. AS melakukan 35 kali operasi militer atas nama kemanusian di Gaza yang sebenarnya merupakan deploy pasukan mereka untuk membantu IDF. Italia, Jerman, dan Prancis membantu pengiriman amunisi ke Israel dan negara-negara kerajaan Arab di teluk berusaha membantu Israel menyingkirkan pemimpin-pemimpin Hamas.

Sebagai orang beragama saya hanya melihat ini sebagai logos dari Tuhan YME mendemonstrasikan kekuasaan dan kehendak-kehendaknya melalui tanda-tanda atau ayat-ayatnya.

Tidak satu pun ahli militer yang akan meletakkan taruhan di pihak Hamas dalam menghadapi Israel dengan kekuatan militer dan bantuan besar-besaran Barat baik militer, intelejen, finansial dan diplomatik di belakangnya. Satu enclave yang baratnya berbatasan dengan Mesir, dan selebihnya ditembok Israel serta utaranya dipagari lautan. Pada awal pemerintahnya Presiden Prabowo pun pernah mengatakan bahwa Indonesia siap menampung pengungsi dari Gaza. Perang baru berlangsung 10 bulan, dan satu pernyataan yang bukan hanya tidak relevan dengan situasi tetapi juga menganggap perlawan Hamas dan rakyat Gaza dianggap sudah usai.

Tetapi lebih dari 2 tahun perang dengan kehancuran wilayah, korban jiwa puluhan ribu, kelaparan, dan penghinaan Hamas dan warga Gaza sekali lagi merayakan kemenangan.

Trump melihat kemustahilan Israel memaksakan perang di Gaza yang semakin menarik dirinya kepada ketidakpopuleran nasional dan juga internasional. Ia seperti pemimpin Barat lainnya mulai berpaling dari mendukung Israel secara terbuka kepada dukungan bersyarakat. Ia menyadari bahwa demo besar-besara di semua kota-kota di dunia untuk kemerdekaan Palestina sulit di cegah. Pawai perahu layar ke Gaza membuka blokade militer Israel pasti akan dikerjakan lagi oleh aktivis kemanusian dengan instensitas lebih besar.

Trump melihat bahwa mengikuti syarat pertukaran tawanan dan penghentian perang atas nama kemanusian oleh Hamas adalah pilihan memalukan bagi Israel dan juga AS tetapi harus dilakukan. Jika mereka tidak ingin benar-benar semakin dipermalukan dalam pergaulan politik Internasional.

Kita melihat ini sebagai tanda-tanda kekuasaan Tuhan, bagaimana mereka yang awalnya dianggap lemah adalah yang paling berdiri tegak di antara orang-orang yang selama ini mencaci dan meremehkan. Bagaimana perang ini membuat si lemah menjadi si paling kuat, si paling sabar, si paling beriman dan bagaimana ia memisahkan orang-orang munafik dan pengecut dengan orang beriman dan yakin.

Ya, kita tidak pernah dapat menentukan apa yang Tuhan kehendaki tetapi kita dapat membaca tanda-tanda kekuasaannya tadi.

Andi Hakim, Pemerhati Masalah Internasional

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com