Belajar Dari Cina dan India Memanfaatkan Senjata Nonmiliter Menghadapi Perang Nirmiliter Asing

Bagikan artikel ini

Dalam Sistem Perang Rakyat Semesta yang bertumpu pada pemberdayaan dan pendayagunaan sarana-sarana nonmiliter, setidaknya ada enam sumber kekuatan nonmiliter yang bisa menjadi obyek pemberdayaan, yaitu  sumberdaya manusia, sumber kewenangan (otoritas), pengetahuan dan ketrampilan; aset tidak kasat manta (intangible), sumberdaya manteriil, dan kemampuan penegakan hukum yang secara akumulatif melalui sistem perencanaan dan sistem penggunaan akan memberikan kepada negara  dan bangsa kapasitas  kekuatan untuk melakukan penangkalan  dan pertahanan  menghadapi ancaman nonmiliter.

Dalam kasus Cina, sumber kekuatan nonmiliter dalam Sistem Pertahanan Rakyat Semesta Nonmiliter yang didayagunakan antara lain Sumber Daya Manusia dan Pengetahuan-Ketrampilan. Tentu saja yang dimaksud Sumberdaya Manusia adalah penduduknya yang berjumlah 1,3 miliar. Namun selain itu juga diikuti dengan penguatan kualitas pengetahuan dan ketrampilan.

(Silahkan baca Suryanto Suryokusumo, Konsep Sistem Pertahanan Nonmiliter, Suatu Sistem Pertahanan Komplemen Sistem Pertahanan Militer Dalam Pertahanan Rakyat Semesta. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016).

Kisah keberhasilan Republik Rakyat Cina (RRC) dalam mengembangkan Strategi Pertahanan Rakyat Semesta Nonmiliter, kiranya bisa jadi sumber inspirasi bagi negeri kita. Pada 1999 dua orang perwira senior RRC Qiao Liang dan Wang Xiangsui menulis buku yang cukup menggugah bertajuk Unrestricted Warfare China’s Master Plan to Destroy America. Menurut kedua perwira senior itu, RRC tak mungkin melawan AS dengan adu kekuatan bersenjata , lantaran kemajuan teknologi persenjataan Cina masih ketinggalan 20 tahun dibandingkan Amerika.

Konsep Sistem Pertahanan Nonmiliter : Suatu Sistem Pertahanan Komplemen Sistem Pertahanan Militer Dalam Pertahanan Rakyat Semesta

Dengan menerapkan falsafah, tidak akan menyerang musuh dengan cara yang diungguli musuh, pemerintah RRC menerapkan strategi melawan Amerika dengan cara nonmiliter. Lantas, apa sumber kekuatan nonmiliter yang digunakan pemerintah RRC sebagai obyek pemberdayaannya? Ternyata cadangan devisa  RRC yang saat ini berkisar antara 2,5 hingga 3 triliun dolar AS hasil kemajuan pesat perekonomian Cina, menjadi senjata nonmiliter untuk menangkal berbagai ancaman dari negara manapun yang bakal mengganggu kepentingan nasionalnya termasuk Amerika.

Nampaknya dengan fakta bahwa cadangan devisa Cina saat ini mencapai 2,5 hingga 3 triliun dolar AS, kekuatan ekonomi merupakan sumber kekuatan nonmiliter yang berhasil didayagunakan pemerintah Cina untuk menunjang program pengembangan kemajuan teknologi senjata militernya. Apalagi sejak era Deng Xiaoping pada akhir 1970an menggantikan Mao Zhe Dong, telah mencanangkan Program Empat Modernisasi yang mengintegrasikan Pertanian, Industri, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Militer. Sehingga kemajuan pesat bidang ekonomi Cina, termasuk cadangan devisanya yang sangat besar itu saat ini, sejatinya merupakan buah dari Program Empat Modernisasi Cina tersebut.

Sehingga meskipun dalam analisis dan estimasi Qiao Liang dan Wang Xiangsui pada 1999 lalu Cina masih ketinggalan 20 tahun dibanding Amerika, namun saat ini kekuatan militer Cina sudah mampu menanding kekuatan bersenjata Amerika. Meskipun AS relatif masih lebih unggul, namun kekuatan militer Cina saat ini sudah mampu mengungguli negara-negara di Asia Timur, Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Lantas bagaimana dengan India di kawasan Asia Selatan saat ini? Sejak 1978 hingga 2005, perekonomian India maju pesat. Dari 10 miliar dolar pada 1978, ekspor dan impor barang dan jasa berhasail mencapai 188 miliar dolar AS. Menariknya lagi, sejak 1990an menerapkan liberalisasi ekonomi, India muncul sebagai negara utama dalam bidang teknologi dan informasi maupun komunikasi, dengan pertunbuhan rata-rata 6,0 persen setahun.

Alhasil, sejak 2002 India mulai mampu mensejajarkan diri dengan Cina sebagai negara adidaya di bidang ekonomi. Satu lagi sumber kekuatan nonmiliter India selain di bidang teknologi dan informasi adalah industri film yang mengalami kemajuan yang cukup fenomenal. Standar pendidikan India juga punya standar dunia. Bukan itu saja. Sejak 1990an ada sekitar 60 ribu pakar perangkat lunak India menyerbu Amerika layaknya serbuan militer.

Apa contoh ancaman non-militer terhadap integrasi nasional dari berbagai dimensi? Kita bahas bersama-sama, yuk!

Bahkan menurut prediksi para analis dari JP Morgan, dengan penduduk yang mayoritas berusia muda dan berpengetahuan tinggi, maka dalam 20-30 tahun mendatang India diprediksi akan unggul dalam pelayanan Teknologi Informasi atau berbasis pengetahuan dengan layanan jarak jauh.

Indonesia dan Asia Tenggara Harus Belajar dari Success Story Cina dan India

Learning point bagi Indonesia dengan menelaah keberhasilan Cina dan India mendayagunakan salah satu sumber kekuatan nonmiliter-nya adalah, bahwa kedua negara besar di Asia tersebut mampu mengenali karakteristik geografis dan sumberdaya manusia-nya dengan sangat mendalam. Sehingga menghayati betul kekuatan dan kelemahannya. Cina misalnya, menyadari betapa pentingnya Lintasan Jalur Sutra yang menghubungkan Asia ke Eropa via Utara  maupun via Selatan, kemudian didayagunakan oleh pemerintah Cina dengan menggulirkan Silk Road Maritime Initiatives (Prakarsa Jalur Sutra Maritim) sebagai Strategi Nasional, yang kemudian dikembangkan menjadi Program One Belt One Road (OBOR) dan Belt and Road Initiative (BRI0), yang gagasan dasarnya adalah mengaitkan kerja sama ekonomi dan perdagangan antar-bangsa dengan konektivitas geografis yang berada dalam lintasan jalur sutra.

Maka itu dalam membangun secara sistematis pertahanan nonmiliter harus didesain sesuai dengan karakter kolektif bangsa Indonesia sendiri. Sistem Pertahanan Nonmiliter Bangsa Indonesia harus berakar pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia sendiri.

Tak ada salahnya mempelajari kasus-kasus pertahanan nonmiliter beberapa negara di pelbagai belahan dunia, seperti dalam kasus Cina dan India tersebut tadi. Seperti ungkapan dari Ki Hajar Dewantara dan Ki Mohammad Said: “Kekuatan Rakyat adalah sumber dari kekuatan negara. Artinya, kekuatan pertahanan nonmiliter dibangun dari potensi kekuatan sosial dan politik yang terkandung pada masyarakat.

Melalui suatu ketrampilan, kekuatan tersebut dapat dimanfaatkan dan digunakan tidak hanya untuk menghancurkan penindasan atau tirani, tetapi juga untuk menangkal dan mengalahkan agresi dengan efektif dalam rangka pertahanan nonmiliter.

Di sinilah pentingnya mempelajari, mendalami dan menghayati Geopolitik Sebagai Ilmunya Ketahanan Nasional. Baik untuk Pemetaan Kondisi Fisik Lingkungannya maupun karakter kolektif masyarakatnya, Pemetaan Sumberdaya Manusia-nya, Pemetaan Sumberdaya Alam-nya, dan Pemetaan Lokasi Geografisnya.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com