Dari beberapa buku Ali Moertopo buku ini paling sering disebut dalam telaah pembangunan rezim militer. Mengingat tahun terbitnya (1972) mungkin ini buku pertama yang mengulas arah pembangunan Indonesia jangka panjang dan dengan demikian rezim itu dari awal memang berniat berkuasa lama hingga program pembangunan yang mereka buat selesai tuntas.
Membaca banyak istilah Prancis di dalamnya ada dugaan buku ini disusun Daoed Joesoef, pendiri CSIS lulusan Sorbonne. Buku-buku Ali Moertopo (Strategi Kebudayaan, Strategi Politik Nasional, antara lain) berbentuk rangkuman wawancara, ceramah, diskusi, semuanya diterbitkan CSIS. Orang-orang di lembaga riset strategik itu agaknya selalu punya waktu bekerja untuk sang jenderal.
Butir-butir pikiran Ali menyasar banyak bidang. Dalam ekonomi meliputi peningkatan pendapatan nasional, mengatasi defisit neraca pembayaran dan menekan pengangguran, tumbuhnya pengusaha nasional hingga distribusi pendapatan.
Dalam politik mencakup penataan dan pengorganisasian kembali kekuatan sosial politik dengan cara melebur partai-partai politik dalam tiga “aliran” sekaligus memperkenalkan cara berpolitik gaya baru. Dengan begitu tidak lagi terulang pengalaman dimana pembangunan dikorbankan untuk kepentingan politik.
Konsep massa mengambang (foating mass), tulis Ali, perlu untuk mencegah pendukung partai terlibat langsung dalam pertikaian politik dan ideologi yang dulu menjadi hiasan politik Indonesia. Dengan konsep itu masyarakat tidak lagi terikat secara permanen dengan suatu partai dan basis partai dipotong hanya sampai tingkat kabupaten atau kota madya.
Mungkin tidak keliru bila beberapa pakar menganggap buku ini sebagai cetak biru pembangunan Indonesia masa lalu. Nyaris semua konsep pokok Ali Moertopo dijadikan program pemerintah.
Karena berstatus kitab babon buku ini pun langsung dialihbahasakan. Dalam bahasa asing? Bukan. Barangkali ini satu-satunya “buku ilmiah” di Indonesia yang diterjemahkan dalam bahasa Jawa dan terbit di tahun yang sama. Buku Rikat-Rancaging Modernisasi Pembangunan Indonesia 25 Tahun diterjemahkan Ki Tumenggung Waluyadipuro dengan pengantar dua raja Jawa: Paku Alam VIII dan Paku Buwono XII.
Ada bisik-bisik yang menyoal benarkah buku itu gagasan orisinal Ali Moertopo? Saya menduga ada aroma persaingan dua kutub di sini: CSIS versus Mafia Berkeley. Yang disebut belakangan punya cantelan kuat, mereka tim ekonomi presiden. Tapi CSIS juga punya patron kuat yang bermain pada level operasional.
Publik cenderung berpendapat pemulihan dan kebangkitan ekonomi rezim militer dimotori kubu mafia yang berbasis di fakultas ekonomi UI itu. Karena bergabung ke kutub itu rada sulit, mereka kelompok yang kebal dari intervensi, gank Tanah Abang lantas mengambil jatah lain yang sama pentingnya: politik.
Tapi apakah politik pemerintahan yang berjaya lebih seperempat abad di masa lalu sepenuhnya berasal dari gagasan mereka setidaknya sebagian darinya atau tak?
Darwati Utieh, wartawan senior.
Facebook Comments