Seminar sehari dalam rangka Dies Natalis dan Wisuda ke-54 UPDM (B) mengusung Tema “Ancaman GEO Strategis dan GEO Ekonomi Politik Kekuatan Baru Asia Pasifik Abad 21 Dalam Konsepsi Maritim”. Acara dibuka Warek I Dr. Sumarhadi, MM dan dimoderatori Wadek I Fakultas Ekonomi Usmar Ismail, SE, MM, dan sebagai pembicara Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto (Guru Besar Ekonomi Kelautan IPB) dan Hendrajit (Direktur Eksekutif Global Future Institute). Menurut Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto dalam Geo Ekonomi Politik di Asia Pasifik Indonesia memiliki Potensi Ekonomi yang cukup besar di Bidang Kelautan, antara lain:
- Perikanan US$ 32 Milyar /thn(IPB, 1997)
- Wilayah Pesisir US$ 56 Milyar/thn (ADB, 1997)
- Bioteknologi US $ 40 milyar/thn (PKSPL, 1997)
- Wisata Bahari US$ 2 milyar/thn (Depbudpar, 2000)
- Minyak bumi US$ 21 milyar/thn (ESDM, 1999)
- Transportasi Laut US$ 20 milyar/thn (DMI, Bappenas, DepHub, 2003)
Jadi Total Potensi Ekonomi Kelautan Indonesia US$ 171 milyar/thn (DEKIN, 2012)
Untuk meningkatkan kemampuan Potensi Maritim ini Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto menambahkan Indonesia harus membangun dan memperkuat poros maritime berupa; Membangun kembali budaya maritim Indonesia, menjaga sumber daya laut, Menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama, Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, Menerapkan diplomasi maritim melalui peningkatan kerja sama maritim, Membangun kekuatan maritim.
Dalam presentasinya Hendrajit mengatakan, bahwa Kepentingan Nasional Harus Jadi Panduan Politik Luar Negeri RI, pada tataran ini, meski “perang dingin” tak terkait langsung soal kerjasama ekonomi Indonesia-Cina, namun aspek ini sebaiknya dicermati betul oleh pemerintahan Jokowi-JK. Sebab kalau tidak, Indonesia bisa masuk perangkap Cina lewat skenario kerjasama ekonomi. Mengutip doktrin Alfred Mahan, Hendrajit mengatakan bahwa “ Barang Siapa Menguasai Lautan Hindia, maka akan menjadi kunci dalam percaturan dunia”. Hendrajit juga menekankan, agaknya, Doktrin Sea Power ini dihayati betul maknanya oleh para perancang kebijakan strategis pertahanan nasional Cina, terbukti melihat perkembangan terkini, Cina semakin meningkatkan kapasitas angkatan lautnya, dibandingkan matra-matra laut lainnya. Ditambahkan juga, Poros Maritim Dunia (Tol Laut) sejatinya merupakan implementasi sea power dalam lingkup terbatas, ia akan menjadi program super dahsyat di kawasan Asia Pasifik bila bangsa ini telah meraih dan menggenggam dulu TRISAKTI-nya Bung Karno (berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat dalam berkebudayaan), atau paling minimal bila ‘mendesak’ di bangun Tol Laut terlebih dulu Indonesia harus memiliki pola pengamanan (dan pengawasan) yang handal, profesional, sinergis, dan canggih terhadap titik-titik strategis di wilayah perairan.