Disruption (Efek Riak) Bisa Mengubah Konstelasi Dunia Internasional

Bagikan artikel ini

Belakangan ini dalam pelbagai kesempatan saya selalu menggunakan istilah Disruption atau Disrupsi. Utamanya ketika mau menggambarkan bahwa meski saya tidak yakin akan meletus Perang Dunia III, namun bukan berarti dunia saat ini adem ayem atau tenang tenang aja tak ada perubahan.

Sebab yang berlangsung saat ini adalah Disruption. Seakan akan tidak ada perubahan dan cuma mutar mutar aja padahal bergerak secara spiral dan eksponensial. Dalam setiap putaran sebenarnya bergerak maju ke depan.

Apa sih gambaran terang benderangnya yang dimaksud Disruption itu? Pada 1492 saat Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabela dari Castila, berhasil menguasai secara total seluruh wilayah Spanyol, termasuk Andalusia yang sebelumnya dikuasai Muslim, sontak muncul Christopher Colombus menghadap Ferdinand dan Isabel untuk mendanai dirinya yang ingin menjelajah dunia baru di luar eropa.

Ia ingin ke India katanya. Singkat cerita kedua penguasa Spanyol itu bersedia memfasilitasi Colombus 3 kapal kecil. Lantas berangkatlah Colombus dan beberapa awak kapal menuju benua India. Setelah 7 bulan berlayar ia dan para kru kapal yang sudah mulai frustrasi dan berpikir jangan jangan Colombus itu gila, sontak melihat lepas pantai. Mereka yakin itulah India di benua Asia.

Belakangan orang baru tahu itu bukan India melainkan benua baru di seberang atlantik, tapi bukan India. Belakangan sejarah mengatakan Colombus menemukan benua Amerika yang membentang dari Selatan, Tengah dan Utara.

Nah, apakah dengan serta merta penemuan Colombus itu dihargai Raja Ferdinand dan Ratu Isabela? Nggak juga. Jangankan sang raja dan sri ratu. Lha wong Colombus sendiri nggak nyadar. Kecuali pulang ke Spanyol bawain oleh-oleh buat baginda raja dan sri ratu berupa emas dan rempah-rempah. Sekadar supaya penguasa Spanyol ini berpikir perjalanan Colombus nggak sia sia.

Tapi, tanpa disadari oleh Colombus maupun raja Spanyol, penemuan benua baru bernama Amerika itu merupakan Disruption. Ibarat zamam sekarang sama dahsyatnya ketika, tiba tiba Mark Zuckerberg menemukan facebook. Kok bisa?

Sebab, penemuan benua Amerika menciptakan apa yang disebut Tamim Ansary “Efek Riak” namun pelan pelan menggelombang jadi sebuah perkembangan baru. Pertama, gara-gara temuan benua baru itu, orang-orang yang berjiwa petualangan dan penjelajah dari Barat ke Timur, sontak kayak nemu jalan tikus alias jalan pintas dari Barat ke Timur.

Tinggal dari laut Tengah masuk Jazirah Arab, nembus Mesir yang masuk kawasan di Afrika utara, masuk deh ke Asia. Maka Disruption pertama, muncullah para penjelajah Eropa penerus Colombus seperti Vasco da Gama dan Magelan. Nah lewat Vasco da Gama inilah benua India baru ditemukan. Jadi Disruption pertama, memberi panggung pada orang orang berjiwa petualang dan penjajah tampil ke depan.

Disruption kedua. Gegara penemuan dunia baru, tiba-tiba orang-orang yang berbakat dan berhasrat di bidang sains merasa dapat panggung atau Sarana Istimewa buat mengeksplorasi hal-hal yang belum diketahui, yang tak terlihat dan yang masih tersembunyi. Ingat Herbert Spencer yang kelak bikin buku tentang teori evolusi mahluk hidup? Nah temuan itu karena terilhami saat 5 tahun ikut ekspedisi ke benua lain lewat kapal pada abad ke 19.

Disruption ketiga. Muncullah temuan temuan baru di bidang sains dan teknologi yang nggak kebayang atau kepikir dua atau tiga abad sebelumnya.

Disruption keempat. Lantaran perdagangan lintas kawasan makin meningkat, banyak orang-orang berjiwa dagang dari Eropa pun makin meningkat sejak awal abad ke 16. Dan mulai merambah kawasan Asia, Afrika, dan Jazirah Arab, terutama Yaman di Arab Selatan yang kaya rempah rempah.

Disruption kelima. Nah ini yang banyak penguasa dan para elit politik negara-negara Asia, Afrika, Timur Tengah, termasuk Turki Usmani yang pada abad ke 16 masih berjaya, tidak menyadarinya. Betapa seturut menggelombangnya para pedagang Eropa merambah Asia, Afrika, Timur Tengah, motif orang eropa yang semula berdagang kemudian ditumpangi motif lain di luar dagang. Yaitu ingin menjajah dan menguasai langsung wilayah-wilayah yang kaya sumberdaya alamnya.

Maka Spanyol, Inggris dan belakangan Belanda, mendirikan kongsi dagang lantas bikin perjanjian dengan kerajaan masing-masing. Maka para pedagang itu dikasih tiga wewenang yang praktis kayak negara. Inilah cikal bakal dari kolonialisme dan imperialisme.

Boleh bikin perjanjian internasional dengan negara lain. Boleh bikin tentara sendiri. Maka armada dagang berubah jadi armada militer. Belakangan kongsi kongsi dagang Inggris dan Belanda boleh membentuk birokrasi pemerintahan atas nama negaranya di Eropa.

Moral cerita ini simpel. Jangan anggap enteng namanya Disruption. Perubahan besar kerap bukan karena datangnya gelombang besar secara tiba-tiba. Tapi karena adanya efek riak yang pelan pelan lantas menggelombang.

Jangan jangan peribahasa lama yang mengatakan beriang tanda tak dalam sudah nggak pas lagi. Sebab ternyata benar kata Karl Marx. Bahwa yang nyata terlihat belum tentu aktual.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com