Dalam East Asia Summit di Bangkok awal November lalu, seperti diprediksi berbagai pakar hubungan internasional dan strategi global, AS dan Cina melancarkan perang diplomasi menggolkan masing-masing skemanya agar masuk dalam dokumen kesepakatan antara para pemimpin pemerintahan ASEAN dan negara-negara mitra dialog. Yaitu Free and Open Indo-Pacific Strategy versi AS versus The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) versi Cina.
Skenario Free and Open Indo-Pacific, merupakan upaya AS menggalang persekutuan strategis dengan India,Jepang dan Australia. Sedangkan RCEP yang menginduk pada skema Cina Belt Road Initiative(BRI), juga berupaya menggalang aliansi strategis dengan negara-negara ASEAN di bidang ekonomi dan perdagangan.
Dalam menghadapi perseteruan global dua negara adikuasa tersebut, ASEAN mengajukan konsepsi tersendiri: ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Yang memadukan transparansi, good governance, pembangunan berkelanjutan(sustainable development), rules-based tenet(nampaknya berupaya mematahkan konsepsi AS yang bertumpu pada rules-based order). Termasuk rincian dari kemungkinan persengketaan maritim dan konektivitas.
Seluruh 10 negara ASEAN, mendukung skema AOIP, yang mana pada kenyataannya merupakan gagasan orisinal Indonesia. Adalah sangat mengesankan betapa erat dan intensifnya Jakarta dan Bangkok dalam mematangkan konsepsi AOIP tersebut dari balik layar(behind the closed door) selama kurang lebih 18 bulan. Sehingga tercapai konsensus bulat di antara ke-10 negara ASEAN.
Menurut Pepe Escobar, koresponden senior dari Asia Times, menilai ada hal istimwa dalam pertemuan East Asia Summit di Bangkok awal November lalu. Yaitu adanya upaya menuju konvergensi antara skema BRI dengan the Master Plan of ASEAN Activity.
Baca:
The Blossoming Of A Greater Eurasian Partnership
Ini sebuah konsepsi yang menarik, yang mana pada perkembangannya nanti, bakal mengintegrasikan kerjasama ekonomi negara-negara di kawasan Asia. Sebab Korea Selatan dan Jepang pun besar kemungkinan akan ikut serta. Bahkan juga Rusia, yang sejak 2001 terikat kerjsama strategis dengan Cina melalui Shanghai Cooperation Organization (SCO).
Apalagi pada pertemuan ASEAN Business and Investment Summit, Perdana Mentri Rusia Dmitry Medvedev, menggarisbawahi mekarnya kerjasama antara Euro-Asia Economic Union dengan ASEAN dan SCO. Tentu saja perkembangan ini merupakan keberhasilan diplomatik Cina dalam forum East Asia Summit awal November lalu.
Sebab skema BRI pada perkembangannya terkait juga dengan RCEP, Euro-Asia Economic Union dan forum kerjasama ekonomi antar negara-negara Amerika Latin (Mercosur). Yang mana melalui Mercosur, Brazil merupakan motor penggeraknya.
Rupanya menurut Medvedev, merger kepentingan bersama ketiga skema kerjasama itu, sudah disepakati pada the Rusia-ASEAN Summit di Sochi pada 2016 lalu. Kecuali Vietnam dan Singapura. Adapun Indonesia, Thailand, dan Kamboja, sudah mengambil ancang-ancang mendukun skema merger tersebut.
Bukan itu saja. Bahkan pada akhir Oktober lalu, telah ditandatangani kerjasama ekonomi-perdagangan antara Cina dengan Euro-Asia Economic Union yang diprakarsai Rusia. Berikutnya kemungkinan juga bergabung dalam skema kerjasama perdagangan ini, India dan Iran.
Dalam ASEAN Summit di Bangkok awal November lalu, Cina memang secara eksplisit menentang konsepsi Free and Open Indo-Pacific strategy versi AS. Rusia, secara lebih gamblang lagi, lebih menekankan pentingnya sistem hubungan antar negara yang bertumpu pada skema ASEAN, yang telah mempertunjukkan track record-nya yang cukup bagus dan efektif selama bertahun-tahun.
Maka itu, Perdana Mentri Rusia Medvedev menegaskan, skema Free and Open Indo-Pacific strategy versi AS, pada perkembangannya akan melemahkan kekompakan negara-negara ASEAN. Maupun peran strategis ASEAN sebagai aktor kunci dalam mengatasi masalah keamanan regional di Asia Tenggara.
Maka dengan melihat tren global pasca pertemuan tingkat tinggi negara-negara ASEAN maupun beberapa negara adikuasa di Bangkok awal November lalu, nampaknya sejalan dengan hasil seminar GFI tentang Indo-Pasifik pada 15 Oktober lalu.
Bahwa ASEAN harus mampu membebaskan dari pertarungan global dua negara adikuasa AS versus Cina. Seraya berupaya meluaskan lingkup keikutsertaan dari negara-negara yang tergabung dalam skema AOIP. Misalnya dengan melibatkan negara-negara dari kawasan Afrika. Dan menarik India, salah satu motor penggerak skema Indo-Pasifik, keluar dari orbit the Indo-Pacific Strategy Report versi AS.
Baca:
Liputan Kantor Berita Antara: Menarik lawan jadi kawan dalam konsep Indo-Pasifik yang diperluas
Baca juga:
EXECUTIVE SUMMARY SEMINAR TERBATAS GLOBAL FUTURE INSTITUTE (GFI) 15 OKTOBER 2019
Apalagi dengan semakin besarnya peluang menuju konvergensi antara ASEAN, SCO dan Euro-Asia Economic Union, maka keberhasilan merangkul India, ibaratnya merupakan upaya menarik lawan menjadi kawan. Seperti ide yang sempat terlontar dari Berlian Helmy, Direktur Ideologi dan Politik, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada seminar GFI tentang Indo-Pasifik 15 Oktober 2019 lalu.
Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute.