Salamuddin Daeng, Peneliti Ekonomi-Politik Universitas Bung Karno (UBK)
1. Terjadi Penurunan kapitalisasi pasar sektor pertambangan dari Rp. 216 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp. 140 triliun pada tahun 2015. Kondisi ini setara dengan penurunan kapitalsiasi pasar dalam periode yang sama yakni 7%.
2. Total investasi sektor tambang mengalami penurunan sebesar 31% dari US$7,4 miliar dolar pada tahun 2014 menjadi US$ 5,2 miliar dolar pada tahun 2015. Hasil survey PWC juga menunjukkan keadaan yang demikian.
3. Pada tahun 2015 pengeluaran atau belanja explorasi sektor tambang mengalami penurunan sebesar 22% menjadi US$ 87 juta dolar dari rata rata US$ 113 juta dolar.
4. Internasional survey menunjukkan bahwa Indonesia memiiki prospek tambang yang begitu besar, namun rangking indonesia dalam investasi tambang menurun dari urutan 91 dari 104 negara menjadi urutan 99 dari 104 negara. (Survey Fraser Institute in February 2017)
5. Kontribusi sektor tambang terhadap Gross Domstik Product (GDP) menurun dari 6,14% di tahun 2011 menjdi 4,23% pada tahun 2016. Kontribusi sektor tambang terhadap total penerimaan ekspor menurun dari 17% pada tahun 2013 menjadi 13% sepanjang tahun 2014-2017.
6. Harga minyak telah mengalami penurunan tajam dari harga rata rata US$ 110 – 120 dolar/barel menjadi rata rata US$ 30-40/barel sejak pemerintahan Jokowi tahun 2014 sampai dengan sekarang.
7. Sejak tahun 2015 produksi minyak Indonesia hanya mencapai 786 ribu barel per hari atau menurun 70% dibandingkan dengan produksi tahun 2005. Tahun 2016 produksi minyak hanya mencapai 831 ribu barel dan tahun 2017 sebesar 825 ribu barel.
8. Kontribusi sektor minyak terhadap penerimaan negara menurun 79% dari Rp. 216 triliun pada tahun 2014 menjadi hanya Rp. 45 triliun di tahun 2016.
9. Sumbangan Indonesia kepada pasar gas global menurun dalam beberapa tahun terakhir dari 2.6% terhadap pasar global pada tahun 2010 menjadi 2.0% di tahun 2016. Indonesia telah jatuh dari posisi sebagai world largest exporter setelah Qatar, Australia, Nigeria, dan Malaysia.
Sampai hari ini, sektor tambang dan migas belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalami pulih. Padahal sektor di bawah menteri ESDM tersebut selama bertahun tahun merupakan penopang ekonomi Indonesia dan penyumbang terbesar pendapatan negara.