Geopolitik Uang: Blockchain sebagai Alat Geopolitik (Bagian II)

Bagikan artikel ini

Di bagian pertama tulisan ini sudah diungkap seluk beluk blockchain yang mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu, agar para sahabat yang kurang paham bisa mengetahui pengertian dasar dari uang digital dan blockchain sebagai sistem pendukungnya.

Di bagian kedua ini secara sederhana akan diungkap bagaimana fakta dominasi transaksi keuangan dan perbankan dunia

Di bagian ketiga, berikutnya akan diungkap bagaimana cryptocurrency dan blockchain sebagai sistem pendukung utama akan mempengaruhi tranksaksi keuangan dan perbankan dunia dan tentunya berpengaruh pada peta geopolitik global.

Walau dari sisi ilmiah digital currency dan blockchain bisa dipandang sebagai kemajuan teknologi, namun bisa dikatakan naïf bila tidak melihat sisi sebaliknya.

Cryptografer bisa berinovasi dan ini tak terhindarkan, namun bagaimana bila inovasi ini dipakai sebagai alat perang ekonomi baru? Lepas daripada berhasil atau tidaknya usaha ini, maka menuruku patut diangkat sebagai bahan kajian.

Sistem Keuangan Hegemoni AS

Sistem ekonomi dunia yang dipimpin dollar telah berlaku sejak akhir Perang Dunia II. Kondisi ini muncul setelah bertahun-tahun negosiasi antara dua pemain pemerintah negara yang paling kuat pada saat itu: AS yang baru naik daun dan kerajaan Inggris yang lemah dan lelah akibat perang.

Itu juga yang menyebabkan pergeseran seismik dalam pengaruh politik global sehingga para ekonom memperdebatkan teori moneter yang tidak mungkin dibayangkan beberapa dekade sebelumnya.

Dampak pergeseran itu memberikan AS keuntungan yang luar biasa sehingga memungkinkannya merancang tatanan ekonomi dan moneter baru, dengan dukungan Inggris, walau awalnya enggan.

Dalam Konferensi Moneter dan Keuangan PBB 1944 yang dikenal Konferensi Bretton Woods, New Hampshire ini, disepakati gagasan ekonom Inggris John Meynard Keynes dan pejabat Departemen Keuangan AS Harry Dexter White yang merancang sistem moneter internasional.

Di Konferensi yang dihadiri 700 delegasi dari 44 negara ini membentuk sistem institusi dan prosedur untuk sistem moneter internasional pasca perang, yang bertahan hingga hari ini. Dolar AS disepakati menjadi mata uang utama dan cadangan mata uang dunia; mata uang cadangan adalah mata uang yang digunakan oleh negara untuk valuta asing dan biasanya disukai oleh institusi atau individu untuk transaksi internasional.

Dengan pengaturan demikian, bank sentral negara lain mempertahankan nilai tukar tetap antara mata uang mereka dengan dolar – yaitu, membeli atau menjual dolar untuk mengatur jumlah dan nilai uang mereka sendiri. Dari Bretton Woods inilah kemudian lahir tiga lembaga dunia IMF, World Bank dan WTO.

Pertanyaannya adalah mengapa dollar dipakai sebagai standar mata uang dunia? ini merupakan konsekuensi alami pasca perang karena AS dianggap sebagai negara ekonomi terkuat dan stabil pada waktu itu, karena mengalami kerusakan paling sedikit diantara negara yang terlibat perang dunia.

Walau Perjanjian Bretton Wood memang pada akhirnya bubar, yang disebabkan dua hal;

Pertama, karena negara Eropa tidak bisa lagi menjadi partner dagang AS.

Kedua, The Fed (Bank Sentral AS) mulai menerbitkan dollar melebihi kapasitas emas yang dimiliki. Akibatnya, terjadi krisis kepercayaan masyarakat dunia terhadap dolar AS. Hal tersebut ditandai dengan peristiwa penukaran dollar secara besar-besaran oleh negara-negara Eropa.

Ujungnya, secara sepihak, Amerika membatalkan Bretton Woods System melalui Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971, yang isinya antara lain, USD tidak lagi dijamin dengan emas.

Namun ‘Istimewanya’, dollar tetap menjadi mata uang internasional untuk cadangan devisa negara-negara di dunia. Pada titik ini dimana dollar meneguhkan nilainya sendiri, berlakulah sistem baru yang disebut dengan floating exchange rate (nilai tukar mengambang).

Hukuman Mati Financial Bagi “Musuh” AS

Dari lembaga IMF, Bank Dunia, WTO ini plus USAID, Pemerintah AS menghujani miliaran dolar dalam bentuk pinjaman, bantuan asing dan keistimewaan tertentu kepada “teman-temannya”.

Perlu dicatat bahwa hingga hari ini AS menyumbang sekitar 20 persen dari output ekonomi dunia, 60% dari semua cadangan mata uang global dan perdagangan adalah dalam mata uang dollar. Di sisi lain, “musuh ” AS akan menemukan diri mereka terkunci dari sistem keuangan global, yang secara efektif dikendalikan oleh AS.

Ini karena AS bisa saja memberlakukan hukuman mati financial dalam bentuk membekukan semua aset lembaga, individu di dunia dalam bentuk dollar, termasuk cadangan devisa negara, proyek yang didanai oleh IMF dan Bank Dunia, yang tentunya berbentuk dollar berdasar UU Patriot Act nya.

Contoh kasus mislanya, kasus sanksi bank koresponden AS, Shanghai Pudong Development (SPD) Bank.

Karena tidak mau mematuhi panggilan pengadilan yang dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Patriot AS, dan menyerahkan catatan bank otoritas AS tentang perusahaan Hong Kong terkait dengan pelanggaran sanksi AS terhadap Korea Utara, maka SPD Bank dilarang dan tidak diakui selanjunya untuk melakukan transaksi dalam mata uang dollar AS. Ini sesuai Pasal 319 Patriot Act.

Lebih jauh dengan menganggap transaksi sebagai pencucian uang, maka rekening dibokir sesuai Pasal 311 Patriot Act, ini terjadi di kasus Banco Delta Asia tahun 2005 dan pada Bank Dandong tahun 2017, dua bank kecil Cina yang ditemukan memfasilitasi transaksi dengan Korea Utara.

Sanksi lain yang bisa dilakukan AS secara langsung salah satunya mengeluarkan “musuhnya” dari jaringan kliring dollar dan SWIFT.

Kontrol terhadap jaringan kliring dollar dan SWIFT ini memang memungkinkan Amerika Serikat untuk melakukan kegiatan dari memata matai perusahaan negara lain, mengeluarkan “sanksi sekunder” terhadap negara, bisnis, atau individu yang ingin ditargetkan, hingga mewajibkan aktor non-AS untuk mematuhi sanksi atau berisiko terkena sanksi substansial yaitu isolasi dari sistem keuangan global.

SWIFT

SWIFT adalah singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication. Ini adalah organisasi yang didirikan di Brussels pada tahun 1973 untuk menetapkan beberapa proses dan standar umum untuk transaksi keuangan.

Sebelum jaringan SWIFT diberlakukan, bank dan lembaga keuangan mengandalkan sistem yang disebut TELEX untuk melakukan transfer uang. TELEX lambat, dan sistem tidak bisa menjamin keamanan yang diperlukan terutama dalam kapasitas dan kemajuan teknologi.

Saat ini hampir 11.000 lembaga dari lebih dari 200 negara, termasuk 9.600 bank, adalah anggota SWIFT. Setiap tahun 2,5 miliar pesanan pembayaran dikirimkan melalui jaringan SWIFT, yang memproses miliaran dolar setiap hari.

Keunggulan SWIFT adalah kecepatan, biaya rendah, dan perlindungan data yang andal. Akibatnya, sebagian besar penyelesaian dan pembayaran internasional dunia sekarang melalui sistem SWIFT. Pembayaran juga dihilangkan melalui jaringan ini ketika masing-masing pihak berada di bawah yurisdiksi yang sama. Ini termasuk pembayaran dolar dan euro yang harus ditangani oleh sistem perbankan AS dan Uni Eropa.

Selama abad ke-21, sistem SWIFT mulai membantu uang beredar di seluruh ekonomi global. Globalisasi ekonomi dan keuangan yang dimulai pada 1970-an tidak akan mungkin terjadi tanpa SWIFT. Melalui jaringan SWIFT ini pula globalisasi mata uang dollar ke seluruh negara dunia berjalan sukses, SWIFT berdenominasi dollar, itu artinya memfasilitasi sistem transaksi dollar internasional. Walau SWIFT sendiri adalah netral, tidak berafiliasi dengan politik namun juga tak bisa lepas dari tekanan AS.

Sebagai contoh kasus pada upaya AS memaksa Iran untuk duduk di meja perundingan nuklirnya, maka AS memaksa. SWIFT mengeluarkan 14 bank Iran dari jaringan internasionalnya. Tanpa akses, Iran tidak dapat dengan mudah membayar impor atau menerima pembayaran untuk ekspor. Akibatnya Iran kehilangan lebih dari separuh pendapatan negara Iran.

Terakhir raksasa energi Perancis TOTAL menarik keluar dari proyek gas Iran senilai $4,8 miliar yang telah disepakati sebelumnya, karena Perancis tak mau beresiko ambil posisi berseberangan dengan kebijakan AS. Dan masih banyak contoh kasus lainnya yang sahabat bisa temui dlam kaitannya dengan ini

Pelajaran yang dapat diambil dalam hal ini adalah Pergeseran dalam sistem keuangan global terjadi ketika suatu kondisi memungkinkan pemerintah suatu negara memanfaatkan kelemahan dari negara saingan mereka.

Sumber Bacaan: berbagai sumber

Bersambung …

Adi Ketu, Pengiat Sosial Media dan Peminat Isu Internasional

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com