Ilustrasi Listrik

Bagikan artikel ini

Salamuddin Daeng (AEPI)

1. Diseluruh dunia tidak ada satu negarapun yang pernah menaikan tarif untuk satu golongan pelanggan sebesar 125% kurang dari satu semester. Lebih konyol lagi kenaikan tarif dilakukan pada dengan alasan pencabutan subsidi. Padahal subsidi telah berkurang atau bahkan telah hilang sejak penurunan harga energi batubara, minyak dan gas sejak 2014 lalu.

2. Tarif listrik di Indonesia telah melebihi tarif rata rata listrik di Amerika Serikat. Tarif listrik di AS pada maret 2017 per kwh berkisar antara 6.74 cent dolar atau Rp. 780 untuk industri dan 10.48 cent dolar atau Rp. 1.362/kwh untuk komersial. (Mei 2017). Sementara Tarif listrik Indonesia PLN non subsidi pada Juni 2017 adalah Rp. 1467,28/kwh, tarif penyesuaian 900VA Rp. 1.352/KWH dan tarif subsidi untuk pelanggan miskin Rp. 415/kwh. Hebat sekali Indonesia kesejahteraan Rakyatnya di Era Pemerintahan Jokowi lebih baik dari Amerika Serikat. Wah Donald Trump bisa tersinggung ini sama Jokowi.

3. Rata rata tarif listrik di China 7 cent dolar aatau Rp. 924/kwh dan India adalah 8 cent dolar per KWH atau seharga Rp. 1040 /kwh, jauh lebih rendah dibandingkan harga di Indonesia. Harga listrik subsidi di China 0.42 Yuan. Di India tarif listrik golongan rendah hanya 2 cent dolar atau Rp. 264/kwh atau separuh tarif orang miskin di Indonesia.

4. Jika mengancu pada data management consultants McKinsey mengatakan bahwa kelas menengah (middle class) di Indonesia sebanyak 45 juta jiwa. Dengan demikian jumlah rumah tangga yang tidak perlu mendapatkan subsidi adalah 11,25 juta rumah tangga. Sisanya adalah bukan kelas menengah dan rentan pada kemiskinan.

5. Listrik adalah pemicu inflasi nomor satu dibandingkan dengan faktor lainnya. dengan demikian maka kenaikan tarif listrik akan semakin memicu inflasi yang sudah sangat tinggi di Indonesia. sementara kenaikan inflasi kembali akan dijadikan indikator oleh pemerintah untuk menaikkan tarif listrik. Jadi tarif listrik ini akan dinaikkan sampai berapa..? Rupanya itu maksudnya Rakyat disuruh cabut meteran..?

Kemudian MEMBURUKNYA EKONOMI INDONESIA 2017 seperti disarikan dalam Data laporan World Bank (Juni 2017)

1. Kenaikan tarif dasar listrik dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9% dari rata-rata tahunan 3.2%.

2. Sektor perbankan Indonesia memburuk yang ditandai dengan meningkatnya non-performing loans (NPL) perbankan yang sudah berada diatas batas atas yang ditetapkan dalam Basel III threshold

3. Jakarta Composite Index (JCI) telah jatuh sekitar 8% tahun ini dan imbal hasil dari investasi asing dalam berbagai investasi di Indonesia telah jatuh.

4. Defisit transaksi berjalan meningkat menjadi 1 % GDP lebih tinggi dibandingkan dengan kwartal 4 tahun 2016 sebesar 0,9% GDP. Untuk tahun 2017 defisit transaksi berjalan akan meningkat pada posisi 1.8% GDP.

5. Resiko keuangan pemerintah terjadi disebabkan pemotongan anggaran 2016 yang menimbulkan ketidakpastian karena penganggaran APBN yang tidak realistik.

6. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 akan meningkat dari 2.4% GDP pada tahun 2016 menjadi 2,6% GDP pada tahun 2017. Itupun dengan asumsi penerimaan pajak tercapai. Jika tidak maka defisit bisa berada di atas 3 %.

7. Sampai dengan bulan Mei 2017 pemerintah telah mengambil 53% dari RENCANA HUTANG untuk mengatasi defisit, penurunan penerimaan pendapatan negara, dan utang jatuh tempo.

8. Penjualan ritel yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi menurun tajam menjadi 4,6% sampai dengan Mei dibandingkan rata rata pertumbuhan kwartal II 2016 sebesar 9,5%.

9. Menurut Bank Dunia, tahapan pemilu yang akan dimulai pada tahun 2018 akan menghambat reformasi struktural, menimbulkan ketidakpastian dan akan menjadi pertimbangan utama bagi investor asing…..

Waspada waspada wasapadalah…!!!

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com