Indonesia Harus Rangkul Afrika dan Amerika Latin Untuk Penyelesaian Konflik di Semenanjung Korea.

Bagikan artikel ini

Nurrahman Oerip, Diplomat Senior Kementerian Luar Negeri. Mantan Wakil Duta Besar Indonesia di Rusia dan Duta Besar di Kamboja.

Saya mengikuti krisis Korea Utara ini secara seksama dan mendalam. Bagi Indonesia ini merupakan pelajaran penting bagi Indonesia. Betapa Korea Utara mampu bertahan di tengah adanya embargo dan sanksi ekonomi yang dilancarkan dunia internasional yang dimotori AS dan sekutu-sekutunya.

Kata kunci keberhasilan Korea Utara adalah persatuan, dan dorongan kuat untuk berubah. Dengan kata lain, mentalitas bangsa ini kiranya patut kita belajar dari Korea Utara. Dalam hal membangun kesinambungan kepemimpinan. Inilah hal yang harus kita pelajari kembali dari Korut untuk meningkatkan daya juang.

Sisi lain yang perlu disorot. Kita harus menilik secara mendalam, sebetulnya apa yang sesungguhnya terjadi.   Sebab dari dulu bukan saja AS. namun Cina pun punya ambisi jadi penguasa dunia.   Bahkan AS pernah menawarkan Cina membagi dunia jadi dua, namun Cina menolak.  Waktu Indonesia memeloipori CONEFO atau Conference of the New Emerging Forces yang rencananya akan diselenggarakan pada Agustus 1966, namun Cina juga menolak.

Berarti, selain AS, Cina pun punya ambisi dan obsesi untuk menguasai dunia, atau ingin menjadi pusat dunia.

Perang Korea ini sebetulnya belum selesai, baru sekedar gencatan senjata. Aktornya pun masih sama dan itu-itu juga. Rusia, Cina, AS dan sekutu-sekutunya.

Maka itu kita harus menilik apa sebenarnya yang sesungguhnya menjadi akar konflik di Semenanjung Korea itu. Maka itu, Indonesia perlu mengajak negara-negara di kawasan Afrika dan Amerika Latin untuk ikut terlibat dalam menciptakan perdamaian  di Semenanjung Korea, dan menggunakan pendekatan Presiden Sukarno seperti model Konferensi Asia-Afrika di Bandung 1955 maupun Gerakan Nonblok di Beograd pada 1961.

Sebab saya tidak begitu yakin jika penyelesaian damai di Semenanjung Korea dilakukan melalui forum ASEAN. Sebab didalam internal ASEAN itu sendiri, masih banyak masalah. Sehingga sebagai entitas politik tidak solid.

Lepas dari itu semua, satu lagi yang penting untuk digarisbawahi. Kita jangan sampai terseret masuk dalam perebutan kepentingan global antara AS versus Cina di Asia Pasifik.

 

 

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com