Indonesia Peringkat ke 28 di Dunia dalam Kemampuan Berbahasa Inggris

Bagikan artikel ini

Rusman, Peneliti Global Future Institute (GFI)

Kemampuan masyarakat Indonesia menggunakan Bahasa Inggris berada di peringkat ke-28 di antara 63 negara. Hal ini disampaikan Christopher McCormick, Wakil Presiden Bidang Akademik English First (EF).

“Berdasarkan penelitian, English Proficiency Index (Indeks Kecakapan Bahasa Inggris) 2014 menunjukkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam berbahasa Inggris berada pada peringkat ke-28 di antara 63 negara di dunia. Skor tinggi masih dipegang beberapa negara di Eropa, yaitu Denmark, Belanda, dan Swedia,” ujar Christopher di Jakarta, Kamis, seperti dilansir ANTARA, Jum’at.

Lebih lanjut dikatakan, English Proficiency Index (EPI) merupakan indeks hasil perhitungan nilai rata-rata kemampuan Bahasa Inggris orang dewasa di berbagai negara, menggunakan data dari dua tes berstandar internasional yang dibuat EF, sehingga hasil yang dikeluarkan merupakan angka yang dapat dipertanggungjawabkan.

Indeks kecakapan berbahasa Inggris ini disusun dengan peringkat negara yang didasarkan pada hasil tes Bahasa Inggris kepada 750.000 orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas.

Indonesia meraih skor 52,74 poin dalam penelitian ke empat ini. Skor tersebut meningkat sebesar 7,96 poin dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.

Christopher menuturkan masyarakat Indonesia di kota besar memiliki keahlian berbahasa Inggris lebih bagus daripada yang tinggal di daerah.

Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kemampuan wanita untuk berbicara dalam bahasa Inggris lebih baik dibandingkan dengan pria.

“Indonesia berada pada posisi ke-6 dari 14 negara Asia yang diteliti. Skor Malaysia dan Singapura masih di atas Indonesia, sedangkan Vietnam, China, serta Hongkong berada di bawah Indonesia,” katanya.

Menurut Christopher, Bahasa Inggris merupakan kompetensi penting yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dunia global, mulai dari tantangan bisnis, ekonomi, hingga pendidikan dan peningkatan kualitas hidup.

Ia menilai, terdapat korelasi antara kefasihan Bahasa Inggris dengan beberapa ukuran sosial dan pendapatan, serta kemudahan melakukan bisnis.

Oleh karena itu, setiap individu, sekolah, maupun pemerintah di seluruh dunia memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, namun banyak negara yang kesulitan mengukur hasil pembelajaran yang dilakukan.

Menurutnya, kendala tersebut dapat diatasi dengan sebuah pola pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien agar kemampuan di setiap kota merata.

Selain itu, peningkatan kualitas tenaga pendidik perlu dilakukan, sehingga pengajaran bahasa dapat disampaikan dan diterapkan dengan baik. (TGR/ANT)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com