Jugun Ianfu- Aib tanpa Dosa

Bagikan artikel ini

Hilde Janssen

Sejatinya ini merupakan bahan pesentasi dari Hilde Janssen (Wartawan Algemeen Dagblad) yang disampaikan pada Seminar Global Future Institute (GFI) bertajuk 65 Tahun Kapitulasi Jepang Dalam Perang Asia Pasifik pada Senin, 25 Oktober 2010 lalu di Hotel Santika Jakarta. Berikut kami sungguhkan kembali di media online Global Future Institute ini. Tetaplah Berpikir Merdeka.

Tentara Jepang wanita penghibur

  • Seks terkontrol Kebijakan pragmatis
  • Merangsang semangat, disiplin pasukan
  • Mencegah penyakit kelaminan
  • Menghindari perkosaan liar dan masal
  • Mengurangi risiko espionase


Sistem jugun ianfu

  • Sejak 1938, setelah rape of Nanking
  • 50.000 s/d 200.000 ribu ianfu di daerah Asia yg diduduki oleh tentara Jepang, terutama asal Korea dan China
  • 5.000 s/d 20.000 ribu ianfu di Indonesia 1942-1945, termasuk 300-400 warga Belanda/Europa
  • Ianfu di indonesia asal 1) Korea, China, Taiwan 2) Java ditransport ke daerah lain 3) warga lokal

Prostitusi paksa

  • Rumah Bordil militer dikelola atau diawasi oleh tentara jepang dengan bantuan managemen sipil
  • Terlibat rekrutan, transport, fasilitas lokasi, pemeriksaan medis, penjagaan
  • Loket tiket
  • Kewajiban kondom, pemeriksaan rutin
  • Jam kerja
  • Nama Jepang
  • Kamar dengan nomor

Bordil liar & gundik/nyai paksa

  • Tempat prostitusi paksa tidak resmi seperti tangsi, kemp romusha, gerbong kereta, gudang pabrik, barak-barak perkebunan
  • Ianfu ‘pribadi’
  • Tukang cuci dan pelayan seks
  • Perkosaan liar di kampung
  • Gadis umur 11, 12 tahun s/d ibu rumah tangga

Rekrutan Paksa

  • Diculik dari jalan
  • Diancam, diambil paksa dari rumah
  • Ditipu dengan janji pekerjaan atau pendidikan
  • Dipangil oleh kepala desa, lurah dsb.

Kebisuan 

  • 1946-49 mahkama militer Belanda mengadili prostitusi paksa sebagai kejahatan perang…bila korban warga Belanda

kemudian

 

  • 50 tahun dibungkam oleh korban, pelaku dan pemerintahan
  • Tidak dibicarakan dalam perundingan ganti rugi
  • Tidak dicatat dalam sejarah nasional – internasional
  • Menyangkal ‘paksaan’ oleh Jepang, katanya sukarela
  • Kebisuan korban yg rasa malu, takut stigma, takut membuka luka lama

Pemecahan kebisuan

  • 1991 kesaksian pertama mantan jugun ianfu Kim Hak Sun Korea
  • Dokumen bukti prof. Yoshiaki Yoshimi
  • Gerakan internasional – penelitian Jepang
  • 1993 Pernyataan Kono
  • 1995 Asian Women Fund
  • 2000/01 Tribunal Tokio – The Hague
  • 2007 kesaksian Kongres AS, resolusi parlemen
  • 1991 kesaksian pertama mantan jugun ianfu Kim Hak Sun Korea
  • Dokumen bukti prof. Yoshiaki Yoshimi
  • Gerakan internasional – penelitian Jepang
  • 1993 Pernyataan Kono
  • 1995 Asian Women Fund
  • 2000/01 Tribunal Tokio – The Hague
  • 2007 kesaksian Kongres AS, resolusi parlemen


Apa terjadi di Indonesia?   

  • Media cari berita 1992-93
  • Pengacara Jepang mencari cerita korban
  • Registrasi skala besar mantan ianfu LBH – ex Heiho 20.000+
  • Harapan besar kompensasi finansial
  • 28.000 dollar per orang?

Korban berulangkali

  • Ditipu dan diperas oleh  ‘calo’
  • Diabaikan oleh pemerintah
  • Dana AWF masuk kas Depsos
  1. ganti-rugi diangap sudah diurus 1958
  2. susah dibuktikan siapa korban
  3. kompensasi individual diangap akan memalukan korban dan keluarganya, aib keluar

Diam lagi

  • Kecewa dan terpukul
  • Malu tanpa hasil
  • Jaringan advokasi pecah, cacat
  • Tetap diperas, distigma
  • Kisah sejarah terbungkam

Sekarang

  • Mayoritas korban meninggal dunia
  • Nenek-nenek yg masih hidup 80+ thn

sebagian sakit, mulai pikun
sebagian tetap harus cari nafkah

  • Tetap merasa dampak emosional, sosial, fisik (tak ada keturunan)
  • Kontak jaringan advokasi putus, lsm diam/pecah, pendamping malu, tidak lagi terlibat dalam aksi advokasi..diambil over

65 tahun kemudian…
Tetap berharap

  • Pemulihan nama baiknya, memecah stigma
  • Penghormatan sebagai korban
  • Sejarahnya jugun ianfu tercatat
  • Pengalaman pahit menjadi pelajaran dan tak diulangi lagi
  • Hak kompensasi finansial

*Makalah Seminar Sehari Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com