Kerjasama Pertahanan antara RI-Rusia Harus Lebih Erat dan Strategis Pasca Covid-19

Bagikan artikel ini

Kunjungan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto ke Rusia akhir Januari 2020 lalu, membuahkan beberapa kesepakatan strategis antar kedua negara. Dalam pertemuannya antara Menhan Prabowo dan Menhan Rusia Jenderal Sergei Shoigu telah tercapai kesepakatan bahwa Indonesia dan Rusia dalam kesejarahannya dapat telah menjalin hubungan yang cukup erat.

Menhan Prabowo menegaskan bahwa Indonesia menyadari Rusia merupakan salah satu kekuatan di dunia. Federasi Rusia, dan juga sebelumnya Uni Soviet selalu membantu Indonesia di saat-saat sulit. Rusia pun, selalu berada dalam posisi mendukung Indonesia.

Sementara itu Menhan Rusia Sergei Shoigu, mengatakan hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia, termasuk melalui lembaga militer, memiliki semua prasyarat untuk mencapai tingkat strategis. Menurut Sergei, Rusia menganggap Indonesia merupakan salah satu mitra terpentingnya di kawasan Asia-Pasifik. Lebih lanjut Menhan Shoigu, mengingat kenyataan bahwa kerjasama Rusia-Indonesia secara tradisional didasarkan atas persahabatan dan rasa saling percaya, maka hubungan bilateral kedua negara memiliki prasyarat yang cukup kuat ke tingkat kerjasama strategis.

Menhan Prabowo Subianto Bertemu Menhan Rusia

Di tengah semakin menajamnya persaingan global AS versus Cina di kawasan Asia Pasifik, tentu saja ini merupakan perkembangan yang cukup menggembirakan dan penuh harapan.

Apalagi kesepakatan Prabowo-Shoigu tersebut diperkuat oleh keterangan pers Duta Besar Rusia untuk RI Lyudmila Vorobieva pada Februari 2020, kurang dari sebulan setelah pertemuan kedua menteri pertahanan tersebut.

Dalam keterangannya kepada persnya Lyudmila Vorobieva mengatakan, “ lingkup kerjasama pertahanan kedua negara tak hanya sebatas pembelian peralatan pertahanan Rusia saja tapi kerja sama yang lebih luas lagi termasuk hubungan antara kedua kementerian pertahanan, pertukaran delegasi kedua negara, penghentian kapal-kapal AL, latihan militer gabungan yang kami akan lakukan di indonesia di tahun ini dan banyak lainnya. Kami memiliki program kerja sama pertahanan dan 40 agenda telah direncanakan untuk tahun ini.”

Pesawat tempur SU-27/30 Sukhoi dari Skuadron Udara 11Lanud Sultan Hasanuddin Makassar tiba di Pangkalan TNI AU Manuhua Biak, Papua, Rabu(26/7 - 2017). Foto: tni/au.mil.id

Yang lebih menarik lagi, Duta Besar Vorobieva secara secara pasti mengatakan bahwa pembelian Sukhoi Su-35 ini  akan segera dieksekusi. Sebab, dengan ditandatanganinya perjanjian pembelian dari Rusia, berarti produksi akan segera dilakukan.

 Baca:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200223083609-4-139846/rusia-bocorkan-hasil-kunjungan-prabowo-tak-cuma-beli-sukhoi

Betapa pentingnya kerjasama strategis RI-Rusia tergambang dengan disahkannya  rancangan undang-undang kerja sama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Rusia di bidang pertahanan menjadi undang-undang.

Dalam pernyataannya pada 31 Maret 2019 lalu, Ketua DPR  Bambang Soesatyo mengatakan bahwa dengan pengesahan UU itu diharapkan akan meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan dalam bidang industri pertahanan.

Adapun Pengesahan UU itu merupakan bentuk tindak lanjut atas kerja sama di bidang pertahanan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Federasi Rusia yang telah ditandatangani pada 18 Mei 2016. Dikutip dari situ resmi Kementerian Pertahanan, tujuan kerja sama dengan Rusia di bidang pertahanan yakni keinginan menciptakan pertahanan dalam negeri yang lebih baik, serta peran Indonesia dalam mencapai perdamaian dunia, meningkatkan dan memperkuat hubungan baik antara kedua negara.

Dengan demikian, kerjasama strategis RI-Rusia yang sudah disepakati saat kunjugan Menhan Prabowo Subianto ke Rusia akhir Januari lalu, sejatinya sudah memiliki payung hukum yang cukup kuat.

Sebagaimana diutarakan oleh Ryamizard Ryacudu saat masih menjadi menteri pertahanan, pemerintah Federasi Rusia memiliki potensi yang cukup menjanjikan bagi pemenuhan alutsista TNI, pengembangan industri pertahanan Indonesia, dan peningkatan profesionalisme TNI, saling kunjungan pejabat ditingkat Kementerian, pertukaran informasi seperti peraturan perundang-undangan militer, pendidikan dan pelatihan, bantuan medis, kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi.

Yang tak kalah penting, juga mencakup  bidang kerja sama militer dan militer-teknis, serta dalam format multilateral melalui mitra dialog ADMM-plus (pertemuan antara menteri pertahanan negara ASEAN Plus).

Hal ini kiranya amat penting, mengingat pemerintah Amerika Serikat beberapa tahun lalu sempat mendesak Indonesia agar mengurangi intensitas pertemuan ASEAN Dialog Partner dengan Cina, Rusia dan India. Padahal dalam perspektif Politik Luar Negeri RI yang bebas dan aktif, Rusia-Cina-India merupakan tiga kekuatan baru di Asia Pasifik yang merupakan kekuatan penyeimbang di tengah hegemoni dan dominasi AS dan blok Eropa Barat, termasuk Jepang, di Asia Pasifik.

Maka itu, menjalin kerjasama strategis dengan Rusia, khususnya di bidang pertahanan, kiranya merupakan manuver geopolitik yang jitu baik bagi Indonesia maupun Rusia.

Oleh sebab itu, tindak-lanjut pembelian pesawat Sukhoi Su-35 merupakan ujian pertama dari itikad ke arah kerjasama strategis kedua negara. Dengan demikian, timbulnya Pandemi Global Covid-19 kiranya bukan menjadi alasan sama sekali untuk membatalkan momentum kerjasama pertahanan kedua negara.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com