Kemitraan Strategis India-Rusia yang sudah ditandatangani pada Oktober 2000 lalu, nampaknya menemukan momentum yang tepat di tengah situasi global yang tidak tidak stabil saat ini. Sejak deklrasi kemitraan strategis tersebut ditandatangai kedua negara dalam kerangka kerjasama bilateral, telah menunjukkan kerjasama yang semakin dinamis di bidang politik, keamanan, perdagangan, ilmu pengetahun dan teknologi, dan kebudayaan. Termasuk kerjasama di kutub utara maupun kawasan Timur Jauh.
Begitupula kerjasama di bidang penelitian ruang angkasa maupun penggunaan secara damai ruang angkasa juga sudah berlangsung selama beberapa dekade, termasuk peluncuran satelit, Sistem Navigasi The GLOSNASS remote sensing (Penginderaan Jarak Jauh), maupun di bidang-bidang lainnya.
India juga merupakan mitra strategis Rusia di bidang dalam bidang pendayagunaan energi nuklir untuk tujuan-tujuan damai. India selain punya reputasi sebagai negara yang maju dalam teknologi, namun juga punya reputasi yang cukup solid dan tegas dalam menentang proliferasi persenjataan nuklir.
Baca:
India’s Strategic Cooperation with Russia is Gaining Momentum
Diversifikasi kerjasama India-Rusia juga berkembang dalam bidang penyulingan minyak dengan keterlibatan Rosneft dalam kerjasama dengan salah satu perusahaan besar India yang bergerak dalam penyulingan minyak. Bahkan selain di bidang penyulingan minyak, juga di bidang produksi minyak. Perusahaan Minyak India GAIL telah menandatangani kontrak dengan perusahaan Rusia Gazprom untuk memasok 2,5 juta ton LNG setiap tahun. India juga sedang mengkonversi gasnya menjadi gas alam, sehingga kemitraan strategis yang berkelanjutan dengan Rusia menjadi pilar penting untuk mencapai visi India tersebut.
Kerjasama militer India-Rusia khususnya dalam bidang teknik, juga merupakan aspek krusial dari kerjasama kedua negara. Dalam kaitan dengan sengketa territorial India dengan wilayah perbatasannya, terutama Pakistan yang mengandalkan dukungan AS, maka pasokan senjata Moskow kepada India menjadi satu hal yang cukup masuk akal. Alhasil India menjadi pasar potensial Rusia untuk pembelian peralatan militernya. Seperti ketika India membeli peluru kendali darat ke udara S-400 buatan Rusia.
Tentu saja ini merupakan terobosan besar dalam kerjasama militer kedua negara, ketika India melalui kontrak pembelian tersebut, mendapatkan 5 unit S-400 seharga 5,43 miliar dolar AS dalam waktu dekat.
Bahkan baru-baru ini, kerjasama teknis militer telah berkembang dari skema jual-beli peralatan militer menjadi kerjasama atas dasar skema riset/penelitian dan pengembangan bersama maupun produksi bersama dalam bidang sistem pertahanan (advanced defense system). Kerjasama itu antara lain seperti Sistem rudal Brahmos maupun lisensi produksi pesawat tempur S-30 dan Tank India jenis T-90.
Bukan itu saja. Rencana India mengambil kapal selam buatan Rusia merupakan langkah awal untuk memiliki armada kapal selam bertenaga nuklir. Inilah salah satu ilustrasi dari kerjasama jangka panjang New Delhi-Moskow. Misalnya melalui Project 12701 “Alexandrit-E” destroyers and Project 677E “Lada” non-nuclear submarines.
Singkat cerita, reputasi politik India yang cukup berbobot di dunia internaasional, membuat India punya independensi dalam kebijakan pengadaan peralatan militernya, meskipun mendapat tekanan yang cukup keras dari Amerika Serikat. Dan menolak untuk membatalkan kerjasama militernya dengan Rusia hanya karena tekanan dari Washington. Meskipun di bawah tekanan dan ancaman sanksi melalui UU CAATSA dari AS, India tetap membeli sistem rudal darat ke udara S-400 Sistem SAM.
Bahkan saat ini Rusia sedang memproduksi pesawat tempur jenis Su-30MKI atas pesanan India. Dengan demikian, ragam lingkup kontrak kerjasama sipil dan militer India dan Rusia merupakan indikasi kuat ke arah kerjasama strategis yang semakin meningkat antar kedua negara.