Amril Jambak, peneliti Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia
Menerima kekalahan memang tak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan kebesaran jiwa dan keikhlasan dalam menerima setiap kekalahan. Sakit hati dan tak terima tentu saja ada dan akan terus membayangi jika tak segera diambil tindakan tegas.
Bangkit dari kekalahan meskipun tidak mudah tetapi harus terus dilakukan agar rasa sakit dan tak terima segera terkalahkan. Berpikir positif dan mencari hikmah dalam suatu kekalahan merupakan langkah awal yang harus segera diambil. Karena didalam kekalahan menyimpan suatu kemenangan.
Pengumuman resmi (real count) akan disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli mendatang. Tentunya dengan keputusan tersebut, dua kubu, yakni pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, harus bersabar hingga masa pengumuman itu tiba.
Meski masing-masing kandidat telah memiliki hasil quick count (penghitungan cepat) melalui lembaga survei, tapi konon kabarnya hasil quick count tersebut bukanlah serta merta capres-cawapres tersebut melenggang ke Istana Presiden.
Sungguhpun demikian, selaku Warga Negara Indonesia (WNI), penulis berharap kepada pendukung dan simpatisan dua kubu ini agar tidak memperkeruh suasana jelang pengumuman resmi dari KPU Pusat. Bukan tidak mungkin akan terjadi konflik sebelum dan sesudah pengumuman oleh KPU tersebut. Tapi dengan kearifan dan kebijaksanaan capres-cawapres, diharapkan konflik ini tidak terjadi.
Selain itu, kita juga sudah menyimak pernyataan resmi dari capres-cawapres. Seperti capres nomor urut 1 Prabowo Subianto. Mantan Danjen Kopassus itu mengatakan dirinya siap menerima hasil Pilpres 2014. “Saya siap menang, siap kalah. Insya Allah, saya didukung rakyat. Saya gembira rakyat antusias. Saya terima kasih aparat sudah menjaga dengan baik,” ujar Prabowo, di sela-sela menyalurkan hak suaranya, seperti dikutip dari liputan6.com.
Calon Presiden (capres) Prabowo Subianto menegaskan ia siap menang dan kalah dalam pemilihan presiden dan wakil presiden mendatang. Ia mengatakan menyerahkan sepenuhnya mandat kepada rakyat Indonesia untuk menentukan pilihan dan pemimpinnya di masa depan.
“Saya dan Pak Hatta dan koalisi merah putih, kami berjanji akan terima apapun keputusan rakyat Indonesia,” katanya saat memberikan pidato dalam acara deklarasi pemilu berintegritas dan damai, Selasa (3/6) malam.
Ia menegaskan jika pasangan nomor urut 1 itu menerima mandat dari rakyat, maka akan bekerja sekeras tenaga. Tetapi, jika mandat diberikan kepada pasangan lain, maka ia pun menegaskan akan menghormati keputusan rakyat tersebut.
“Apapun, kami yakin saudara Jokowi dan Jusuf Kalla adalah patriot yang cinta tanah air. Apapun terjadi, kami akan jadi warga negara yang setia pada merah putih dan bangsa,” katanya.
Kedua pasangan capres-cawapres menghadiri acara deklarasi pemilu berintegritas dan damai yang diselenggarakan KPU. Keduanya pun menandatangani prasasti yang menekankan komitmen untuk berkompetisi secara sehat.
Komitmen sama juga disampaikan capres nomor urut dua Joko Widodo (Jokowi). Di sela kehadirannya dalam kampanye terakhir di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta Sabtu (5/7), dia menegaskan keyakinannya bahwa para pendukungnya tidak akan bikin rusuh, apa pun hasil pilpres nanti. “Dari kami nggak pernah, dari kami sabar-sabar saja, nggak ada masalah,’’ kata Jokowi.
Tentang hal ini, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto mengatakan, kedua kubu pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla sepakat penghitungan oleh Komisi Pemilihan umum (KPU) sebagai hasil akhir Pilpres 2014.
Hal itu disampaikan Djoko dalam konferensi pers di Istana Kepresiden, Jakarta, Jumat (11/7), seperti dikutip dari republikaonline.com. Menurut dia, hal itu juga sudah disampaikan kedua pasangan calon saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Rabu malam (9/7), setelah pemungutan suara.
Pasangan Jokowi-JK bertemu Presiden SBY pada Rabu (9/7) sekitar pukul 21.20 WIB dan satu setengah jam kemudian, giliran pasangan Prabowo-Hatta bertamu.
Dalam pertemuan Rabu malam tersebut, Presiden SBY didampingi Djoko, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Pertemuan digelar setelah kedua belah kubu mengklaim kemenangan berdasarkan hasil hitung cepat dari lembaga survei yang dirujuknya.
Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia dalam hasil hitung cepatnya memenangkan Prabowo-Hatta. Sedangkan Populi Center, CSIS, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, RRI, dan Saiful Mujani Research Center memenangkan Jokowi-JK.
Djoko mengatakan, dalam pertemuan tersebut ada sejumlah hal yang disepakati. “Saya ikut dampingi bapak presiden, saat pertemuan kedua capres, ada empat hal penting masyarakat banyak juga harus tahu dan tim pendukungnya harus memberi ingatan kembali,” katanya.
Selain sepakat menyerahkan penghitungan akhir ke KPU, juga disepakati kedua pasangan untuk menjaga agar simpatisannya tidak melakukan euforia yang berlebihan. Kedua pasangan juga sepakat untuk menempuh jalur konstitusional melalui Mahkamah Konstitusi bila tidak sepakat dengan pengumuman hasil akhir oleh KPU pada 22 Juli 2014 nanti.
Oleh karena itu, menurut Djoko, Presiden SBY telah menginstruksikan kepada jajaran Polri dan TNI untuk mengamankan proses penghitungan suara mulai PPS, kecamatan, KPUD. “Amankan dan jaga keselamatan petugas KPU untuk bebas dari ancaman intimidasi dari pihak manapun. Mengalir sama dari TPS sampai KPU pusat,” katanya.
Menjawab tantangan pengamanan. Saat ini institusi Polri, tetap melakukan operasi deteksi dini potensi konflik. “Deteksi dini dilakukan oleh rekan-rekan kami di intelejen, untuk mengetahui setiap perkembangan yang terjadi di masyarakat,” jelas Kadiv Humas Polri Irjen Ronny F Sompie di Humas Mabes Polri, Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Ronny menuturkan, dalam operasinya pergerakan dilakukan tersamar, baik dalam melakukan observasi maupun pembututan orang yang dicurigai. “Yang mereka lakukan adalah untuk mendukung polisi yang melakukan pengamanan, untuk mencegah setiap kemungkinan gangguan, yang menganggu jalannya pilpres,” jelasnya lagi.
Selanjutnya, Ronny mengatakan bila ada kasus pidana maka segala informasi akan diserahkan untuk fungsi penyidikan.
Penulis memiliki keyakinan, dengan adanya komitmen dari dua pasang capres-cawapres, konflik pasca pilpres tidak akan terjadi. Apalagi jika semuanya menyadari dan berkeinginan menjaga persatuan dan kesatuan demi keutuhan bangsa dan negara ini.
Mari sama-sama kita menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini. Mari kita hargai hasil pilpres nantinya. Kemenangan ini merupakan kemenangan kita bersama, bukan sekelompok orang ataupun parpol, pendukung dan simpatisan satu kubu saja.