M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
Dalam science-fiction (sci-fi) ini, narasinya justru kebalikan dari “Ghost Fleet”-nya Singer, bahwa Indonesia kelak akan kembali menjadi negara adidaya bahkan superpower sebagaimana geliat Nusantara tempo dulu baik di era Sriwijaya (Abad VII) maupun pada zaman Majapahit (Abad XIV). Inilah premis dalam sci-fi di bawah ini.
Dari perspektif geopolitik kontemporer, Indonesia mungkin dinilai sebagai keajaiban politik dalam dunia modern. Kenapa? Ada beberapa faktor alamiah terkait kharakteristik negara bangsa (nation state) antara lain adalah:
1) demografinya terbesar keempat di dunia dengan mayoritas muslim, penduduknya majemuk, ada 1.072 etnik, serta memiliki 17.508 pulau besar dan kecil;
2) warganya berbicara dengan ratusan dialek;
3) terdapat 6 agama besar dunia;
4) bentuk negaranya kesatuan (NKRI) dengan sistem presidensial; dan lain-lain.
Pertanyaan menarik muncul, “Dimana letak keajaiban NKRI?” Ya. Jika kita jeli melihat sejarah dunia, tak sedikit negara di dunia menjadi berantakan bahkan bubar meski penduduknya tak besar, homogen, satu kawasan yang tidak terpisah oleh pulau-pulau, sedikit etnik dan juga tak banyak agama dianut seperti yang Indonesia miliki, akan tetapi mereka mengalami kehancuran, pecah bahkan lenyap dari muka bumi akibat faktor konflik baik intrastate (konflik internal) maupun konflik interstate (perang antarnegara). Banyak Contoh. Kesultanan Utsmaniah misalnya, ataupun Uni Soviet, Yugoslavia, Tibet, Austro Hongaria, atau Vietnam Selatan, dan lain-lain.
Geopolitik mengajarkan, bahwa bubarnya sebuah negara adalah wajar dan bisa-bisa saja terjadi setiap saat, karena negara dipandang sebagai organisme —seperti halnya manusia— yang lahir, hidup, tumbuh dan berkembang, menyusut bahkan mati.
Kita kembali ke Indonesia, maka dengan ilustrasi NKRI yang unik lagi rentan terhadap perpecahan karena faktor alami di atas, tetap eksis Indonesia hingga 70-an tahun lebih sudah dianggap keajaiban di dunia modern, apalagi jika kita mampu tumbuh dan berkembang. Itu baru pandangan di satu sisi. Sedang pada sisi lain yang juga hal alamiah yang mampu membawa Indonesia menjadi adidaya serta disegani negara-negara lain adalah realitas geopolitik yang dahsyat lagi menggiurkan, antara lain:
1) negara tropis dengan dua musim serta sumber raw material bagi berbagai industri,
2) pasar yang potensial karena faktor demografi,
3) tempat putar kapital dan/atau investasi negara industri,
4) faktor geoposisi silang di antara dua samudera dan dua benua — lintasan Sealane of Communication (SLOC), jalur pelayaran barang dan jasa berbagai negara yang tidak pernah sepi,
5) memiliki 4 selat strategis di antara 7 selat strategis yang dimiliki oleh dunia, dan lain-lain.
Seandainya hari ini, kita “menutup diri” terhadap dunia luar mungkin yang berteriak protes justru negara luar yang sangat tergantung dengan Indonesia, terutama ketergantungan atas faktor alimiah pada realita geopolitik di atas.
Pemberdayaan atas 5 realita geopolitik Indonesia tadi merupakan kontra skema atas narasi sci-fi PW Singer yang bertajuk Ghost Fleet.