M.JUSUF (1928 – 2004)

Bagikan artikel ini
Bangsawan Bugis ini telah terlibat dalam pemerintahan sejak tahun 1964 ketika pangkatnya masih Brigjen. Sebagai junior generaal ia dikenal taat pada perintah atasan. Segala sesuatu mesti dikonsultasikan lebih dahulu kepada senior sebelum suatu keputusan ditetapkan.
Entah karena prestasi atau ada maksud lain tepat tanggal 20 Agustus 1965 ia dipanggil ke istana. Presiden Soekarno rupanya sangat bernafsu mengangkat menteri perindustrian ringan ini sebagai anggota ke-4 Presidium Kabinet (tiga lainnya: Soebandrio, Chaerul Saleh, Johannes Leimena), jabatan semacam “wakil presiden” yang mengoordinir bidang eksekutif tertentu.
Jusuf menjawab agar pak Jani saja (Ahmad Jani, KASAD) dijadikan anggota presidium yang langsung dijawab Soekarno: Ik wil jou hebben (aku inginkan kau). Sebagai tentara ia mengatakan akan berunding dulu dengan atasannya. “Roep maar je bass op,” jawab Soekarno. Panggillah bosmu itu. Begitu bertemu sang presiden lalu bertanya pendapat Jani perihal jabatan baru Jusuf. Menurut dia Jusuf masih terlalu muda menjadi presidium. “Jangan,” saran Jani.
Mengapa Soekarno begitu ngebet mengangkat Jusuf ke jabatan tinggi itu? Sehari setelah dipanggil ke istana ia mengajukan pokok-pokok pikiran “Menyusun Kekuatan untuk Berdikari” kepada presiden. Konsep itu disusun oleh sekelompok cendekiawan yang berisi cara-cara membereskan masalah ekonomi yang centang-peranang. Besar kemungkinan inilah penyebab Soekarno hendak memberi jabatan prestisius itu kepadanya.
Bila Jusuf menjadi anggota presidium yang bertanggung jawab dibidang ekonomi presiden tentu tidak diganggu lagi oleh anggota presidium yang lain juga menteri yang datang menghadapnya bertanya segala perkara tetek-bengek mengatasi kesulitan ekonomi. Sebab, ik ben al moe, ik ben al sempoyongan, ik kan niet meer denken (saya sudah capek, saya sudah sempoyongan, saya tidak dapat lagi berpikir).
Tengah asyik menimbang-nimbang pengangkatan Jusuf tiba-tiba datang malapetaka gestapu yang bukan hanya membuat Soekarno tambah sempoyongan juga mengakhiri pemerintahannya selamanya.
Kita tidak tahu adakah Jusuf memang benar-benar bakal sanggup mengatasi sengkarut ekonomi nasional seandainya ia jadi anggota presidium? Yang kita tahu ia termasuk jenderal penting di masa sesudahnya.
Darwati Utieh, wartawan senior. 
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com