Makna Strategis di Balik Gerakan Global Occupy Wall Street di New York

Bagikan artikel ini

Tim Riset Global Future Institute (GFI)

Berbagai aksi protes melawan kapitalisme dan kebijakan ekonomi negara-negara demokratis mewarnai ratusan kota-kota besar di dunia Barat. Aksi itu bermula di New York, dengan slogan “Occupy Wall Street, Duduki Wall Street” sekitar sebulan yang lalu. Kemudian aksi itu menyebar ke sebagian besar kota-kota di Amerika Serikat dan Eropa. Puncaknya terjadi kemarin, Ahad (16/10). Sementara aksi protes yang paling kejam berlangsung di ibukota Italia, Roma. Sedangkan penangkapan demi penangkapan terhadap mereka yang melakukan  aksi protes terjadi di Amerika Serikat dan Italia.

Krisis ekonomi global ini telah membuktikan, bahwa para penguasa sesungguhnya dalam sistem demokrasi adalah para pemilik modal yang memberikan para presiden kekuasaan melalui pendanaan kampanye pemilihan para calon presiden. Mereka telah mengeluarkan jutaan untuk menghantarkannya pada kekuasaan, dengan imbalan bahwa ia harus melaksanaan setiap kebijakan dan membuat konstitusi yang menjamin kepentingan para kapitalis (pemilik modal) itu.

Inilah apa yang sebenarnya terjadi setelah krisis ekonomi yang mengguncang dunia. Pemerintah AS dan semua pemerintah Barat telah mengeluarkan miliaran dolar untuk bank-bank dan perusahaan besar, bukan untuk rakyatnya yang tertindas, yang sedang terancam karena tidak tersedianya sandang, pangan dan papan.

Sehingga tidak mengherankan jika rakyat di dunia Barat mengingkari bahkan sangat membeci sistem ini. Sehingga mereka menyuarakan dengan lantang slogan-slogan seperti “Duduki Bursa London”,  ”Duduki Wall Street”,  ”Kami 99%, kami rakyat, sungguh mereka telah menjual kami”, dan “Kami akan duduki Wall Street setiap hari dan setiap minggu”. Bahkan mereka berkata bahwa “Pertumbuhan ekonomi hanya menguntungkan perusahaan, sementara kebutuhan-kebutuhan pokok kelas menengah hampir tidak terpenuhinya,” seperti yang dikutip oleh BBC Arab. Mereka juga berbicara tentang keserakahan kelas kapitalis, serta insentif utama yang diberikan kepada para staf senior dan sebagainya.

Apa yang terjadi di dunia membuktikan arti demokrasi yang sebenarnya, yaitu “kelompok minoritas yang kaya dan kuat menguasai kelompok mayoritas yang lemah dan tertindas”, yakni  kediktatoran para pemilik modal yang bersekutu dengan kediktatoran para penguasa yang tersebar di seluruh dunia, terutama di dunia Islam termasuk dunia Arab.

Dengan demikian, hegemoni Barat tetap dominan melalui para kompradornya yang rela dirinya dikendalikan oleh Barat, dan mengokohkan kediktatoran yang telah berkuasa selama beberapa dekade, dengan mengatasnamakan “negara sipil demokratis dan pluralistik”, atau slogan lainnya.

Kenyataan sebenarnya bahwa dunia ini telah dibakar oleh ketidakadilan sistem demokrasi-kapitalisme. Dan manusia tidak akan terselamatkan kecuali oleh tegaknya sistem keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com