Ketika kita membaca “Anna Karenina” dengan teliti, juga karyanya yang lain “War and Peace”, kita akan merasakan betul teknik penulisan Tolstoy yang seperti “terobsesi” dengan detail. Tidak ada satu gerakan kecil pun yang lolos dari pengamatannya. Bahkan hal yang tampaknya sepele—Stepan Arkadyevitch menarik mansetnya atau menepuk-nepuk remah roti dari rompinya—semuanya disajikan secara teliti.
Orang menyebut teknik ini sebagai realisme radikal atau realisme ekstrem atau, lebih spesifik, realisme Tolstoy.
Dengan realisme radikalnya, Tolstoy menciptakan ilusi totalitas, dan ia melakukannya dengan sabar, untuk membuat pembaca tidak sekadar membayangkan dunia cerita tetapi juga seperti berada di dalamnya. Kita mencium harum parfum di jambang Oblonsky, menyaksikan remah roti jatuh ke lantai, atau merasakan senyum kaku Oblonsky kepada anak bungsu yang tidak begitu ia cintai.
*
Dalam bab 3 (yang terjemahannya baru saja saya posting pagi ini), Tolstoy tidak terburu-buru menyodorkan konflik besar. Ia mengajak kita menikmati setiap detail dalam rutinitas pagi Oblonsky. Bagaimana lelaki itu mempersiapkan diri untuk menemui istrinya, mulai dari merapikan manset, mengisi saku-sakunya dengan benda-benda pribadi, hingga membuka koran pagi yang masih lembap oleh tinta cetak, semuanya diberi perhatian penuh—demi ilusi totalitas itu.
Stepan Arkadyevitch, dengan segala kecerobohan yang merusak hubungannya dengan istrinya, tetap berusaha tampil rapi dan memikat. Maka, gerakan kecil seperti merapikan manset atau membusungkan dada sesudah sarapan menjadi simbol tentang kegamangan: di permukaan ia tampak riang, tetapi semua itu hanya tabir tipis untuk menutupi kekacauan batin yang pelan-pelan menggerogotinya. Senyum riang yang muncul “karena pencernaan yang baik”, seperti yang digambarkan dengan setengah ironi oleh narator, segera memudar begitu ia teringat akan keretakan rumah tangganya.
Gaya mirip Tolstoy, dengan penggambaran detail yang memukau, dilakukan sebelumnya oleh Gustave Flaubert dalam Madame Bovary, namun Tolstoy melangkah lebih jauh. Jika Flaubert menggunakan detail untuk membangun atmosfer, Tolstoy menjadikan detail sebagai jalan masuk ke psikologi karakter. Hal kecil seperti Tanya, putri Oblonsky, yang ragu menjawab pertanyaan apakah ibunya ceria, dan memerah karena malu terhadap kepura-puraan ayahnya, menjadi celah masuk bagi pembaca untuk melihat ketegangan batin anak-anak di tengah rumah tangga yang retak.
Dari teknik realisme radikal Tolstoy dan usahanya menciptakan ilusi totalitas, kita belajar bahwa detail renik dalam kehidupan sehari-hari—gerakan tangan yang tampaknya tanpa makna, bayangan pada cermin, aroma parfum di jambang—dihadirkan oleh penulisnya bukan melulu sebagai hiasan naratif. Dengan cara itu, Tolstoy tidak menulis cerita; ia menciptakan kehidupan. Jika anda sudah pernah membaca Anna Karenina sampai selesai, anda akan merasakan Tolstoy seolah-olah sedang menceritakan tokoh yang benar-benar ada, bukan tokoh khayalannya.[]
AS Laksana, Wartawan Senior dan Sastrawan