Telaah dan Prakiraan Kecil Geopolitik
Lebensraum itu kata dalam bahasa Jerman yang artinya habitat. Sedangkan menurut Friedrich Ratzel (1844 – 1904), lebensraum ialah ‘ruang hidup’ atau ‘ruang tamu’. Diksi lebensraum diungkap kali pertama oleh Ratzel manakala ia tengah mengembangkan teori ruang (living space) atau lebensraum. Poin yang bisa diambil dari tesis Ratzel, bahwa semua perkembangan spesies ditentukan oleh bagaimana kemampuan mereka beradaptasi terhadap geografis (lingkungan).
Dua poin penting asumsi lebensraum ala Ratzel ialah:
1. Negara wajib memperoleh tanah yang kaya akan sumber daya untuk menafkahi rakyatnya;
2. Manusia yang telah menduduki suatu wilayah perlu mengokupasi wilayah lain untuk mendapatkan wilayah yang lebih luas.
Tesis ini terinspirasi oleh teori Charles Darwin perihal survival of the fittest. “Bahwa organisme terkuatlah yang akan bertahan hidup”. Konsepsi Darwin di atas, sebenarnya untuk spesies tertentu, bukan untuk manusia. Itu titik mulanya. Namun, ketika terbit buku Darwin berjudul On The Origin of Species, para pemikir di Eropa termotivasi untuk mengimplementasikan pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemudian muncul istilah geopolitik yang berbasis pemikiran cerdas di abad 19 yaitu: ‘manusia butuh negara, dan negara butuh ruang hidup’.
Geopolitik itu ilmu negara, kata Ratzel. Science of the state. Ia mengkaji timbul tenggelamnya negara. Dan hanya bangsa unggul yang mampu bertahan hidup, karena negara merupakan organisme yang lahir, hidup, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut dan mati.
Pada perkembangan lanjut, geopolitik meliputi 4 (empat) dimensi, antara lain: 1. ruang hidup atau lebensraum alias living space; 2. politik kekuatan; 3. keamanan negara dan bangsa; 4. frontier. Singkat kata, bahwa teori ruang inilah ‘inti dari geopolitik’ dibanding ke-3 (tiga) dimensi lainnya.
Dalam genggam Jerman di Era Nazi —sekadar contoh— lebensraum tak ubahnya hukum rimba (survival of the fittest) tatkala peperangan menjadi ‘cara halal’ atas dalih kepentingan berbeda. Artinya, untuk memenuhi kepentingannya, manusia/negara (organisme) dapat menyerang organisme lain agar ia tetap bertahan hidup.
Sekali lagi, di tangan Adolf Hitler, lebensraum menjadi ‘ruh ekspansionis’ yang bertujuan memberi ruang hidup tambahan bagi pertumbuhan serta pengembangan bangsa (ras Arya) Jerman di Eropa Timur melalui pemusnahan, deportasi, serta memperbudak bangsa-bangsa lain. Itu singkat ulasan tentang teori ruang alias lebensraum.
Pada era sekarang, lebensraum tidak hanya sekadar teori atau dimensi, namun telah menjelma menjadi ‘sistem politik’. Ulangi, menjelma jadi sistem politik. Maka, selain perluasan ruang hidup tidak hanya merampas fisik (teritori) seperti kolonisasi klasik di era silam, tetapi juga merambah ke hal-hal nonfisik seperti ruang pengaruh, hegemoni, bahkan sistem negara (konstitusi) dll melalui kecanggihan penetrasi, infiltrasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk digitalisasi dalam koridor kecerdasan pengelolaan (geo) strategi baik secara hard power (penggunaan militer) maupun soft/smart power (nirmiliter) lewat frontier yakni masuk ke wilayah target lewat pengaruh ekonomi, sosial dan budaya (ekosob).
Usai Perang Dunia (PD) I dan PD II, publik global dipertontonkan atraksi kehebatan Amerika Serikat (AS) dalam meluaskan ruang hidupnya baik via ekosob (nirmiliter) maupun secara militer di pelbagai belahan dunia sehingga ia dijuluki superpower. Bahkan, Paman Sam mengklaim dirinya sebagai ‘polisi dunia’.
Namun, pada penghujung abad 20 hingga sekarang (perempat abad 21), hegemoni Barat —AS dan koalisi— terlihat mulai menurun di satu sisi, sedang pada sisi lain, terlihat Kebangkitan Timur dalam hal ini Rusia, Cina, India, Afrika Selatan dkk (kelompok BRICS), terutama geliat Cina di panggung geopolitik global.
Pola lebensraum Cina diluncurkan melalui program dengan apa yang disebut Belt and Road Initiative (disingkat: BRI). Awalnya dinamai New Silk Road, tapi kemudian diganti dengan istilah One Belt One Road (OBOR). Dan pada 2013 lalu, diubah lagi menjadi Belt and Road Initiative alias BRI. Maksud Belt (sabuk) merujuk pada rute darat seperti rel kereta dan transportasi darat, sedangkan road (jalan) mengacu kepada rute perairan atau istilahnya Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Tak dapat dipungkiri, ini adalah Strategi Global China yang cukup ambisius meliputi pembangunan infrastruktur dan investasi pada 152 negara baik di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah, bahkan di Amerika.
Pertanyaan menggelitik muncul, “Apakah filosofi dan motif Xi Jinping sehingga ia menerbitkan program dan kebijakan (BRI) ambisius tersebut?”
Banyak hal melatarbelakangi BRI. Tapi, berbasis data sekunder, ada dua hal pokok yang menonjol, yakni: 1. Doktrin Chungkok Tiansi dari leluhur berbunyi: “Hanya Cina di bawah langit, negeri-negeri lain di bawah Cina”; 2. Faktor Geopolitik. Ini faktor pemicu. Terutama menyempitnya ruang hidup di Cina akibat ledakan penduduk (demografi) dan lapangan kerja. Hal ini dipersepsikan sebagai ‘bom waktu’ yang sewaktu-waktu meletus serta dapat menimbulkan bencana ekosob dan niscaya berdampak pada gangguan keamanan (internal) di Cina. Dengan terbitnya BRI, minimal dianggap solusi; dan maksimal adalah praktik serta implementasi lebensraum untuk meluaskan ruang hidup bagi warga Cina Daratan supaya ruang gerak mereka lebih lebar, lebih leluasa.
Maka, seperti halnya pola AS sebelumnya, perluasan ruang hidup ala Cina ini juga melalui power militer dan power nirmiliter (ekosob). Namun, dalam praktik lebih mengkedepankan power ekosob alias nirmiliter daripada kekuatan militer. Dan sepertinya, power militer hanya diplot seputar Teluk Taiwan dan Laut Cina Selatan.
Terkait power nirmiliter, inilah yang menarik perhatian dunia karena bersifat lintas kebijakan, sub program dan ‘basah’, misalnya, strategi (fasilitas) utang —dana segar— bagi negara-negara objek; atau skema Turnkey Project Management (TPM) saat Cina menanam investasi; serta kebijakan Dwi Kewarganegaraan, dan lain-lain.
Dari uraian sekilas teori ruang di atas, pertanyaan selidik pun muncul:
Pertama: sebelum dijadikan Proyek Strategis Nasional (PSN), apakah Pantai Indah Kapuk 2 (Dua) atau PIK-2 masuk daftar target lebensraum yang tengah dijalankan oleh Xi Jinping dengan menekankan Dwi Kewarganegaraan bagi Cina Perantauan?
Kedua: setelah PIK-2 ditetapkan sebagai PSN maka teritorinya semakin luas, bahkan sampai ke Serang, Banten. Kelak, titik mana lagi yang hendak dirambah?
Jawabannya nun jauh di sana, di lubuk geopolitik yang paling dalam. Selat Sunda, Selat Sunda!
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments